Mohon tunggu...
Riyanto Suparno
Riyanto Suparno Mohon Tunggu... Swasta -

Safety Engineer yang hobi menulis dan berdiskusi rriyanto74@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Panduan Debat Isu Sumber Waras: Permainan Media Sosial Ala TemanAhok

18 April 2016   09:28 Diperbarui: 18 April 2016   09:45 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai praktisi kesehatan masyarakat yang sempat mengecap ilmu tentang kesehatan masyarakat meski dangkal dan masih bodoh, saya sepakat bahwa memang Jakarta membutuhkan rumah sakit kanker seperti yang banyak dibeberkan di Media oleh Ahok dan temannya. Bahkan saya rasa tidak hanya perkara rumah sakit kanker, rumah sakit umum dan fasilitas kesehatan lainnya ditambah dan diperbaiki kembali merupakan sebuah keharusan. Hal ini berlaku untuk semua daerah, tidak hanya Jakarta semata. Lebih-lebih di daerah terutama. Sangat jarang fasilitas kesehatan yang layak. Jakarta mah masih sangat bagus dibandingkan daerah lain. Faktanya begitu.

Namun saya terus terang merasa jijikdan geli jika sebuah hal benar untuk tujuan baik, hanya digunakan sebagai tujuan agar Ahok dikira orang baik. Cuma dikira lho, persepsi kan asumsi. Berarti dalam contekan ini, Buzzer, entah tepat atau tidak saya anggap TemanAhok, sadar jika Ahok itu kurang baik dan niatnya belum tentu baik. Kan mau menanamkan sebuah persepsi.

Yah walaupun bisa saja dikatakan ini untuk menghindari tuduhan kalo Ahok punya niat tidak baik dalam hal RS Sumber Waras. Ora sah dipikir jero, orang juga tau kalau ingin membangun rumah sakit itu niat dan tujuan baik. Yang nggak baik kan bukan pembeliannya, tapi apakah ada unsur-unsur aroma korupsi katabelece yang selama ini didugakan dan dituduhkan berbagai pihak ke Ahok. Jika memang terbukti ada ‘sesuatu’ pada kasus ini, ya berarti bukan sumber waras lagi melainkan sumber edan.

Ayolah, bunga mawar tetep mawar meski dibilang bunga bangkai.

Kedua, munculkan keraguan soal harga yang selama ini dianggap merugikan Negara 191 miliar oleh BPK dan jangan terbawa dengan penjelasan teknis dan data-data karena masyarakat tidak terlalu paham soal itu. Panduan 3 dan 6.

Sebenarnya teman Ahok ini yakin tidak sih soal harga tanah atau apalah itu NJOP yang selama ini dituduhkan dan diselingkuhi. Lha kok munculkan keraguan seolah-olah mereka saja tidak yakin kalau isu harga embelgedes itu tidak ada. Kalo masih ragu ya pastikan dulu keberannya itu ke empu-nya tho. Kan  berteman, mestinya gampang memastikan kebenaran itu. Mosok teman nggak mau cerita yang benar. Teman macam apa itu? Apa teman bertepuk sebelah tangan. Mesakke temanku.

Kemudian alangkah jahatnya jika masyarakat yang tidak paham soal data dan teknis bukannya dipaparkan untuk menjadi paham malah jangan jelaskan tentang hal itu. Kurang lebih buat cara apapun asal Ahok itu benar dan tidak terkait Sumber Waras. Heemmm, kalian meski mempertanyakan diri apakah masih waras?. Ya sebenernya masyarakat tuh ngga bodo-bodo banget seperti yang dikira lho. Hati-hati saja.

Ketiga, gunakan strategi umum ‘Blaming Game’. Ahok itu selalu benar dan serang yang ngga sepakat dan ini hanya upaya politisasi jelang Pilkada Gubernur DKI 2017. Dalam hal ini ketua BPK yang menuduh Ahok kurang kredibel karena terkait “Panama Papers” yang mulai heboh di Media. Wes lah, ketuane aja kayak gitu, gimana hasil auditnya. Kurang lebih begitu.panduan 4 dan 5.

Ya memang ini strategi umum wong Indonesia. Salah menyalahkan. Saling tuduh. Maling teriak maling meski yang teriak maling juga maling. Berarti sama-sama maling saling teriak. Upaya menjatuhkan Ketua BPK. Ya tapi kan yang perlu dipahami bahwa audit itu tidak semata soal Ketua BPK. Melainkan BPK secara keseluruhan. Wong saya yakin juga Ketua mah mana ikut ngaudit. Heemmm, yang Ngaco Ahok atau teman Ahok. Mari kita saling menyalahkan. Blaming game bro, mudeng ra?

Kalau dikatakan upaya politisasi untuk menjatuhkan Ahok, lha kalian TemanAhok juga suka menjatuhkan Calon yang lain lho. Wajar tho. Saling menyalahkan. Saling hina. Saling tuduh. Ini kan sumber waras, dimana letak kewarasannya? Orang Jawa mah pasti Cuma akan bilang, sing waras ngalah. Kalo ngga ada yang ngalah juga berarti wes edan kabeh. Ora ono sing waras akibat mendukung membabi-buta.

Terakhir, pancing dengan pernyataan yang memicu emosi publik dan lawan debat. Hemmm, baca panduan ini aja saya emosi. Ngga perlu dipancing lagi kawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun