Akhir-akhir ini, bersenandika merupakan anomali baru yang tidak jarang aku lakukan ketika sendiri. Satu demi satu pertanyaan umum bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya muncul dan menari di sekitar kepalaku.
Tentang bagaimana mencapai target finansial nantinya; ingin membeli properti seperti apa; sampai bagaimana cara agar tidak "mati" di tengah pandemi ini. Tidak mati, secara konotasi maupun denotasi. Oh, iya, aku menulis ini di sepertiga malam tatkala pandemi corona tengah berjalan kurang lebih hampir tujuh bulan lamanya.
Salah satu pertanyaan random yang acap kali muncul adalah:
"Kalau dulu kita tidak pisah, hidup bakal kayak apa, ya?"
Apakah mungkin lebih berwarna dibanding potret senja yang dahulu sering kita tukarkan lewat ponsel?
Pun apakah mungkin lebih bermakna ketimbang benda-benda bersejarah di Museum Kota Tua yang pernah kita jelajahi?
Atau mungkin lebih hangat dari hidangan hot plate yang terakhir kali kita pesan?
Tidak ada yang tahu.
Kalau dulu kita tidak pisah, mungkin sajak ini tidak akan sempat kau baca, pun kutulis.
Oh, iya, pesanku, terlepas dari kita pisah ataupun tidak. Hidup selalu lebih keras setiap harinya. Kau harus lebih kuat, ya. Pun aku.
Lalu, dengan sekarang kita yang sudah pisah, hidup bakal kayak apa lagi, ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H