Mohon tunggu...
Riyan Hidayat
Riyan Hidayat Mohon Tunggu... lainnya -

Arabic Languange and Literature, Faculty of Humanity, University of Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Abu Ubaidah bin Jarrah: Kepercayaan Umat Nabi Muhammad SAW

15 Agustus 2012   06:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:44 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

mengacu pada kitab : الأسامي والكنى - إمام أحمد بن حنبل Tentang Abu Ubaidah Ibn Jarrah [ 14 ] أبو عبيدة بن الجراح اسمه عامر بن عبد الله بن الجراح Abu Ubaid bin Al-Jarrah nama aslinya Amir bin Abdullah bin Al-Jarroh Abu Ubaidah bin Jarrah terlahir dengan nama lengkap Amir bin Abdullah bin Al Jarrah bin Uhaib bin Dhabah bin Al Harist bin Fahr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin  Muhdar bin Nizar bin Ma`ad Al quraisy Al Fihry al maky. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah SAW pada Fihry. Ia adalah anak dari Abdullah bin Jarrah, seorang yang tidak mengakui dan menolak ajaran Islam.  Dalam Manaqib Ali bin Abi Thalib Karomallahu Wajhu yang disusun Az Zamakhsyari, disebutkan bahwa Abu Ubaidah bin Jarrah merupakan salah seorang dari sepuluh sahabat Nabi SAW yang dijanjikan masuk surga (As Sabiqunal Awwalun). Mereka adalah Khulafaurasyidin yang terdiri dari Abu Bakar Ash-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Lalu Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqash, Sa’id bin Zaid bin Amru bin Nufail dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Merekalah yang disebutkan dalam Surat At Taubah Ayat 100. Allah SWT Berfirman, orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.(QS. At Taubah : 100) Abu Ubaidah masuk Islam satu hari setelah Abu Bakar Ash Shiddiq masuk Islam, dan atas bantuan Abu Bakar Ia masuk Islam. Abu Ubaid juga salah seorang yang ikut hijrah ke negeri Habasyah(Ethiopia) dan Yatsrib(Madinah) dikarenakan adanya penyiksaan dan pengejaran terhadap mukmin oleh kaum Kafir Quraisy. Ia adalah salah sorang penghapal qur’an pada masa itu. Sifat Abu Ubaidah Abu Ubaidah adalah salah seorang yang amat mencintai Rasulullah SAW. Pada saat perang Uhud mencapai puncaknya, Rasulullah SAW menjadi target utama dalam penyerangan dan pengepungan dari pihak musuh. Senjata seperti panah dan sebagainya mengarah ke sasaran utama bagi pihak musuh yaitu Rasulullah yang membuat Nabi SAW terluka di bagian kepala dan gigi depan menjadi patah. Bahkan, salah seorang yang bernama Ibnu Qami’ah menyerang rasulullah dan membuat pipi Rasulullah SAW terluka karena terkena kancing baju perang Ibnu Qami’ah. Abu Ubaidah bersama Sahabat lainnya segera melindungi dan membuat barisan pertahanan bagi keselamatan Rasulullah SAW. Darah bercucuran dari wajahnya, berulang kali disekanya darah yang mengalir dari kepala. Sesaat dia mengatakan, “Bagaimana suatu kaum akan menang sedangkan mereka membiarkan nabi yang menuntunnya kepada Tuhannya terluka wajahnya?” Abu Ubaidah juga berusaha mencabut kancing yang melukai pipi Rasulullah SAW dengan kedua gigi nya yang mengakibatkan giginya patah. Disisi lain, Rasululah juga amat mencintai Abu Ubaidah. Dia adalah orang yang dapat dipercaya oleh nabi. Dalam suatu riwayat mengatakan, Abdullah bin Syaqiq bertanya kepada Aisyah siapakah sahabat Rasulullah yang paling dicintai Rasul? Aisyah menjawab,” Abu Bakar, lalu umar, lalu Abu Ubaidah bin Jarrah. Dalam riwayat lain, Rasulullah juga amat mempercayai Abu Ubaidah. Dibuktikan ketika dua orang uskup Nasrani asal Najran mendatangi madinah untuk menemui Rasulullah SAW untuk meminta dicarikan seseorang yang bisa menengahi dan menjadi hakim bagi persoalan di Najran sekaligus mengajarkan perihal agama Islam. menjanjikan seseorang yang dapat dipercaya bagi mereka. Para sahabat bertanya-tanya siapakah yang menjadi orang kepercayaan Nabi SAW. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, diterangkan bahwa Al Bukhari meriwayatkan dari Hudzaifah Radiyallahu’anhu Ia berkata: Al ‘Aqib dan As Sayyid, keduanya adalah pemuka Najran, mereka datang kepada Rasulullah SAW. Mereka bermaksud untuk mengajak Muhaballah (Saling melaknat dengan menyebut nama Allah) dengan Nabi Saw, lalu salah satu dar ikeduanya berkata kepada yang lainnya: ‘Jangan kau lakukan hal itu! Demi Allah, jika itu seorang Nabi, lalu kita saling melaknat dengannya, maka kita dan keturunan kita tidak akan beruntung.’ Setelah itu keduanya berkata: ‘ Kami akan memberikan apa yang kamu minta. Utuslah bersama kami seseorang yang dapat dipercaya, dan janan engkau utus kecuali yang benar-benar jujur.’ Beliau pun bersabda: ‘Aku pasti akan mengutus seseorang yang benar-benar dapat dipercaya untuk ikut bersama kalian.’ Para sahabatpun berharap mendapat kehormatan sebagai utusan beliau. Lalu beliau bersabda: ‘berdirilah wahai Abu Ubaidah bin al-Jarrah.’ Ketika Abu Ubaidah berdiri, Rasulullah SAW bersabda: ‘Ini adalah orang yang dapat dipercaya dari umat ini.’”(HR. Al Bukhari, Muslim, At Tirmidzi, An Nasa’I, dan Ibnu Majah) Dikutip dari sebuah sumber, Umar ibnul Kaththab bercerita tentang hal itu, "aku belum pernah ingin mendapatkan pangkat lebih dari itu pada waktu itu, mudah-mudahan akulah orang yang dimaksudkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam itu, Aku pergi menantikan waktu zhuhur. Sesudah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam selesai shalat zhuhur, beliau menoleh ke kanan dan ke kiri seperti ada yang dicari. Aku menjulurkan kepalaku supaya beliau melihatku, tetapi beliau masih saja mencari hingga beliau melihat Abu 'Ubaidah bin Jarrah, lalu beliau berseru: "kau pergi bersama mereka dan putuskan sengketa yang terjadi antara mereka dengan sebenar-benarnya." Al Bukhari juga meriwayatkan dari Anas bin Malik Radiyallahu Anhu, bahwa Nabi SAW bersabda, لِكُلِّ أُمّةِ أَمِيْنٌ, وَأَمِيْنُ هَذِهِ الأُمّةِ، أَبُوْا عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرّاح Setiap Umat memiliki kepercayaan, dan orang kepercayaan dari umat ini, ialah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah. Abu Ubaidah mengaku senang atas penunjukkan dan pemberian amanat ini dan segera ikut untuk pergi ke Najran. Ia menjadi suri tauladan bagi warga Najran hingga masa tugasnya di Najran berakhir. Abu Ubaidah memang begitu dicintai banyak orang, terlebih para Sahabat Nabi. Bahkan, ketika Rasulullah SAW wafat, banyak orang dating kepadanya dengan maksud membai’at dirinya termasuk Umar bin Khattab sebagai pemimpin pengganti Rasulullah SAW bagi umat Islam saat itu. Beliau justru mengatakan, “Belum pernah aku melihat kau tergelincir seperti sekarang sejak engkau Islam. Apakah kau akan membaiatku, sedangkan ash-Shiddiq, shahabat kedua Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam di Gua Hira', ada di tengah-tengah kita?" hal ini menyadarkan Umar dan segera menyuruh orang memanggil Abu Bakar dan mengajaknya ke Saqifah bani Saidah. Pada saat itu,  kaum anshar sedang melakukan rapat. Abu Bakar pun Bertanya: “Ada apa ini?” mereka menjawab pertanyaan Abu Bakar: "dari kami diangkat amir dan dari kalian juga diangkat amir". Abu bakar mengatakan bahwa boleh diangkat Amir dari kedua orang yang ditunjuknya, yaitu Umar bin Khattab dan Abu Ubaid. Keduanya mengatakan tidak ada yang menyamai kedudukan Abu Bakar saat itu dan justru membai’at Abu Bakar. Bahkan, ketika dirinya sudah meninggal dunia Umar bin Khattab masih saja menyebutkan namanya. Diriwayatkan, Umar pernah berkata, “Apabila aku mati, sedangkan Abu Ubaid masih hidup maka aku akan menyatakan ia sebagai penggantiku. Jika Tuhanku menanyakan tentang masalah ini maka aku akan menjawab, “Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya, setiap nabi mempunyai orang kepercayaan dan orang kepercayaanku adalah Abu Ubaidah bin Al Jarrah.” Akan tetapi, Abu Ubaidah saat ini telah wafat.” Tidak Cinta Dunia Salah satu keteladanan seorang Abu Ubaidah adalah penyikapannya terhadap harta. Ia jauh dari kehidupan dalam gerlapnya dunia dan tak pernah memikirkannya. Pernah dalam suatu riwayat yang disampaikan Thabrani dalam Al Kabirdari Malikud Darr (Malik bin ‘Iyadh, Hamba sahaya Umar). Al Hafiz Ibnu Hajar Al Asqalani berkata, “Umar Ibn Khattab radiyallahu anhu mengambil empat ratus dinar, dan memasukkannya ke dalam kantung uang. Lalu ia mengatakan kepada pelayannya, “Bawa ini kepada Abu Ubaidah bin Jarrah radiyallahu anhu dan ikuti ia sesaat, hingga kamu melihat apa yang dikerjakannya (dengan uang ini)!” Pergilah sang pelayan tadi bemaksud menemui Abu Ubaidah dan mengatakan kepadanya, “Amirul Mu’minin berpesan kepadamu agar menggunakan uang ini untuk memenuhi kebutuhan anda.” Abu Ubaidah menjawab, “Semoga Allah melindungi Umar dan memberikan rahmat kepadanya.” Lalu berkata lagi kepada pelayan Umar, “Bawalah tujuh dinar untuk si fulan, lima dinar untuk si fulan, ...” hingga uang itu habis. Dalam riwayat lain yang disampaikan Abu Nuaim, meriwayatkan bahwa urwah berkata, “Umar Ibn Khattab mendatangi Abu Ubaidah bin Jarrah radiyallahu anhu yang ketika itu sedang berbaring di atas alas binatang kendaraannya, dan berbantalkan tas. Lalu Umar berkata kepadanya, ‘mengapa engkau tidak menggunakan sesuatu yang seperti digunakan oleh sahabat-sahabatmu yang lain?” Abu Ubaidah  menjawab, ’Wahai Amirul mu’minin, hanya dengan ini aku bisa beristirahat di tengah hari.” Dalam peristiwa yang lain, Mu’ammar juga pernah mengatakan bahwa ketika Umar berkunjung ke Syam, rakyat dan pembesar negeri itu menyambutnya. Lalu Umar berkata, “Dimana Saudaraku?” Mereka bertanya, “Siapa?” Umar menjawab, “Abu Ubaidah.” Mereka lalu mengatakan, “Sebentar lagi Ia akan menemuimu.” Ketika Abu ‘Ubaidah datang, Umar turun dan kemudian merangkul Abu Ubaidah dan menanyakan keadaannya. Lalu Umar masuk ke dalam rumah Abu Ubaid. Ia tidak menemukan perabot apapun kecuali hanya pedang, perisai, dan binatang kendaraannya. Sumber : Kumpulan khotbah Ali Bin Abi Thalib – Sayyid Ahmad Asy Syailani Ar-Rasul shalallahu 'alaihi wa sallam - Said Hawwa Tarikh Al-Khulafa - Imam As Suyuthi Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2 - Dr.'Abdullah bin Muhammad bin 'Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh Tokoh-tokoh yang diabadikan al-Quran, Volume 1 - Abdurrahman Umairah ------Semoga Berkenan, dipersilahkan kritik saran, mohon maaf atas kesalahan----- Sumber Gambar : http://files.myopera.com/quranteaching1989/blog/Asharaye-Mobashera.jpg Untuk selanjutnya akan dibahas, Abu Ubaidah Sebagai Pemimpin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun