Mohon tunggu...
Riyanti
Riyanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menjadi guru adalah pilihan, tetapi menjadi pendidik adalah sebuah kewajiban.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rahwana Menitip Rindu

18 November 2022   15:10 Diperbarui: 19 November 2022   12:41 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai, Rindu....

Dengarkan aku

Aku, Putra terbaik Alengka

Pemilik ajian Pancasona

Bahkan para dewa tak kuasa

Menentukan kapan waktunya berbelasungkawa

atas kematianku, seorang Rahwana

Wahai, Rindu....

Dengarkan kisahku

Aku terjebak pada nafsu, tapi bukan karena semata rupamu

Jika hanya itu, Uma Parwati pun akan pasti kurengkuh

Tapi ini, tentangmu

Bahkan Sujiwo Tedjo takkan mampu menjabarkan rasa ini padamu

Bahwa aku teramat mengasihimu dalam sosok Shinta, Permaisuri Rama Sang Prabu

Wahai, Rindu....

Dengarkan kisahku

Aku, ksatria pilih tanding yang membuat Yamatipati tertunduk menatapku

Yang membuat berpaling Batara Indra, pun Batara Wisnu

namun yang akhirnya bertekuk simpuh di kakimu

karena demikian aku mengasihimu

Duuuuuuuh, Rindu....

Apapun kau minta akan kuberikan

Bahkan meremukkan matahari dan bulan dalam satu genggaman akan kulakukan

Membawa ke haribaan sejuta nyawa pahlawan perang akan kupertimbangkan

Memuntahkan lautan dan memindahkannnya ke telapak tangan, sanggup aku berikan

Tapi, jangan biarkan aku menang tanpa perlawanan

Katakan, jangan diam

Duuuuuuuuh, Rindu....

Lihat pemilikmu datang di bawah lindungan para binatang

Sikap agung ksatria mana yang datang padaku dengan segerombolan kera sebagai balabantuan?

Tidak sanggupkah dia datang sendirian?

Kau atau akukah penyebab Anoman Kera membakar Alengka tanpa adab dan belas kasihan?

Dengarkan derap langkah kaki kudanya, berderap-derap sebagai tanda dia datang dengan selaksa saudara dan teman

Melawanku yang sendirian

Kau atau akukah alasannya untuk datang?

Demi kerinduan atau demi sebuah kemenangan?

Rinduuuuu....

Pertempuran ini bukan kekalahanku

Aku memilih mati, karenamu

Tapi, torehkan ini dalam loh batu kesadaranmu

Aku tidak akan pernah meninggalkanmu

Aku menyertai hidupmu

Karena aku udara dalam napasmu, aku warna dalam darahmu, aku detak dalam jantungmu, aku mata dalam tatapmu

Supaya kau tahu

Akulah pemilik hidupmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun