Mohon tunggu...
Riya FitriLiya
Riya FitriLiya Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa IAIN JEMBER

Kesempatan tidak hanya datang sekali, tetapi berkali-kali

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Terlahirnya Sebuah Profesi

23 Maret 2020   07:24 Diperbarui: 23 Maret 2020   07:24 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tau bahwa Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pengertian dan penguasaan terhadap sesuatu pengetahuan khusus. Untuk itu apa bisa didapatkan secara instan? Tentu saja tidak kita harus melalui berbagai proses yang panjang tentu itu akan diingat dan menjadi pengalaman berharga. 

Mulai dari sekolah, sifat malas, bahkan sulitnya mencari pekerjaan sudah pasti pernah dirasakan. Apa masih terbesit dalam akal dan pikiran tentang mereka yang berkorban waktu, tenaga demi kalian?. Ingatkah masa dimana kita tidaktau dan tidak bisa apa-apa? Siapa yang mengajarkan ilmu pengetahuan yang dengan mudahnya beliau akrab dan mengajarkan sebuah pengetahuan padahal kita sadar kita bukan siapa-siapa dari mereka . 

Tetapi apa beliau melihat itu semua tentu saja tidak, dengan iklas dengan sabar beliau mengajarkan apa yang tidak kita tau menjadi tau, beliau yang mengajarkan apa yang tidak bisa menjadi bisa, beliau yang mengajarkan dari kita bukan siapa-siapa menjadi seorang yang dikenal. Masihkah ingat dengannya beliau yang dengan rapi pergi mengajar ke sekolah untuk menemui kalian beliau adalah Guru sosok berwibawa tinggi yang memberikan ilmu tanpa balas jasa, lalu apa balasan kalian terhadap mereka. 

Dengan angkuh dengan sombongnya kita berkata berkata kasar dan tidak pantas dengan apa yang sudah beliau lakukan terhadap kita. Kenyataan sekarang dimana-mana banyak kasus guru dipukuli siswa,guru yang masuk penjara hanya karena mencubit siswanya, guru yang masuk penjara gara-gara memarahi siswanya, namun apa kabar dengan pendidikan dulu yang selalu memuliakan guru. 

Orang tua dahulu dengan sekarang jauh berbeda kalau dulu jika anak pulang sekolah menangis hanya karena dimarahi oleh guru orang tua langsung menegur " iya adek nakal coba nurut nanti gak kira  dimarahin"  itu karna apa mereka sadar itu karna beliau sedang mendidik dan langkah menjadikan kita sosok yang terpelajar. Itu dulu lain halnya sekarang banyak kasus guru dipenjara hanya karena hal sepele sampai hati kita memenjarakan beliau hanya karena mecubit, itu beliau lakukan hanya karena sudah gemes melihat tingkah lalu kalian. 

Orang tua sampai lupa hanya melihat kesalahan kecil yang dilakukan oleh guru tetapi lupa akan kesalahan anak sendiri, beliau melakukan itu sebab ingin mendidik putra-putrinya untuk menjadi pribadi yang baik. Seharusnya para orang tua menegerti bahwa guru juga manusia yang tak luput dari salah dan dosa namun jangan lupa banyak orang sukses dan meraih cita-cita nya berkat beliau. Ingat satu hal Guru adalah wakaf terbesar yang melahirkan segala profesi tanpa adanya beliau kita bukan apa-apa dan kita bukan siapa-siapa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun