Pendidikan tentang literasi digital sangat penting untuk membantu generasi muda memahami bahwa apa yang mereka lihat di media sosial tidak selalu mencerminkan kehidupan yang nyata. Memahami bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing dan bahwa keberhasilan atau kebahagiaan orang lain tidak perlu dibandingkan dengan diri kita sendiri adalah langkah awal yang sangat penting. Hal ini dapat membantu mengurangi perasaan FOMO yang berlarut-larut dan mendorong individu untuk lebih fokus pada pencapaian pribadi mereka sendiri tanpa harus merasa tertekan dengan standar yang tidak realistis.
Selain itu, penting juga untuk membatasi waktu yang dihabiskan di media sosial. Mengatur waktu untuk melakukan aktivitas lain seperti olahraga, hobi, atau berkumpul dengan keluarga dan teman-teman dapat membantu seseorang untuk mengalihkan perhatian dari kecanduan media sosial dan memperbaiki keseimbangan hidup. Meditasi, mindfulness, dan kegiatan relaksasi lainnya juga dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan dan stres yang disebabkan oleh FOMO.
Sementara dampak negatif media sosial sangat jelas, media sosial juga bisa digunakan sebagai alat untuk mendukung kesehatan mental jika digunakan dengan bijak. Pengguna dapat memanfaatkan media sosial untuk membangun komunitas yang mendukung dan positif, berbagi pengalaman yang menginspirasi, dan mengedukasi orang lain tentang pentingnya kesejahteraan mental.
Beberapa platform media sosial mulai menunjukkan upaya untuk mengatasi masalah kesehatan mental dengan memperkenalkan fitur-fitur yang mendukung kesejahteraan penggunanya. Misalnya, Instagram menyediakan fitur untuk melaporkan konten yang dapat membahayakan kesehatan mental, serta memberikan saran positif tentang kesejahteraan mental. Dengan langkah-langkah ini, media sosial dapat menjadi alat untuk menciptakan perubahan positif, bukan hanya menjadi sumber tekanan dan kecemasan.
Fenomena FOMO yang dipicu oleh media sosial membawa dampak besar terhadap kesehatan mental generasi muda. Perasaan cemas, tidak puas, dan terisolasi sering kali muncul ketika seseorang terjebak dalam perbandingan sosial yang tidak sehat. Di tengah kemajuan teknologi dan media sosial yang semakin canggih, penting bagi kita untuk lebih sadar akan dampak negatifnya terhadap kesejahteraan psikologis. Untuk itu, generasi muda perlu diberikan pendidikan literasi digital, dibimbing untuk mengenali dan mengelola FOMO, serta dilatih untuk menggunakan media sosial dengan bijak.
Dengan pendekatan yang tepat, media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk berbagi pengetahuan, membangun komunitas yang positif, dan mendukung kesehatan mental. Kita semua harus ingat bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidupnya sendiri, dan kebahagiaan sejati tidak dapat diukur melalui perbandingan dengan kehidupan orang lain. Dengan cara ini, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan mendukung bagi generasi muda, serta membantu mereka untuk lebih menghargai diri mereka sendiri tanpa perlu takut ketinggalan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI