Kebijakan Mas Dhani ini perlu dicontoh di semua tataran daerah supaya banyak yang berlomba-lomba menjadi ketua RT/ RW sehingga tidak saling tunjuk.
Gencar juga pemberitaan Mas Dhani terkesan menyerang dan mengkritik Ahok. Hal ini memang sah-sah saja. Saya sendiri bukan pendukung Ahok dan tidak suka dengan gaya beliau berbicara. Lebih-lebih Pemilihan gubernur nanti saya pastikan tidak bakal memilih Ahok, saya punya alasan kuat dan mutlak. Namun kalau bicara kapasitas menangani masalah Jakarta, entah kenapa saya masih menjagokan Ahok ketimbang beliau.
Beliau katakan tidak akan melibatkan TNI dalam mengatasi masalah di Jakarta seperti menertibkan pekerja seks, membersihkan got, atau menggusur sebuah kawasan. Katanya beliau yang dekat dengan keluarga TNI saja tidak sebegitunya. Namun sayangnya saya tidak membaca dengan jelas cara seperti apa yang akan beliau gunakan. Rasanya juga sulit kalau menggusur kawasan dengan dialog dan ngopi-ngopi di sore hari. Meski tidak semua yang melibatkan TNI yang dilakukan Ahok pantas dibenarkan.
Penggusuran pasar ikan di kampung luar batang misalnya, saya entah kenapa merasa Ahok semena-mena. Yah mohon maaf juga kalo terkesan plin-plan.
Baiklah, balik ke Mas Dhani lagi. Saat ini saya tidak ingin banyak-banyak mengomentari Ahok. Kurang sreg saja saya kalau mengkritik Ahok kemudian dibilang memberikan kritik gara-gara Ahok keturunan china, minoritas, dan dia bukan Islam. Meskipun itu fakta, jujur saya selalu berusaha tidak SARA, walau sulit sekali.
Terakhir, Mas Dhani, saya berharap anda tidak sungguh-sungguh ingin menjadi gubernur. Nggak sreg dan entah kenapa kok kurang cocok saja. Saya lebih suka melihat mas Dhani bermusik. Menciptakan lagu. Mencetak artis. Menjadi juri. Juga konsisten mengkritik Ahok. Tak perlulah maju jadi gubernur. Memperbaiki Jakarta tida harus jadi gubernus Mas. Banyak hal lain yang bisa dilakukan. Dengan porsi dan kapasitas masing-masing.
Sudahlah Mas, main musik saja. Politik itu katanya bedebah dan kampret. Musik itu asik.
Itu saja. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H