Saat ini tentu saja saya sedang gelisah, berbalut cemas dan bermandikan resah. Rasanya cukup galau juga kenapa saya bisa merasa harus dan perlu menuliskan hal ini. Sebuah hal yang jelas-jelas akan menjadi bahasan yang dikatakan SARA atau apalah bagi banyak orang, utamanya tentu pendukung Ahok yang notabene sendiri banyak yang beragama Islam, seorang Muslim. Namun saya berharap, dan semoga tidak sia-sia.
Toh sumber kecemasan saya hanya berasal dari duga-menduga. Ngiro-ngiro. Jangan-jangan juga ada yang sependapat dan sepimikiran dengan saya namun sedikit malas dan banyak takutnya untuk menyampaikan. Barangkali saja lho ya.
Entah kenapa di bulan puasa ini keimanan saya terasa menjadi lebih baik, perasaan saya. Saya menjadi agamis sekali. Ibadah menjadi rajin dan senang mendengarkan ceramah-ceramah setelah sholat. Kebetulan di kantor saya ada ceramah setelah sholat Dzuhur yang Insyaallah menghadirkan pembicara yang berkualitas dan mengetahui serta paham ilmu agama. Jauh sekali lah dibandingkan dengan saya, meski saya sendiri pernah Nyantri di Pesantren lebih kurang lima tahun.
Saya cukup mencermati isi dari ceramah-ceramah yang saya dengar, bagi saya kadang hal tersebut memberikan inspirasi dan ilmu baru. Kadang menyentil dan mengingatkan saya yang terlalu sibuk dengan urusan dunia, terlalu sibuk cari perhatian atasan. Harap-harap cemas naik jabatan, juga naik gaji.
Dari beberapa pembicara ada saja yang membuat saya tertarik, terutama jika sudah sampai pada poin bagaimana seharusnya seorang muslim memilih seorang Pemimpin. Mungkin karena sedang hangat isu-isu pemilihan Gubernur Jakarta hal ini menjadi barang berharga dan komoditas laris sehingga menarik untuk disampaikan dan menjadi materi-materi ceramah para Ustadz. Mungkin juga para ahli agama Islam tersebut resah. Mengetahu hal yang salah namun dibela oleh kekuatan yang sedemikian besar. Entah kekuatan darimana saja.
Kata seorang anggota dewan bahkan fenomena salah seorang pemimpin Non-Muslim saat ini, sebut saja Ahok, sebagai fenomena bola salju. Wow sekali. Bola salju kan bisa membunuh dan membinasakan siapa saja lho. Meratakan apa yang ada kalau terkena. Semoga kita semua terhindar dari mara bahaya dan bencana.
Saat menyampaikan pesan-pesan tersebut, tentu saja disampaikan secara general tanpa menyebut nama tokoh tertentu dengan agama tertentu. Namun bagi saya hal tersebut sudah cukup menjelaskan dan membuktikan bahwa haram hukumnya seorang Muslim memilih pemimpin Non-Muslim atau pemimpin yang kafir.
Termasuk Ahok?
Saya sendiri tidak akan memastikan, toh saya tidak pernah melihat KTP beliau. Yang saya dengar dan baca sih katanya beliau agamanya Nasrani. Berarti beliau bukan Muslim. Beliau Non-Muslim. Dia bisa saya katakan orang kafir. Jadi kalau menurut ceramah dan ulasan yang saya dengar, dan nanti ayat yang saya tuliskan dibawah, kita (Orang Muslim) dilarang memilih Ahok!
Barangkali yang patut dicermati adalah ini sebuah perintah, bukan saran.
Fenomena sekarang sungguh agak mengherankan bagi saya, bagaimana justru orang yang saya bisa katakan Islam atau Muslim justru mendukung dan memfasilitasi pemimpin yang jelas-jelas seorang Non-Muslim, orang kafir. Entah katanya jalur independen atau pemimpin partai yang agamanya kelihatannya Islam juga. Kalau partai yang mengaku partai Islam mendukung Ahok juga, rasanya agak kebangetan. Hemmm, politik memang benar-benar aneh. Semua yang dilarang pun rasanya dibolehkan.
Lho, berarti Teman Ahok berpolitik? Ya jelas berpolitik. Kuat dugaan saya sebentar lagi mereka akan mendeklarasikan diri sebagai partai politik. Saya hanya menduga-duga lho ya. Kita tunggu saja di 2019 atau tahun-tahun setelahnya.
Saya yang salah mendengar dan memahami beberapa pesan yang disampaikan para Ustadz atau barangkali memang orang-orang Islam yang memilih dan menfasilitasi Ahok tersebut belum mendengar perintah Allah untuk tidak memilih pemimpin yang Non-Muslim (Kafir)? Atau memang sengaja banyak umat Islam sendiri yang mengetahui perintah ini namun sengaja mengaburkan dengan menyampaikan isu-isu seperti jangan membawa-bawa hal yang berbau SARA untuk kasus ini?
Saya akan mencoba menuliskan kegalauan saya dalam bait-bait berikut, tidak terlalu puitis memang. Meski saya mencoba dan berusaha untuk nampak demikian.
Sepahit apapun, kebenaran harus dituliskan
Setakut apapun, kebenaran harus disampaikan
Memilih orang kafir untuk Pemimpin, itu dilarang
Sebagaimana jelas disampaikan dalam ayat Al-Qur’an.
Barangkali yang melanggar perintah-Nya, sedang lupa
Atau tahu namun berusaha mengaburkan
Atau tahu namun ditunggangi oleh bermacam kepentingan
Atau tahu namun sedang mencari popularitas yang sedang ngetren di zaman yang serba membingungkan.
Ampuni segala dosa kami ya Allah,
Lindungi dan selalu berikan rahmat untuk kota ini, Jakarta
Saya berani menuliskan keresahan ini, karena pesan tersebut berasal dari orang yang saya yakini mengerti dan paham Agama. Tentu saja bukan semata-mata saya tidak suka Ahok, walaupu faktanya saya memang tidak mendukung Ahok. Lebih kepada, menurut saya hal ini benar, lalu kenapa tidak saya tuliskan dan saya bagikan di Kompasiana ini, toh menuliskan hal ini bukan perkara susah. Hanya sekedar perkara niat dan berani saja.
Ini memang SARA, memilih pemimpin bagi orang Islam tentu saja dinilai SARA oleh beberapa kalangan. Toh memang demikian adanya, bahwa seorang Muslim dilarang memilih pemimpin yang tidak beragama Islam atau kafir.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (Al-Quran, 5:51)
Semoga ayat tersebut bisa menjadi renungan khususnya bagi umat Islam. Lebih-lebih di bulan yang penuh barokah ini. Allah telah memberitahukan kepada kita dengan jelas bagaimana cara memilih pemimpin yang sesuai dengan ajaran-Nya, sesuai dengan perintah dan tuntunan-Nya.
Semoga di bulan yang pernuh rahmat dan ampunan ini, Allah menjadikan kita orang yang beriman dan selalu beruntung. Selalu mendapat karunia-Nya, selalu mendapat rahmat-Nya. Amin.
Selamat menjalankan ibadang puasa. Selamat memilih Pemimpin yang beriman di hari-hari yang akan datang. Mohon dikritisi jika yang saya sampaikan kurang tepat.
Wallahu A'lam Bishawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H