Mohon tunggu...
Riya FitriLiya
Riya FitriLiya Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa IAIN JEMBER

Kesempatan tidak hanya datang sekali, tetapi berkali-kali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kerinduan Seorang Guru

15 April 2020   15:53 Diperbarui: 15 April 2020   16:07 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Guru adalah orang tua kita di sekolah beliau yang mendampingi dan mengajar saat kita belajar dan menuntut ilmu. Kita setiap hari akan bertemu dengannya, disambut dengan senyum manis dan sapa di setiap paginya. Tak lupa kita memberi salam dan mencium tangannya. Merasakan kasih sayang dan perhatian yang luar biasa kita rasakan di setiap harinya. Jika menoleh kebelakang kita tau bahwa tidak ada  hubungan darah apa-apa kita dengan beliau. Namun dengan rasa ikhlas beliau mencurahkan rasa kasih dan sayangnya menganggap kita seperti anak sendiri.

Di kala sibuk dengan rutinitas pekerjaannya tak lupa beliau selipkan doa untuk para anak-anak nya yang beliau didik di sekolah, walaupun hanya seorang guru, meskipun hanya sebatas orang tua di sekolah rasa kebahagiaan tak bisa terbendung dikala ada seorang murid yang bisa meraih juara di perlombaan. Kita tak hanya membanggakan bapak dan ibu di rumah tetapi juga memberi kebahagiaan untuk bapak-ibu guru yang telah membimbing kita di sekolah.

Betapa bahagia dan banggannya karena anak didik nya bisa membuat harum nama sekolah. Dengan bangga beliau mengatakan "saya mau mengantar si A ikut lomba baca puisi" dengan raut wajah bahagia beliau tak lupa memberi semangat dan doa agar kita tidak merasa takut dan merasa tegang. Namun untuk sekarang tak lagi bisa mengikuti kompetisi ataupun perlombaan dikarenakan adanya wabah covid-19 disinilah awal kerinduan seorang guru. Dimana biasanya para siswa-siswi berangkat ke sekolah dengan semangat, menyambutnya dengan sapa dan senyum yang hangat kini tidak ada lagi, semuanya berubah derastis berada didalam rumah.

Sekolah dari rumah, bekerja dari rumah, bahkan orang tua murid pun sampai tidak bisa mencari nafkah karena adanya wabah ini. Entah sampai kapan wabah ini akan lenyap kita hanya bisa berdoa semoga wabah ini cepat berakhir.

Guru mulai jenuh dan rindu dengan tingkah laku anak didiknya begitu pula anak didik sekarang mulai jenuh dan rindu omelan guru tersayangnya. Dimana biasanya setiap hari beliau mengajar dan mendidik dengan penuh rasa sabar dan iklas kini kita sebagai murid hanya bisa merindu saja. Gurupun demikian hanya bisa mengingat dan kangen suasana belajar mengajar dikelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun