Mohon tunggu...
Riyandi Joshua
Riyandi Joshua Mohon Tunggu... Auditor - a monochromepreneur

Seorang auditor merangkap naratulis paruh waktu pada pelbagai media penulisan. Mengabadikan objek dalam goresan pensil, memutar sendi rubik, dan memetik beberapa lagu merupakan kegiatan sampingannya. Mulai menyukai dunia fotografi dengan konsep monokrom dan ingin dikenal sebagai "Monochromepreneur". Menaruh karya komersil di etalase toko buku merupakan impian sampingan yang tengah diusahakannya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kalau.

11 Agustus 2020   10:37 Diperbarui: 11 Agustus 2020   15:51 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepasang lansia tengah berolahraga ringan seraya bercerita tentang hidup (Dokpri)

Akhir-akhir ini, bersenandika merupakan anomali baru yang tidak jarang aku lakukan ketika sendiri. Satu demi satu pertanyaan umum bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya muncul dan menari di sekitar kepalaku.

Tentang bagaimana mencapai target finansial nantinya; ingin membeli properti seperti apa; sampai bagaimana cara agar tidak "mati" di tengah pandemi ini. Tidak mati, secara konotasi maupun denotasi. Oh, iya, aku menulis ini di sepertiga malam tatkala pandemi corona tengah berjalan kurang lebih hampir tujuh bulan lamanya.

Salah satu pertanyaan random yang acap kali muncul adalah:

"Kalau dulu kita tidak pisah, hidup bakal kayak apa, ya?"

Apakah mungkin lebih berwarna dibanding potret senja yang dahulu sering kita tukarkan lewat ponsel?

Pun apakah mungkin lebih bermakna ketimbang benda-benda bersejarah di Museum Kota Tua yang pernah kita jelajahi?

Atau mungkin lebih hangat dari hidangan hot plate yang terakhir kali kita pesan?

Tidak ada yang tahu.

Kalau dulu kita tidak pisah, mungkin sajak ini tidak akan sempat kau baca, pun kutulis.

Oh, iya, pesanku, terlepas dari kita pisah ataupun tidak. Hidup selalu lebih keras setiap harinya. Kau harus lebih kuat, ya. Pun aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun