Saya sendiri mengernyitkan dahi saat ramai di media tentang “Panduan debat dengan isu Sumber Waras’. Moso iyo ada barang begituan. Yang bener? mesti ngaco iki.
Entah saya saja yang memang polos dan tidak mengerti tentang dunia perbuzzeran atau mereka-mereka ini memang oknum yang dibayar seperti pekerja pada umumnya sehingga sampai-sampai perlu panduan. Apakah menjadi Buzzer adalah sebuah profesi begitu? Sehingga panduan ini diibaratkan sebagai SOP sebuah pekerjaan. Kalo ini benar adanya, saya sepakat bahwa panduan yang disebut beberapa media sebagai ‘contekan’ adalah salah satu bentuk upaya penyesatan. Upaya-upaya justifikasi tanpa pandang bulu.
Contekan yang beredar di media tersebut jelas-jelas ngga bagus, meski jujur saya masih kurang percaya akan keasliannya. Yaudah, Kalaupun iya kenapa bisa bocor ke Media. Di perusahaan manapun menyebarkan SOP perusahaan yang notabene adalah aset merupakan bentuk pelanggaran.
Saya rasa TemanAhok perlu lah kasih klarifikasi benar tidaknya contekan itu. beberapa media memberitakan TemanAhok membenarkan adanya panduan semacam itu. Cuma ragu mana yang benar. Untuk itu harus diklarifikasi dan ditunjukkan yang benar. Kasian kalau sampai yang salah ini dianggap benar. Ngga lulus ujian gara-gara contekan salah. kan ngga lucu.
Heemmm, nggak disangka juga yang butuh contekan ternyata tidak hanya peserta Ujian Nasional. Piye temen Ahok?
Mungkin sah-sah saja sebetulnya membuat panduan untuk mengiring opini publik sesuai yang diharapkan. Asal cara-cara dan data-data yang digunakan memang benar adanya. Apalagi ini soal Ahok, yang diagung-agungkan tanpa cela, jujur, dan belum terbukti secara meyakinkan korupsi. Yah walaupun kadang kala bahasanya seperti orang yang tidak berpendidikan sih. Inget lho, seperti. Berarti dia berpendidikan.
Paparkan saja data yang benar. Jangan hanya seperti di panduan itu yang seakan-akan menjadikan Ahok itu malaikat tak bersayap bak cahaya fajar yang menyinari gelapnya malam, ngakunya Ahok sih begitu. Makanya wajar sekali jika TemanAhok menganggap dia selalu benar. Orang baik. Sehingga membolehkan menyerang siapa saja yang melawan Ahok. Iki Buzzer opo Buldozer tho ya, nggak salah nggak bener pokoknya sikat. Hajar.
Ahok orang baik dan selalu bener. Yang nggak sepakat orang jahat dan pasti salah. Heemm, logika sesat dan bangsat. Mungkin yang bilang begitu keseringan liat tayangan Ivan Gunawan yang katanya semakin cinta sama Ahok. Nggak mau sama yang lain, cuma Ahok. Walaupun Ahok itu laki-laki lho. hehehe
Saya katakan sesat karena contekan tersebut mengaburkan kebenaran yang sepantasnya disampaikan. Saya katakan bangsat karena membela dan mendukung seorang tokoh secara membabi-buta. Ayolah, babi saja tidak buta. Apakah kita manusia separah itu? Bagi saya, sampaikan kebenaran meski itu pahit. Yah, sekali lagi itupun jika contekan itu benar dan bukan upaya anti-TemanAhok untuk menjatuhkan kredibilitas mereka.
Baiklah.
Pertama, ingin menanamkan persepsi bahwa Ahok orang baik dengan niat baik dan didukung oleh masyarakat sehingga tidak layak namanya dijatuhkan. Panduan 1 dan 2.
Sebagai praktisi kesehatan masyarakat yang sempat mengecap ilmu tentang kesehatan masyarakat meski dangkal dan masih bodoh, saya sepakat bahwa memang Jakarta membutuhkan rumah sakit kanker seperti yang banyak dibeberkan di Media oleh Ahok dan temannya. Bahkan saya rasa tidak hanya perkara rumah sakit kanker, rumah sakit umum dan fasilitas kesehatan lainnya ditambah dan diperbaiki kembali merupakan sebuah keharusan. Hal ini berlaku untuk semua daerah, tidak hanya Jakarta semata. Lebih-lebih di daerah terutama. Sangat jarang fasilitas kesehatan yang layak. Jakarta mah masih sangat bagus dibandingkan daerah lain. Faktanya begitu.
Namun saya terus terang merasa jijikdan geli jika sebuah hal benar untuk tujuan baik, hanya digunakan sebagai tujuan agar Ahok dikira orang baik. Cuma dikira lho, persepsi kan asumsi. Berarti dalam contekan ini, Buzzer, entah tepat atau tidak saya anggap TemanAhok, sadar jika Ahok itu kurang baik dan niatnya belum tentu baik. Kan mau menanamkan sebuah persepsi.
Yah walaupun bisa saja dikatakan ini untuk menghindari tuduhan kalo Ahok punya niat tidak baik dalam hal RS Sumber Waras. Ora sah dipikir jero, orang juga tau kalau ingin membangun rumah sakit itu niat dan tujuan baik. Yang nggak baik kan bukan pembeliannya, tapi apakah ada unsur-unsur aroma korupsi katabelece yang selama ini didugakan dan dituduhkan berbagai pihak ke Ahok. Jika memang terbukti ada ‘sesuatu’ pada kasus ini, ya berarti bukan sumber waras lagi melainkan sumber edan.
Ayolah, bunga mawar tetep mawar meski dibilang bunga bangkai.
Kedua, munculkan keraguan soal harga yang selama ini dianggap merugikan Negara 191 miliar oleh BPK dan jangan terbawa dengan penjelasan teknis dan data-data karena masyarakat tidak terlalu paham soal itu. Panduan 3 dan 6.
Sebenarnya teman Ahok ini yakin tidak sih soal harga tanah atau apalah itu NJOP yang selama ini dituduhkan dan diselingkuhi. Lha kok munculkan keraguan seolah-olah mereka saja tidak yakin kalau isu harga embelgedes itu tidak ada. Kalo masih ragu ya pastikan dulu keberannya itu ke empu-nya tho. Kan berteman, mestinya gampang memastikan kebenaran itu. Mosok teman nggak mau cerita yang benar. Teman macam apa itu? Apa teman bertepuk sebelah tangan. Mesakke temanku.
Kemudian alangkah jahatnya jika masyarakat yang tidak paham soal data dan teknis bukannya dipaparkan untuk menjadi paham malah jangan jelaskan tentang hal itu. Kurang lebih buat cara apapun asal Ahok itu benar dan tidak terkait Sumber Waras. Heemmm, kalian meski mempertanyakan diri apakah masih waras?. Ya sebenernya masyarakat tuh ngga bodo-bodo banget seperti yang dikira lho. Hati-hati saja.
Ketiga, gunakan strategi umum ‘Blaming Game’. Ahok itu selalu benar dan serang yang ngga sepakat dan ini hanya upaya politisasi jelang Pilkada Gubernur DKI 2017. Dalam hal ini ketua BPK yang menuduh Ahok kurang kredibel karena terkait “Panama Papers” yang mulai heboh di Media. Wes lah, ketuane aja kayak gitu, gimana hasil auditnya. Kurang lebih begitu.panduan 4 dan 5.
Ya memang ini strategi umum wong Indonesia. Salah menyalahkan. Saling tuduh. Maling teriak maling meski yang teriak maling juga maling. Berarti sama-sama maling saling teriak. Upaya menjatuhkan Ketua BPK. Ya tapi kan yang perlu dipahami bahwa audit itu tidak semata soal Ketua BPK. Melainkan BPK secara keseluruhan. Wong saya yakin juga Ketua mah mana ikut ngaudit. Heemmm, yang Ngaco Ahok atau teman Ahok. Mari kita saling menyalahkan. Blaming game bro, mudeng ra?
Kalau dikatakan upaya politisasi untuk menjatuhkan Ahok, lha kalian TemanAhok juga suka menjatuhkan Calon yang lain lho. Wajar tho. Saling menyalahkan. Saling hina. Saling tuduh. Ini kan sumber waras, dimana letak kewarasannya? Orang Jawa mah pasti Cuma akan bilang, sing waras ngalah. Kalo ngga ada yang ngalah juga berarti wes edan kabeh. Ora ono sing waras akibat mendukung membabi-buta.
Terakhir, pancing dengan pernyataan yang memicu emosi publik dan lawan debat. Hemmm, baca panduan ini aja saya emosi. Ngga perlu dipancing lagi kawan.
Sekian dan terima kasih. Semoga panduan/ contekan itu salah. Salam Anti-Korupsi. Salam Reklamasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H