”Iya. Kami sangat ingin Wawan masuk sekolah SMP Negeri dan juga SMA Negeri yang ada di Kota Payakumbuh ini”. Orang tua Wawan menjawab dengan sangat mantap.
“Wawan ini sangat berminat dalam bidang Matematika dan Komputer”. “Jadi Ambo berdua sangat berharap Wawan bisa menggeluti bidang tersebut”. Orang tuanya kemudian melanjutkan dengan menggunakan kata ganti Ambo.
Penggunaan Bahasa Minang yang kental juga sering dipakai oleh keluarga Setiawan ini. Tidak ada kedengaran nada yang aneh ketika mereka menggunakan Bahasa Minang dalam kehidupan sehari-hari.
Diskusi kemudian berlanjut dalam suasana yang begitu hangat. Interaksi sosial yang telah terjalin puluhan tahun diantara kedua keluarga membuat satu sama lain saling terlibat dalam diskusi.
Oh ya, Ayah saya adalah seorang pedagang harian atau pedagang kelontong di daerah Parit Rantang, Kota Payakumbuh. Kedai ayah saya menjual beragam kebutuhan dan perlengkapan harian. Sebagai pedagang kelontong, beliau hampir setiap hari beliau berbelanja kebutuhan kelontongnya di ”Pecinan” Kota Payakumbuh.
”Pecinan” Payakumbuh adalah sebuah daerah yang ditempati oleh keluarga keturunan Tionghoa yang sudah menetap lama di Kota Payakumbuh. ”Pecinan” sendiri berlokasi di pusat Kota Payakumbuh atau berada di daerah Lundang.
Salah satu toko grosir yang paling sering menjadi langganan Ayah saya adalah Toko Setiawan yang dikelola langsung oleh pasangan suami istri Pak Wan dan Buk Un ini. Saya ingat sekali, betapa di waktu saya berada di Kota Payakumbuh, yaitu dari usia Sekolah Dasar sampai dengan usia Sekolah Menengah Atas, sangat sering berbelanja ke kawasan ini.
Kenangan pertama sekali berbelanja pun saya masih membekas sampai saat ini. Sore itu ayah saya sedang mempunyai urusan yang mendesak, namun barang di toko kelontong harus ada yang segera dibeli. Jadilah dengan menggunakan sepeda, saya menuju ke toko beliau. Awalnya beliau sedikit terkejut, ada anak usia sekolah dasar yang berbelanja dengan jumlah yang cukup besar.
“Buk, beli barang-barang dalam catatan ini ya” kata saya sambil menyerahkan selembar kertas yang sudah dicatatkan oleh orang tua.
“Baik, sebentar ya diambilkan” ujar beliau sambal segera mengemas barang seperti pesanan dalam catatan.
Selanjutnya beliau segera menghitung dan menyebutkan sejumlah angka sebagai total belanjaan saya.