Dan hasilnya Kota-kota di besar berlimpah infrastruktur, sebab dikuasai orang-orang beraliran tua, sementara di kampung-kampung kecil, mereka tinggalkan gulita, sebab listrik harus di jatah bergiliran. Kita mengalami sesat doktrinasi, berpikir bahwa kota-kota besar menawarkan lebih banyak kesempatan, sementara kampung halaman hanya sebagai tempat labuhan.
Kota dengan segala fasilitasnya kita anggap sebagai lumbung emas yang pantas diraup, ditambah lagi dengan banyak nya contoh orang-orang sukses yang  kemudian menetap di rumah-rumah mewah di Kota-kota besar.
Maka beramai-ramailah sarjana minggat ke kota setelah lulus, ia pikir di desa tidak bisa hidup, tidak memberi kesempatan, dan apa yang bisa dilakukan dikampung Sementara kota ada segalanya. Sesatnya kita berpikir bahwa dikampung itu hanya sebagai tempat untuk berlebaran setahun sekali. itu juga kalau pulang.
Baru-baru ini salah satu anak muda yang telah bekerja di perbankan meninggalkan jabatannya. Ia seorang wanita dari daerah Bogor, yang sudah punya karir cukup bagus dibilangan kantor daerah Gatot Subroto. Pada hari perpisahan nya ia bilang begini kepada teman-teman nya:
"Kalau semua orang muda bekerja di Kota, lalu siapa yang akan menyelamatkan Hutan kita".
Dan sekarang dengan semangat baru ia adalah karyawan muda diantara rimbun hutan Kalimantan, setiap menyusuri belukar memastikan bahwa kita masih terus mendapat asupan oksigen dari pohon-pohon di hutan.
Di daerah Cianjur Jawa Barat, Aang permana seorang lulusan IPB memutuskan keluar dari hingar bingar nama besar Migas tempat ia berkantor, dengan keyakinan yang kuat ia meyakinkan orang tua nya dan terutama dirinya sendiri bahwa ikat Sipetek yang biasanya dijadikan pakan ternak bisa punya potensi besar menggairahkan ekonomi masyarakat di kampungnya.
Dan terbukti sekarang pria yang meraih penghargaan Kick Andy Heroes 2017, mampu meraih omset 150jt perbulan, dan telah membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitar kampungnya. Anak-anak muda ini adalah cerminan dari generasi yang selamat dari doktrin hingar-bingar kota, mereka telah menemukan perspektif lain dari sebuah kekuasaan, kekuasan tidak melulu soal dukungan, atau akumulasi matematika, atau soal hingar bingar hidup.
Korelasi kekuasaan dan pengabdian, adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Jika doktrin kaum tua bicara untuk mengabdi kita harus berkuasa (punya kekuasaan). sekalipun dibawah intimidasi kekuasaan yang lebih besar.Â
Maka perspektif muda bicara orang yang mengabdi maka telah berkuasa. berkuasa terhadap dirinya sendiri, berkuasa terhadap pilihan-pilihannya sendiri. Masih ada kesempatan suatu saat kita melihat kampung-kampung akan terang, dan orang-orang yang butuh air tinggal membuka keran, selama pemuda masih mau pulang.