Mohon tunggu...
Riyan Singgih Nasution
Riyan Singgih Nasution Mohon Tunggu... karyawan swasta -

A full time Corporate Public Relations Consultant at Leo Burnett Indonesia and part time Contributing Editor at Liputan6.com who has a true vision and perspective of life for Fashion, Beauty, & Lifestyle. I see world through words. http://lampiranfakta.wordpress.com | Critical and Logical Thinker | Social and Fashion Enthusiast. Desirable yet hard to describe.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

A Competition of Love?

24 April 2017   16:32 Diperbarui: 25 April 2017   02:00 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinamika dalam polemik hubungan percintaan yang terjalin diantara Ben dan Ayla tidak sebatas usainya cerita yang mereka rajut selama hampir 10 bulan tersebut, hingga akhirnya mereka putus, bahkan “kompetisi” untuk menampilkan apa yang mereka “punya” menjadi ajang serius yang dilakukan oleh Ayla. Sementara Ben, tetap berpegang teguh akan prinsip dan komitmennya untuk tidak menyebarluaskan kabar terbaru akan hubungan yang ia jalin saat ini dengan orang lain, selain karena memang ia masih ingin— mungkin —kembali menjalin hubungan dengan Ayla, atau bertahan akan pendiriannya untuk “mencari” sosok lain yang lebih pas.

Sontak Ben langsung menghubungi Ayla melalui SMS. “Selamat yah udah ada yang baru, didoain langgeng :-).” Dikirimnya pesan singkat tersebut tanpa berfikir panjang. Tanpa mengulur waktu beberapa lama, dibalasnya pesan tersebut oleh Ayla secara langsung, tidak seperti biasanya.

“Iya, terima kasih ya Benara :-)” Jawab Ayla dengan serius. Ben pun kesal, sangat kesal dengan keadaan yang menimpanya saat ini, dan memutuskan untuk tidak menghubunginya dan mem-blokir nomor telepon, serta semua akses yang dimilikinya untuk berhubungan dengan Ayla. Hingga beberapa saat kemudian, terdengar ketukan dari balik pintu kamarnya, sontak ia pun berdiri dan bergegas membuka pintu tersebut, alih-alih seraya berjalan menuju pintu, ia pun langsung dengan sigap melupakan kejadian dan rasa gundahnya tersebut, lalu bersikap ceria menyambut kedatangan Kifani.

Dan, masuklah Kifani ke kamar Ben, seraya menutup pintu dan menguncinya, mereka pun berpelukan erat, sangat erat. Beberapa menit kemudian, sesampainya Kifani di tempat tidur Ben sambil meregangkan otot-otot kaki dan pinggangnya, ketukan pun kembali terdengar dari pintu kamar tersebut. Mereka pun bingung dan terdiam sejenak, seraya berfikir siapakah orang lain yang datang menghampiri kamar Ben tanpa ada pesan sebelumnya.

Ben.. Buka dong pintunya, kebelet nih mau numpang pipis.” Teriak Wulandari dari balik pintu kamar kosannya. Ternyata, itu adalah Wulandari yang sedang mampir ke kosan Ben untuk menumpang ke kamar kecil.

Syukurlah, kukira siapa. Pikir Ben. Ia pun bergegas membukakan pintu dan mempersilakan Wulandari untuk masuk dan menggunakan kamar kecilnya untuk buang air kecil, sontak Ben pun memperkenalkan Kifani ke Wulandari. Selang beberapa menit saat Wulandari kembali menghampiri pacarnya, Bibiw, ia pun secara langsung mengirimkan pesan heboh perihal pertemuan dan perkenalan kali pertamanya dengan Kifani ke grup chat-nya dengan Ben, Margie, dan Chika, “Biasa aja ah ternyata Kifani, tapi ya… gabisa komen sih, itu emang tipenya Ben, ya sudahlah, sukses.” Lantur Wulandari ketus.

“Alah emang dianya aja yang brengsek Lan, udah lah kita denger aja nanti dia galau.” Balas Chika geram. Sementara Margie diam seperti biasanya.

Siang pun berganti malam, dan panas bara Matahari pun redam akan dinginnya malam saat itu. Bergegas lah Ben mengajak Kifani pergi keluar untuk mencari makan malam di suatu restoran sederhana berlokasi di dekat kosan nya. Sesampainya di restoran, ia langsung menghampiri meja di sudut pojok tempat tersebut seraya memanggil pelayan untuk memesan dan melihat keadaan sekitar, hingga pandangannya jelas tertuju pada orang yang ia kenal selama 10 bulan lamanya, Ayla. Ia datang dengan sengaja menghampiri Ben, dan tidak sendiri, ia pun ditemani oleh kekasih barunya.

“What a coincidence, I knew you were gonna be here” Saut Ayla dengan nyinyir. Ben, kenalin, ini Rendi.” Lanjut Ayla seraya mengulurkan tangan Rendi ke hadapan Ben seraya melirik ke arah Kifani yang sedang duduk memerhatikan tingkah laku mereka yang kaku.

“Oh.. jadi itu mantan lo, cie…” Saut Kifani sesaat setelah Ayla meninggalkan meja mereka.

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun