wisata setempat, mungkin. Bukan sembarang menginjak-injak, karena kegiatan itu termasuk dalam proses pembuatan Wine Mangga Toba.
Satu hal juga yang ingin saya lakukan di Balige adalah ikut menginjak-injak mangga di sebuah ember besar. Kegiatan unik yang bisa menjadi daya tarik, serta masuk dalam paketKalian sudah pernah nyonain? Sekaligus berharap bertemu dengan Ratna Uli Gultom! Siapa sih dia? Kalau kalian beli wine mangga di beberapa toko di Balige dan Tuktuk, coba perhatikan deh gambar di botolnya, pasti tak asing sama muka beliau, hehe.
Keunikan yang Gencar ‘Dijual’
Setelah mencoba Kopi Toba, kuliner dengan cita rasa andaliman, serta kegiatan membuat wine mangga, barulah kita bisa lanjut menuju ke beberapa tempat wisata di DSP Danau Toba.
Pertama, saya ingin sekali ke Menara Pandang Tele, melihat betapa luasnya Danau Toba dari ketinggian 1479 mdpl. Ketika sampai puncak, mungkin pikiran saya akan terbawa ke masa lalu, saat danau ini mulai tercipta. Sekitar 74.000 tahun lampau, Gunung Toba tak tertahankan dengan gejolak bawahnya yang hiperaktif.
Sejujurnya saya rada pusing ketika membicarakan proses ini dari sisi sains, tapi untungnya Danau Toba punya mitosnya tersendiri, salah satu aspek yang sejatinya bisa ‘dijual’ dalam dunia pariwisata.
Saya jadi ingat ketika sedang menonton film Shang-Chi. Seketika timbul pernyataan, “Budaya Tiongkok tuh hebat banget ya dalam memperomosikan naga”. Maksud saya, sebuah mitos atau legenda kalau enggak terus diceritakan atau disebar luaskan dengan packaging yang tepat tentu akan hilang, dan Indonesia tuh punya banyak mitos menarik. Danau Toba salah satunya.
Kisah Putri Toba, yakni jelmaan ikan yang tersangkut di jala seorang pemuda, yang kemudian mereka menikah dengan sebuah syarat, yaitu merahasiakan jati diri Sang Putri. Kemudian lahirlah anak mereka yang diberi nama Samosir.
Hingga suatu ketika, ayahnya marah akan kelakukan Samosir yang memakan bekal untuknya, dan menyebut Samosir ‘anak Ikan’. Secara tak langsung ia melanggar syarat yang dulu ia sanggupi. Hujan berkepanjangan pun turun, seakan Putri Toba menangis. Dan jadilah Danau Toba dengan Pulau Samosir di tengahnya.
Enggak masuk akal kan? Tapi setidaknya saya menikmati jika cerita tersebut dibungkus dengan pertunjukan atau gaya bercerita yang menarik saat saya berada di lokasi. Bukan berarti saint enggak penting ya… Tapi saat itu, saya sedang ingin berwisata dan menyegarkan pikiran.
Keunikan selanjutnya, kalian tahu kalau Indonesia punya pulau di atas pulau? Atau danau di atas danau? Faktanya, Pulau Samosir berada di atas Pulau Sumatra, dan Danau Sidihoni serta Danau Aek Natonang berada di atas Danau Toba. Waw! Wonderful Indonesia banget kan…. Atau bahkan, Indonesia is a wonderland!
Ada lagi ungkapan “Orang Batak makan orang!”, cerita lengkap dan saksi bisunya mungkin bisa kita temui di Huta Siallagan, Kabupaten Samosir.
Dahulu, tempat ini disebut kampung kanibal karena dulu Sang Raja memakan bagian tubuh manusia, tepatnya jantung dan hati penjahat yang konon dapat menambah kekuatan Sang Raja. Dengan cerita yang unik ini, sangat diwajibkan untuk menyewa guide di sana agar cerita lebih seru dan detail.