Akhir-akhir ini saya amati ramai sekali pemberitaan tentang Mas Dhani, pemusik jagoan saya, yang menghiasi media. Mas Dhani selalu diburu komentarnya yang memang kadang agak kontroversial. Utamanya komentar beliau tentang sang calon kompetitor, Basuki TP alias Ahok. Sedikit saja perkataan beliau, ramai sekali muncul di media.
Rupanya-rupanya daya tarik beliau sekarang tidak hanya istri dan mantan istrinya yang aduhai serta anak-anaknya yang digilai orang-orang -Kecuali saya karena saya masih normal-. Saya lebih menggilai istri dan mantan istrinya. Indah sekali.
Katanya Mas Dhani mau ikut cawe-cawe memperbaiki Jakarta. Beliau mau maju jadi Gubernur. Entah ini sungguh-sungguh, atau Cuma sekedar ingin kelakar menghiasi media? Dalam lubuk hati saya, saya berharap Mas Dhani hanya guyon, ngga sungguh-sungguh. Mas Dhani lagi main Dagelan.
Untuk mengatasi kemacetan Mas Dhani sering memaparkan program-programnya. Antara lain beliau menjanjikan akan mengubah sikap sopir angkutan umum yang seringkali tidak mematuhi aturan lalu lintas. Beliau memakai bahasa ugal-ugalan.
"Dalam waktu seminggu, Jakarta tidak akan bermasalah dengan supir yang ugal-ugalan, yang parkir sembarangan, yang berhenti sembarangan, yang ngetem sembarangan," begitu katanya yang kalau sekilas terkesan agak sombong.
Mas Dhani, mbok ya sadar diri sebelum berkata begitu. Mau mengubah sifat dan kebiasaan orang dalam seminggu saya berani katakan sangat sulit, kalau kata mustahil dianggap berlebihan. Saya bukannya meragukan kapasitas beliau. Kita semua sepakat kalau beliau memang pandai dan mahir dalam hal musik. Tapi apa iya dia sehebat itu sehingga bisa merubah sifat dan mentalitas orang dalam seminggu. Perlu disadari merubah sifat orang tidak semudah menyanyikan lagu neng neng nong neng.
Lha wong buktinya Mas Dhani bisa dibilang gagal mendidik anaknya sendiri agar tidak ugal-ugalan di jalanan sampai menewaskan banyak orang begitu. Kok sesumbar mau merubah supir ugal-ugalan dalam seminggu. Â Sepurane mas, kok kedengaran berlebihan. Itu ngga semudah mengajak orang jingkrak-jingkrak saat konser Mas, tenan lho.
Kalau dengan tudingan Mas Dhani angkutan umum sering ngetem dan bikin macet, saya sepakat Mas. Analisa anda tepat. Emang kampret angkutan yang ngetem seenaknya sendiri. Dikira jalan punya dia saja. Ini keren Mas Dhani analisa anda. Luar biasa.
Langkah berikutnya Mas Dhani akan melarang orang membeli mobil jika sudah memiliki mobil. Wah wah, saya sih sepakat saja dengan beliau. Pertanyaannya apakah mungkin? Saya sendiri tidak yakin beliau hanya memiliki satu buah mobil. Sepurane Mas kalau saya kesannya berburuk sangka.
Lain berita saya baca Mas Dhani mengatakan bahwa ia akan memberikan gaji besar bagi Ketua RT/ RW, yakni antara Rp 5 juta hingga Rp 10 juta.Â
Wah kalau ini bakal top Mas, meski batin saya agak mengatakan berlebihan janjinya. Namun saya berbaik sangka saja, makanya saya sepakat sekali. Mohon kalau bisa diberikan janji juga mas, buat tenaga kontrak macam saya ini agar dipermanenkan dan gaji juga diperbaiki. Mohon dibantu juga agar tenaga kontrak bisa KPR rumah. Bank iku lho Mas, kakehan syarat.
Kebijakan Mas Dhani ini perlu dicontoh di semua tataran daerah supaya banyak yang berlomba-lomba menjadi ketua RT/ RW sehingga tidak saling tunjuk.
Gencar juga pemberitaan Mas Dhani terkesan menyerang dan mengkritik Ahok. Hal ini memang sah-sah saja. Saya sendiri bukan pendukung Ahok dan tidak suka dengan gaya beliau berbicara. Lebih-lebih Pemilihan gubernur nanti saya pastikan tidak bakal memilih Ahok, saya punya alasan kuat dan mutlak. Namun kalau bicara kapasitas menangani masalah Jakarta, entah kenapa saya masih menjagokan Ahok ketimbang beliau.
Beliau katakan tidak akan melibatkan TNI dalam mengatasi masalah di Jakarta seperti menertibkan pekerja seks, membersihkan got, atau menggusur sebuah kawasan. Katanya beliau yang dekat dengan keluarga TNI saja tidak sebegitunya. Namun sayangnya saya tidak membaca dengan jelas cara seperti apa yang akan beliau gunakan. Rasanya juga sulit kalau menggusur kawasan dengan dialog dan ngopi-ngopi di sore hari. Meski tidak semua yang melibatkan TNI yang dilakukan Ahok pantas dibenarkan.
Penggusuran pasar ikan di kampung luar batang misalnya, saya entah kenapa merasa Ahok semena-mena. Yah mohon maaf juga kalo terkesan plin-plan.
Baiklah, balik ke Mas Dhani lagi. Saat ini saya tidak ingin banyak-banyak mengomentari Ahok. Kurang sreg saja saya kalau mengkritik Ahok kemudian dibilang memberikan kritik gara-gara Ahok keturunan china, minoritas, dan dia bukan Islam. Meskipun itu fakta, jujur saya selalu berusaha tidak SARA, walau sulit sekali.
Terakhir, Mas Dhani, saya berharap anda tidak sungguh-sungguh ingin menjadi gubernur. Nggak sreg dan entah kenapa kok kurang cocok saja. Saya lebih suka melihat mas Dhani bermusik. Menciptakan lagu. Mencetak artis. Menjadi juri. Juga konsisten mengkritik Ahok. Tak perlulah maju jadi gubernur. Memperbaiki Jakarta tida harus jadi gubernus Mas. Banyak hal lain yang bisa dilakukan. Dengan porsi dan kapasitas masing-masing.
Sudahlah Mas, main musik saja. Politik itu katanya bedebah dan kampret. Musik itu asik.
Itu saja. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H