Membumikan Lima Pilar Kemalikussalehan: Tantangan dan Peluang di Era Modern
Kemalikussalehan, sebuah konsep nilai spiritual yang berpijak pada tradisi Islam Nusantara, tidak hanya mencerminkan kesalehan individu, tetapi juga menekankan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam. Lima pilarnya---zikir, ilmu, amal, akhlak, dan kebersamaan---membentuk inti ajaran ini, yang telah diterapkan secara turun-temurun melalui berbagai institusi tradisional, seperti pesantren dan masjid. Namun, bagaimana nilai-nilai ini diterapkan di era modern yang dinamis, kompleks, dan sering kali individualistik?
Jejak Sejarah Kemalikussalehan
Dalam sebuah kunjungan ke kompleks makam Sunan Kalijaga di Demak, terlihat bagaimana Kemalikussalehan telah menjadi bagian integral dari identitas masyarakat. Sunan Kalijaga, seorang wali yang dikenal dengan pendekatan dakwahnya yang adaptif dan inklusif, menyebarkan Islam dengan mengintegrasikan nilai-nilai lokal dalam ajaran Islam. Tradisi ziarah dan berbagai ritual keagamaan yang dilakukan di sekitar makam Sunan Kalijaga menunjukkan bagaimana lima pilar Kemalikussalehan telah lama menjadi landasan kehidupan masyarakat.
Namun, warisan ini juga menunjukkan bahwa Kemalikussalehan dulu diterapkan dalam masyarakat yang relatif homogen, baik dari segi budaya maupun nilai. Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana membumikan nilai-nilai tersebut di masyarakat yang beragam secara sosial, ekonomi, dan budaya, sambil tetap relevan dengan kebutuhan zaman.
Studi Kasus: Pesantren Darussalam, Malang
Pesantren Darussalam di Malang menjadi salah satu contoh penerapan lima pilar Kemalikussalehan dalam konteks modern. Pesantren ini mengintegrasikan pendidikan agama dan umum dengan memanfaatkan teknologi digital sebagai bagian dari proses pembelajaran. Kegiatan seperti zikir berjamaah, pengajaran ilmu agama, pengabdian masyarakat, pembinaan akhlak, dan berbagai aktivitas kebersamaan menjadi program inti pesantren.
Namun, dalam wawancara dengan beberapa santri dan pengajar, ditemukan bahwa tantangan utama adalah menjaga keseimbangan antara tradisi dan inovasi. Banyak santri yang merasa bahwa dunia luar menawarkan godaan yang sulit dihindari, sehingga nilai-nilai yang diajarkan sering kali sulit dipertahankan setelah mereka lulus dari pesantren.
Analisis Implementasi Lima Pilar
Zikir: Zikir di pesantren Darussalam dilakukan secara rutin, baik secara kolektif maupun individu. Namun, dalam era serba cepat, praktik ini sering kali hanya menjadi rutinitas tanpa makna yang mendalam. Tantangannya adalah bagaimana memastikan zikir tetap menjadi momen refleksi yang bermakna bagi setiap individu.
Ilmu: Pesantren ini berhasil mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum dengan pendekatan modern. Namun, masih ada keterbatasan dalam mengajarkan keterampilan berpikir kritis dan kewirausahaan, yang penting untuk menghadapi era globalisasi.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!