Mohon tunggu...
RIYAN AFRIANY
RIYAN AFRIANY Mohon Tunggu... Guru - GURU PKWU SMAN I DARANGDAN PURWAKARTA DAN GURU PENGGERAK ANGKATAN 5 DARI KABUPATEN PURWAKARTA

Assalamualaikum........perkenalkan, saya adalah seorang Guru PKWU di SMAN I Darangdan Purwakarta dan Guru Penggerak Angkatan 5 dari Kabupaten Purwakarta, menulis merupakan hal baru untuk saya, dan saya ingin menggali potensi saya pada bidang ini melalui media kompasiana.com salah satunya.....semangaaat....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Practice Implementasi Pembelajaran PBL

24 Januari 2023   18:10 Diperbarui: 24 Januari 2023   18:11 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Biologi  Pokok Bahasan Gangguan Pada Sistem Pencernaan Manusia Di Kelas XI MIPA 2  SMAN I Darangdan Tahun Pelajaran 2022/2023

BAB I PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting bagi suatu negara. Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusianya. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya Indonesia melakukan perbaikan dalam sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum yakni Kurikulum 2013 sebagai revisi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendididkan (KTSP) untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan  menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Selain itu juga harus memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh sebab itu, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Di Era transformasi pendidikan abad ke-21 ini merupakan arus perubahan dimana guru dan peserta didik akan sama-sama memainkan peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru bukan hanya sebagai transfer of knowledge atau guru merupakan satu-satunya sumber belajar yang bisa melakukan apa saja (teacher center), melainkan guru sebagai mediator dan fasilitator yang aktif untuk mengembangkan potensi aktif peserta didik yang ada pada dirinya. Pengetahuan, kemahiran, dan pengalaman guru diintegrasikan dalam menciptakan kondisi pembelajaran efektif dan profesional agar lebih bervariatif bermakna dan menyenangkan.

Proses pembelajaran IPA seharusnya berpusat pada Peserta Didik sebagai subjek belajar yang memiliki kemampuan untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran IPA tidak hanya melakukan transfer informasi, tetapi juga membangun proses penemuan yang melibatkan peran aktif Peserta Didik untuk mendapatkan konsep secara mendalam bukan hanya sebatas hapalan. Hal tersebut sesuai dengan permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi yang menyebutkan bahwa pembelajaran IPA berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis bukan sabagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja (BNSP, 2006).

Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013 pada pokok bahasan Gangguan Sistem Pencernaan yang dilakukan selama ini belum berpusat pada peserta didik karena pembelajaran sebagian besar masih dilakukan dengan metode konvensional seperti                                 melalui metode ceramah, diskusi melalui kegiatan tanya jawab dan latihan soal. Selain itu, kegiatan pembelajaran masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir peserta didik masih dalam level C1 (mengingat), C2 memahami , dan C3 (aplikasi). Guru jarang melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/ HOTS). Pembelajaran yang dilakukan belum bisa memenuhi semua kebutuhan peserta didik sehingga belum bisa membangkitkan Keaktifan Belajar peserta didik yang berakibat pembelajaran menjadi pasif dan monoton. Hal ini menjadi latar belakang saya untuk menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan model pembelajaran inovatif yaitu PJBL (Project Based Learning).

Terdapat beberapa kondisi yang menjadi latar belakang masalah yang terjadi di sekolah kami SMAN I Darangdan, sehingga menjadi dasar terlaksananya praktik pembelajaran ini, diantaranya, yaitu:

  • Kenyataan yang terjadi pada saat ini, hasil evaluasi belajar peserta didik menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam pemahaman konsep biologi masih tergolong rendah baik pada materi yang bersifat konkret maupun pada materi yang bersifat abstrak. Hal ini mungkin terjadi karena sifat materi Biologi itu sendiri yang konkrit dan abstrak. Materi biologi yang bersifat abstrak ini sulit untuk divisualisasikan atau digambarkan sehingga peserta didik kesulitan dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep biologi tersebut. Selain itu,  dapat terlihat juga dari kurangnya motivasi dan pemahaman terhadap konsep materi Biologi oleh peserta didik yang ternyata mempengaruhi nilai rata-rata hasil belajar peserta didik yang masih tergolong rendah. Kondisi inilah yang mendorong guru untuk mencari solusi yang tepat untuk meningkatkan motivasi, hasil belajar dan pemahaman konsep peserta didik khususnya pada materi gangguan sistem pencernaan pada manusia kelas XI.
  • Dalam proses pembelajaran yang dilakukan Guru jarang menghadirkan kejadian atau kasus dari kehidupan sehari-hari, sehingga seolah-olah materi biologi yang diajarkan di kelas seperti bersifat teoritis saja.
  • Dalam proses pembelajaran yang dilakukan belum memfasilitasi atau mengakomodir minat, preferensi belajar, dan kesiapan belajar peserta didik. Sehingga peserta didik kurang terlibat aktif, cenderung pasif dalam proses pembelajaran, dan pembelajaran hanya bersifat satu arah. Dengan kata lain proses pembelajaran bersifat teacher centered learning, hasil belajar mereka juga rendah, juga peserta didik akan merasa tidak nyaman dan bosan selama menempuh proses pembelajaran di kelas.
  • Peserta didik belum mampu melihat urgensi dari manfaat mempelajari materi di kelas dan ini tentunya berpengaruh terhadap tingkat pemahaman konsep peserta didik.
  • Kurangnya pemanfaatan media ajar, metode dan model pembelajaran inovatif oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Karena terbatasnya keterampilan guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik.
  • Peserta didik masih dalam proses tahap adaptasi dari proses pembelajaran daring menjadi luring.
  • Pembelajaran inovatif yang diberikan oleh guru belum dapat dipahami oleh peserta didik, karena sintak-nya tidak beralur.
  • Pada saat diskusi dan presentasi kelompok, peserta didik terlihat cenderung pasif dan hanya beberapa yang berani mengemukakan pendapatnya. Kondisi ini dipicu karena rendahnya keterampilan peserta didik dalam bekerja secara kelompok atau tim.
  • Rendahnya tanggungjawab murid dalam pemanfaatan gawai yang selama proses pembelajaran.
  • Rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik sehingga berdampak terhadap kemampuan mereka dalam memahami pokok bahasan dan LKPD yang masih rendah.
  • Guru kemudian melakukan kajian literatur dan melakukan wawancara untuk mencari berbagai alternatif solusi yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dari berbagai alternatif solusi, dipilihlah salah satu solusi dengan mempertimbangkan penyebab yang paling berpengaruh terhadap pemahaman konsep peserta didik, pendapat ahli serta hasil kajian literatur, karakter peserta didik, karakteristik materi, potensi sekolah, serta kemampuan guru, saya berencana untuk mengimplementasikan pendekatan saintifik (Scientific approach), TPACK dan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi dengan model pembelajaran PBL untuk meningkatkan hasil belajar dan pemahaman konsep peserta didik pada materi gangguan sistem pernafasan pada manusia kelas XI.

Bertolak dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Biologi Pokok Bahasan Gangguan Pada Sistem Pencernaan Manusia Di Kelas XI MIPA 2  SMAN I Darangdan".

B. Jenis Kegiatan
Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan best practice ini adalah kegiatan pembelajaran Biologi dengan menggunakan model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Biologi Pokok Bahasan Gangguan Pada Sistem Pencernaan Manusia Di Kelas XI MIPA 2  SMAN I Darangdan, pada tanggal 11 Desember 2022.

C. Manfaat Kegiatan

Manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan ini, adalah sebagai berikut:

  • Menjadikan peserta didik ikut serta dan aktif selama proses pembelajaran. Hal ini tentunya merupakan suatu hal yang sangat baik dalam proses belajar.
  • Peserta didik dapat membuat pengetahuan baru dengan berdasarkan hasil penyelidikan atau analisis permasalahan yang telah dilakukan. Kondisi ini tentunya akan membawa dampak positif pula pada motivasi dan pemahaman konsep peserta didik terutama pada materi Gangguan sistem pencernaan manusia di Kelas XI MIPA 2.
  • Sebagai solusi bagi sekolah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran khususnya SMAN 1 Darangdan.
  • Sebagai model pembelajaran bervariasi bagi pendidik yang dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik, serta menciptakan proses pembelajaran yang menarik.

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN

 A. Tujuan dan Sasaran

  • Tujuan

Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Sub Materi Gangguan Sistem Pencernaan Manusia Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning.

  • Sasaran

Sasaran pelaksanaan Best Practice ini adalah peserta didik kelas XI MIPA 2 semester ganjil di SMA Negeri I Darangdan sebanyak 36 peserta didik.

B. Bahan/Materi Kegiatan

Bahan yang digunakan dalam Best Practice pembelajaran ini adalah Sub Materi Pada Sub Materi Gangguan Sistem Pencernaan Manusia kelas XI semester ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023 yang di uraikan dengan rincian KD sebagai berikut :

KOMPETENSI DASAR:

3.7 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem pencernaan dalam kaitannya dengan nutrisi, bioproses dan gangguan fungsi yang dapat terjadi pada sistem pencernaan manusia (C4)

4.7 Menyajikan hasil analisis data dari berbagai sumber (studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi), tentang kelainan pada struktur dan fungsi jaringan pada organ-organ pencernaan yang menyebabkan gangguan sistem pencernaan melalui berbagai bentuk media informasi (P3)

IPK

3.7.1 Mendiagnosis gangguan atau kelainan dan penyakit yang mungkin terjadi pada organ-organ sistem pencernaan manusia (C4)

3.7.2 Mengaitkan beberapa permasalahan gangguan atau kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan manusia dengan konsep nutrisi dan bioproses pada organ-organ sistem pencernaan manusia (C4)

3.7.3 Memecahkan permasalahan gangguan atau kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan manusia (C4)

4.7.1 Mempresentasikan hasil analisis tentang gangguan atau kelainan organ-organ pencernaan yang menyebabkan penyakit pada sistem pencernaan manusia dari berbagai sumber sebagai tugas kelompok dalam bentuk tertulis (P3)

4.7.2 Mendesain hasil analisis gangguan atau kelainan dan penyakit sistem pencernaan manusia dalam bentuk infografis atau poster dan di publikasikan ke media sosial  (P5)

C. Metode / Cara Melaksanakan Kegiatan

Cara yang digunakan dalam pelaksanaan Best Practice ini adalah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan saintific, metode diskusi, presentasi, dan penugasan.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang telah dilakukan penulis untuk mengatasi masalah dan tantangan dalam melaksanakan implementasi pembelajaran PBL:

1. Melakukan kajian literatur dari berbagai sumber yang relevan seperti jurnal, hasil penelitian peneliti sebelumnya dengan topik yang sama, artikel, dan sumber-sumber lainnya mengenai penerapan pendekatan saintifik pada materi Gangguan system pencernaan pada manusia.

2. Melakukan wawancara dengan ahli seperti rekan-rekan guru yang telah berpengalaman mengenai penerapan model pembelajaran PBL.

3. Pemetaan KD

Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan KD yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Biologi model PBL, maka diputuskan mengambil pokok KD seperti yang tercantum di atas.

4. Pemilihan Media Pembelajaran

a. Dalam pemilihan media pembelajaran adalah dengan memilih media pembelajaran yang tepat dan inovatif sesuai dengan karakteristik peserta didik dan karakteristik materi pembelajaran.

Adapun media pembelajaran yang digunakan adalah media yang berbasis teknologi/TPACK seperti:

  • Menggunakan PPT Flipbook Di Aplikasi Canva Hayzine Untuk Membantu Menjelaskan Materi.
  • Menyampaikan Materi Melalui Penanyangan Video Dari Youtube.
  • Melakukan Pretes Dan Postes Melalui Aplikasi G-Form,

b. Proses membuat media inovatif dilakukan oleh guru sendiri mulai dari menyiapkan bahan materi untuk di PPT, menyiapkan soal pretes dan postes kemudian menginput ke aplikasi G-Form, mencari video pembelajaran dari youtube, menyiapkan soal dan menginput ke google form.

c. Sumber daya yang diperlukan untuk membuat media pembelajaran inovatif ini yaitu: buku peserta didik, proyektor, jaringan internet, Flipbook aplikasi canva Heyzine, youtube, dan google form.

5. Pemilihan Model Pembelajaran

  • Yang dilakukan guru dalam pemilihan model dan pembelajaran inovatif adalah dengan memahami karakteristik peserta didik dan materi ajar. Adapun model pembelajaran inovatif yang dipilih yaitu Model Problem Based Learning (PBL). Sedang metode pembelajaran yang dipilih adalah diskusi kelompok, presentasi, dan penugasan.
  • Proses yang dilakukan dalam memilih model dan metode pembelajaran adalah memahami karakteristik peserta didik dan materi ajar, serta mempelajari model pembelajaran PBL.
  • Sumber daya yang diperlukan dalam pemilihan model dan metode ini antara lain modul pembelajaran inovatif, jaringan internet, bahan ajar, pemahaman/kompetensi guru akan model pembelajaran PBL serta pemahaman guru akan materi pembelajaran.

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Prblem Based Learning (PBL) pada materi: Gangguan Sistem Pencernaan Pada Manusia.

Kegiatan Inti:

Sintak PBL 

  Fase 1 MengorientasiKan Peserta Didik Pada  Masalah

  • Peserta didik dibagi menjadi 6 kelompok yang  terdiri dari 5-6 orang. (Collaborative)
  • Pendidik membagikan LKPD dan membagikan Link Flipbook E-LKPD Berbasis PBL yang berisi artikel permasalahan gangguan atau kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan manusia yang berbeda-beda.
  • Peserta didik mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai masalah yang akan dipecahkan oleh setiap kelompoknya.

Fase 2 Mengorganisasi Kan  Peserta Didik Untuk Mengidentifikasi Masalah

  • Pendidik mengarahkan peserta didik untuk membagi peran dalam diskusi kelompok.
  • Peserta didik mengamati artikel pada LKPD dan mendiagnosis gangguan atau kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan manusia (Critical Thinking)

Fase 3 Membimbing Penyelidikan Mandiri Dan Kelompok

  • Peserta didik berdiskusi bersama kelompoknya         untuk mencari solusi dari permasalahan yang disajikan dalam artikel. (Collaboration)
  • Peserta didik mengaitkan permasalahan gangguan atau kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan manusia dengan konsep yang sudah dipelajari sebelumnya. (Critical Thinking)
  • Pendidik membimbing peserta didik dalam berdiskusi dengan cara mengelilingi setiap kelompok sekaligus mengobservasi sikap kemandirian peserta didik dalam belajar.

Fase 4 Mengembangkan Dan Menyajikan Hasil Penyelesaian Masalah

  • Peserta didik bersama kelompoknya mengumpulkan informasi dari berbagai sumber terkait permasalahan yang disajikan dalam artikel dan melengkapi laporan diskusi pada LKPD (Flipbook E-LKPD).
  • Pendidik memberikan tugas kelompok yaitu mendesain hasil diskusinya mengenai analisis gangguan atau kelainan dan penyakit sistem pencernaan manusia pada setiap artikel yang dibahas masing-masing kelompok dalam bentuk infografis atau poster dan di publikasikan ke media sosial. (Creative, STEAM)
  • Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi masing-masing kelompoknya.
  • Peserta didik menyimak persentasi kelompok lain dan aktif dalam session tanya jawab. (Critical Thinking and Communication)

Fase 5 Menganalisis Dan Mengevaluasi

  • Peserta didik melengkapi LKPD (E-LKPD) untuk  memecahkan permasalahan gangguan atau kelainan fungsi dan penyakit pada sistem pencernaan manusia. (Critical Thinking and Communication)
  • Pendidik menanyakan hal yang belum di pahami kepada peserta didik.
  • Pendidik memberikan konfirmasi dan penguatan.

6. Penyusunan Perangkat Pembelajaran

Berdasarkan hasil kerja 1 hingga 5 di atas kemudian disusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, LKPD, dan instrumen penilaian. RPP disusun dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan kecakapan abad 21. Kemudian saya menyusun rencana evaluasi dan refleksi untuk perbaikan di masa yang akan datang.

D. Alat Media / Instrumen

Media:

  1. LKPD.
  2. PPT Flipbook Dan Video.
  3. Lembar Penilaian.

Alat dan Bahan:

  1. Laptop.
  2. Proyektor.
  3. Papan Tulis.

Sumber Belajar

1. Buku Guru dan Peserta didik

Artanti, S.Si. 2020. Modul Pembelajaran SMA BIOLOGI Kelas XI. Jakarta. Kemdikbud Direktorat SMA.

Pujiyanto, S. 2014. Menjelajah Dunia Biologi untuk Kelas XI SMA/MA. Solo. PT Tiga Serangkai Putra Mandiri.

Syamsuri, Istamar dkk. 2004. BIOLOGI Jilid 1 A untuk SMA Kelas XI Semester 1. Jakarta. Penerbit Erlangga

Artikel

Ashadi. 2021. Asam Lambung Kronis Penyebab GERD, Dialami Lebih dari 4 Juta Orang Indonesia. 

https://www.suaramerdeka.com/gaya-hidup/pr-04171518/asam-lambung-kronis-penyebab-gerd-dialami-lebih-dari-4-juta-orang-indonesia

Purnamasari. 2021. Banyak Anak Indonesia Meninggal karena Diare, Kementerian PPPA Dorong Perbaikan Sanitasi.

https://nasional.kompas.com/read/2021/08/20/11524881/banyak-anak-indonesia-meninggal-karena-diare-kementerian-pppa-dorong

 Mariana, 2022. Memprihatikan Banget! Remaja Ini Tewas Dengan Otak Digerogoti Ratusan Cacing Pita, Ternyata Makanan Ini Jadi Pemicunya, Gak Nyangka.

https://sajiansedap.grid.id/read/103259217/memprihatikan-banget-remaja-ini-tewas-dengan-otak-digerogoti-ratusan-cacing-pita-ternyata-makanan-ini-jadi-pemicunya-gak-nyangka?page=all

Fidryansyah. 2022. Mahasiswa Unnes Semarang Meninggal Diduga Terlalu Sering Makan Mi Instan dan Begadang

https://video.tribunnews.com/view/519119/mahasiswa-unnes-semarang-meninggal-diduga-terlalu-sering-makan-mi-instan-dan-begadang

     Jalaludin. 2022. Keracunan Massal di Sukabumi, Korban Bertambah Jadi 142 Orang, Polisi Menduga Karena Ini.

https://www.tribunnews.com/regional/2022/07/30/kasus-keracunan-massal-di-sukabumi-ada-142-korban-muntah-setelah-makan-nasi-kotak-syukuran-haji?

     Nursyamsi, 2022. Kanker Usus Besar Peringkat Keempat di Indonesia, Pasien Datang Pada Stadium Tinggi: https://www.tribunnews.com/kesehatan/2022/11/30/kanker-usus-besar-peringkat-keempat-di-indonesia-pasien-datang-pada-stadium-tinggi

2. Video Pembelajaran https://youtu.be/tG7ACQA_tvg

Aplikasi E-LKPD Flipbook: https://heyzine.com/admin/view?n=b4065bfe44f4a41af75a3e13d861514a69e31dc4.pdf&adminKey=11b9c63738f0432f61227818457695d2#

Aplikasi Quizziz.com: Pre test dan Post test.

Aplikasi Media Sosial: FB Atau Instagram.

Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam Best Practice ini ada 3 macam yaitu:

No.

Aspek

Teknik

Bentuk Instrumen

1.

Sikap

Observasi (Diskusi dan Presentasi)

Lembar Observasi

2.

Pengetahuan

Kuis Aplikasi Google Form

Soal Pilihan Ganda

3.

Psikomotor

Penilaian Kinerja

Format Penilaian Kinerja

E. Waktu dan Tempat Kegiatan

 Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Desember 2022 bertempat di  kelas XI MIPA 2 SMA Negeri I Darangdan. Dalam pelaksanaan strategi ini, saya  berkolaborasi dengan wali kelas, teknisi, dan rekan sejawat (membantu dalam  dokumentasi).

F. Sumber Daya

Sumber daya yang saya manfaatkan diantaranya:

  • Man : guru, rekan-rekan guru serta peserta didik.
  • Machine : HP, laptop, microphone.
  • Biaya yang diperlukan ialah untuk konsumsi peserta didik dan rekan-rekan yang terlibat selama pelaksanaan aksi.
  • Waktu. Eksekusi pelaksanaan aksi dilakukan selama kurang lebih selama 1 jam 33 menit 43 detik, dimana waktu tersebut digunakan untuk persiapan alat-alat teknis dan ruangan, pelaksanaan, hingga kegiatan penutup.

BAB III HASIL KEGIATAN

 A. Hasil Kegiatan

Hasil kegiatan yang dapat dilaporkan dari Best Practice ini diuraikan  sebagai berikut:

  • Peserta didik lebih termotivasi dan juga aktif selama mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan pembelajaran dilakukan secara berkelompok sehingga dengan kolaborasi sesama anggota kelompok yang heterogen, peserta didik bisa menggali dan saling bertukar informasi untuk memecahkan permasalahan  yang  tersaji dalam LKPD dan menuangkannya dalam sebuah produk.
  • Pembelajaran Biologi yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran PBL meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan transfer knowledge. Di ranah kognitif setelah guru memberikan lembar permasalahan faktual, peserta didik tidak hanya fokus menyelesaikan dengan konseptual tetapi menyelesaikan permasalahan dengan langkah (prosedur) yang benar. Nilai pengetahuan Peserta didik juga meningkat. Hal ini bisa dibuktikan dengan hasil nilai Postest peserta didik yang meningkat dari sebelumnya. Di ranah afektif peserta didik bersikap mandiri, kolaboratif, kritis, kreatif, dan komunikatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu di ranah prikomotorik peserta didik dapat mempresentasikan hasil pengerjaan LKPD dan penugasan pembuatan poster atau infografis di depan kelas dengan baik.
  • Penerapan model pembelajaran PBL juga meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah (problem solving). PBL mampu mendorong peserta didik merumuskan pemecahan masalah.
  • Selain itu, pembelajaran yang diaplikasikan dengan TPACK membuat peserta didik antusias karena pembelajaran lebih menarik dan juga sesuai dengan kodrat mereka generasi Z. Apalagi ketika pembuatan poster atauinfografis, kuis dalam tampilan G-form, mereka bisa melaksanakan semuanya dengan baik dan penuh antusias.

B. Tantangan yang Dihadapi

Adapun yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain:

  • Dari pihak guru, tantangan terbesarnya adalah:
    • Bertransformasi, keluar dari kebiasaan lama yang selalu menyamaratakan kebutuhan belajar peserta didik.
    • Memberikan proses pembelajaran dengan model pembelajaran PBL merupakan hal yang tidak mudah. Saya membutuhkan perhatian lebih untuk bisa memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan sintak PBL namun juga tetap memperhatikan keunikan setiap peserta didik.
    • Membuat media pembelajaran yang interaktif dan inovatif sesuai dengan karakteristik peserta didik dan karakteristik materi yang mampu menarik partisipasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran.
    • Menyelenggarakan proses pembelajaran dengan suasana menyenangkan, yang dapat memfasilitasi bakat dan minat peserta didik, juga dapat memberikan kebebasan untuk berkarya, berekspresi, berinovasi, dan berkolaborasi.
    • Mendesain perencanaan pembelajaran dengan strategi, metoda, dan media yang interaktif, inovatif, juga efektif, dengen prinsip student center learning.
    • Menjadi pamong, fasilitator, bagi peserta didik dalam menuntun mereka untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan berkolaborasi, dalam pembelajaran sesuai dengan bakat dan minatnya.
    • Guru merasa kesulitan terutama dalam pembuatan RPP/ model ajar dan LKPD yang akan digunakan untuk proses pembelajaran. Karena Guru perlu menyusun perangkat ajar dan LKPD yang berbasis masalah yang benar-benar dapat mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik.
    • Guru sempat kesulitan mencari kasus yang unik dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menarik minat peserta didik untuk belajar. Hal ini tentu dipengaruhi oleh pengalaman guru yang masih minim, sehingga belum benar-benar menyadari contoh fenomena gangguan sistem pencernaan pada manusia dalam kehidupan sehari-hari karena pada pembelajaran sebelumnya lebih terfokus terhadap soal-soal teksbook.
    • Berdasarkan tantangan tersebut diatas bisa disimpulkan bahwa tantangan yang dihadapi melibatkan peran guru dalam hal kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu kompetensi pedagogik dan profesional.
  • Tantangan yang berasal dari peserta didik adalah:
    • Peserta didik belum terbiasa dengan penerapan pembelajaran pembelajaran berbasis PBL.
    • Peserta didik kemungkinan akan mengalami kebingungan karena kegiatan pembelajaran akan menjadi sedikit berbeda dimana pembelajaran menjadi berpusat pada peserta didik yang menuntut peserta didik untuk aktif membangun pengetahuannya secara mandiri melalui metode yang akan diterapkan.
    • Kegiatan pembelajaran biasanya didominasi oleh guru, sehingga peserta didik sangat bergantung terhadap guru. Hal ini tentu akan menjadi sebuah perubahan yang mencolok bagi peserta didik.
    • Peserta didik dituntut untuk memiliki keaktifan, kemandirian dan kolaborasi peserta didik dalam proses pembelajaran, kejelian peserta didik dalam mengobservasi, mendiagnosa, menganalisis setiap kasus yang ditampilkan di LKPD.

Cara Mengatasi Masalah

Berdasarkan tentangan yang dihadapi guru, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

Melakukan kajian literatur dari berbagai sumber yang relevan seperti jurnal, hasil penelitian peneliti sebelumnya dengan topik yang sama, artikel, dan sumber-sumber lainnya mengenai penerapan pendekatan saintifik pada materi gangguan sistem pencernaan pada manusia.

  • Melakukan wawancara dengan ahli seperti rekan-rekan guru yang telah berpengalaman mengenai penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan model pembelajaran PBL. Melakukan diskusi dengan rekan-rekan PPG jurusan biologi yang lain mengenai penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan model pembelajaran PBL dalam proses pembelajaran.
  • Aktif berdiskusi dalam proses perkuliahan dengan mengajukan pertanyaan terkait hal yang belum dipahami.
  • Melakukan diskusi dengan rekan-rekan guru jurusan biologi yang lain mengenai penerapan model pembelajaran PBL dalam proses pembelajaran.
  • Aktif berdiskusi dalam proses perkuliahan dengan mengajukan pertanyaan terkait hal yang belum dipahami.
  • Membuat draf rencana aksi kemudian mempresentasikan di depan rekan-rekan guru yang lain untuk mendapat masukan sehingga dapat direvisi kembali agar diperoleh rencana aksi yang baik.
  • Membuat perangkat pembelajaran yang berkualitas seperti: FlipBook LKPD berbasis PBL yang baik yang dapat memfasilitasi aktivitas pencarian informasi peserta didik.

Adapun strategi yang digunakan untuk menghadapi tantangan-tantangan di atas adalah:

Berkaitan dengan tantangan yang berasal dari peserta didik, guru mempersiapkan diri dengan berusaha merancang kegiatan pembelajaran sedemikain rupa agar menarik, menyusun LKPD dengan sebaik mungkin agar dapat membantu proses penyelidikan dan konstruksi pengetahuan peserta didik, serta menggunakan media Flipbook (PPT) secara optimal. Sedangkan terkiat tantangan yang berasal dari peserta didik, guru senantiasa membimbing dan memfasilitasi peserta didik selama rangkaian kegiatan pembelajaran berlangsung.

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

  • Pembelajaran dengan model pembelajaran PBL layak diimplementasikan dalam pembelajaran berorientasi HOTS karena dapat meningkatkan hasil Belajar peserta didik dengan kata lain mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, pemecahan masalah dan kecakapan abad 21 ( Critical Thingking, Creatif, Colaboratif, Comunicatif).
  • Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat, pembelajaran dengan model pembelajaran PBL yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil Best Practice pembelajaran biologi dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PJBL), berikut disampaikan rekomendasi yang relevan:

  • Guru seharusnya tidak hanya mengajar hanya dengan metode ceramah, tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar belakang peserta didik dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna.
  • Guru dalam proses belajar mengajarnya tidak boleh hanya mengandalkan buku peserta didik maupun buku guru saja, tetapi harus mempunyai inovasi dan mengikuti trend era digital (TPACK).
  • Peserta didik diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar, tidak terbatas pada hafalan teori.
  • Bahwa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang berkualitas kita perlu melakukan persiapan yang baik dengan menganalisis permasalahan yang dirasakan dan dihadapi oleh peserta didik kemudian berusaha mencari solusi yang paling relevan yang dapat diterapkan untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut sehingga kegiatan pembelajaran dapat mengakomodasi berbagai minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, dan motivasi peserta didik. Solusi tersebut perlu dibuatkan rencana yang praktis dan yang matang, dimulai dari tahap persiapan, pelak sanaan, hingga evaluasi dan refleksi.
  • Guru harus merubah pola mengajar (berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik), guru harus mulai belajar mengembangkan kemampuan IT agar mengikuti perkembangan zaman, guru harus mampu menggunakan model pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
  • Selain itu, pelajaran yang diambil dari kegiatan ini adalah mengenai pentingnya melakukan refleksi untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran dan pentingnya menerapkan metode ilmiah dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik mengalami proses pencarian dan membangun pengetahuan sesuai temuan sendiri. Pelajaran lain yang diperoleh adalah mengenai pentingnya kerja sama dalam tim. Saya tidak bisa menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan ini jika dilakukan seorang diri. Tim yang solid menjadi salah satu faktor pendukung paling penting untuk keberhasilan suatu aktivitas.
  • Selain itu, penting bagi guru untuk menyadari dan menggali konteks atau masalah atau kasus yang berada di sekitar peserta didik untuk dipelajari di Sekolah, terutama di kelas sehingga peserta didik merasa dekat karena kemungkinan besar mengalami kasus tersebut.
  • Kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. Dukungan positif sekolah, seperti penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan kesempatan bagi penulis untuk mendesiminasikan Best Practice ini akan menambah wawasan guru lain tentang pembelajaran HOTS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun