Mohon tunggu...
Slamet Riyadi
Slamet Riyadi Mohon Tunggu... -

JKW-JK, 2 orang baik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Langkah SBY Masih Samar Terlihat

8 Mei 2014   08:52 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:44 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tayangan SBY untuk tidak mendukung capres yang berjanji akan menasionalisasi aset asing dan kembali ke UUD 45 sebelum referendum mendapatkan pujian banyak pihak. Publik pun mengarahkan tudingannya kepada Prabowo Subianto yang belakangan tengah bermesraan dengan Aburizal Bakrie. Sehingga hampir dapat dipastikan bahwa langkah SBY tersebut ditujukan untuk mengganjal langkah PS sekaligus Ical.

Analisa berkembang terhadap kemungkinan selanjutnya apakah SBY akan mendukung Jokowi ataukah membuat poros tersendiri? Seperti biasa langkah SBY susah ditebak dan membiarkan kedua opsi dimaksud tetap berkembang.

Tanda-tanda rekonsiliasi antara SBY dan Megawati dapat ditelusuri dari niatan SBY untuk menemui Megawati yang sayangnya malah ditanggapi negatif oleh PDIP dikarenakan cara SBY menggunakan sarana youtube daripada menyatakannya sendiri secara langsung kepada Megawati.

Tentunya SBY memiliki alasan yang mendasar atas pilihannya tersebut. Begitu juga, SBY dengan insting politiknya yang tinggi dipastikan sudah memperhitungkan langkah Prabowo dan Ical yang pada saatnya akan saling merapat. Apalagi publik sudah bisa menilai bahwa Ical tidak bersungguh-sungguh mencalonkan diri sebagai capres. Tayangan youtube yang memperlihatkan kemesraannya dengan isteri pembalap nasional di pulau "surga dunia" cukup membuat Ical ngos-ngosan mengangkat citra dirinya.

Namun, yang menjadi aneh adalah kenapa Golkar tidak segera mengadakan tindakan penyelamatan dengan mengusung kader lainnya sebagai capres? Malah menyuguhi kita dengan sinetron politik ala Ade Komaruddin dan Suhardiman yang saling menggugat dan desakan DPW Golkar untuk membatalkan pencapresan Ical.

Ujung-ujungnya mudah ditebak win-win solusinya adalah Ical dimajukan sebagai cawapres mendampingi Prabowo. Publik yang sudah muak dengan akrobat politik Golkar yang penuh sandiwara akhirnya maklum bahwa mereka sedang disuguhi tayangan sinetron politik yang nan garing tak lucu.

Kembali kepada SBY, kenapa dia muntahkan amunisi kepada Prabowo di saat berita koalisi Prabowo-Ical masih hangat menjadi pembicaraan? Mudah ditebak juga, yaitu agar koalisi tersebut tidak terlalu bergaung bagaikan suara mercon bambu yang macet kala disematkan api di waktu sahur alias SBY hanya menunggu saat yang tepat untuk menembakkan amunisinya.

Katakanlah, tayangan youtube serial niatan SBY ingin rujuk dengan Megawati adalah dolanan (pura-pura). Maka, SBY dan Megawati berhasil membuat jebakan "batman" agar kubu Prabowo-Ical segera mengumumkan koalisi sehingga dengan mudah keduanya dapat ditekuk.

Apalagi PKS kecewa dengan sikap Prabowo yang kelewat girang langsung gandeng Ical sebagai cawapres tanpa permisi dulu kepada rekan koalisi. Efek pukulan SBY sekaligus membuat Prabowo, Ical dan PKS pusing tujuh keliling.

Tidak terhitung SDA yang masih sibuk rekonsiliasi dengan internal PPP, hanya dapat dipastikan faktor bergabungnya Ical semakin menyulitkan bagi SDA untuk meyakinkan internal partainya sehingga PPP kemungkinan besar akan mental.

Canggih memang SBY dalam meringkus lawan politiknya. Tindakan SBY tersebut sekaligus sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada PDIP melalui langkah yang diambil alm. Taufik Kemas dan beberapa petinggi PDIP yang menggembosi angket mafia pajak yang kala itu digalang oleh Golkar dan PKS. Langkah penggembosan dilakukan dengan absennya mereka pada voting angket dengan alasan menghadiri undangan di kedutaan Amerika.

Luka hati SBY kepada Golkar dan PKS yang menusuk dari belakang sebagai  rekan koalisi di Setgab telah dibayar mahal PKS dengan dijebloskannya petingi-petinggi PKS ke penjara KPK dan kini saat yang tepat bagi SBY untuk membayar luka hatinya kepada Golkar.

Hasil akhirnya, SBY akan menawarkan cawapres pemenang konvensi partai demokrat kepada Jokowi yang selama ini sengaja digantung tanggal deklarasinya. Alasannya bukan karena menunggu hasil pileg , namun lebih karena menunggu saat Prabowo-Ical mulai menggali kuburnya sendiri.

Namun, langkah godfather kita itu susah ditebak. Setelah berhasil melumpuhkan Prabowo, Ical dan PKS apakah dia akan mendukung Jokowi atau malah mempersiapkan amunisi tersembunyi untuk menyingkirkan Jokowi?

Tentunya jawabannya ada di Megawati apakah akan menyambut hangat jabat erat tangan SBY atau malah akan mengecewakan hatinya? Ingat semboyan  dalam film legenda the godfather "dekatilah kawan, namun lebih dekatilah lawan".

Terpulang kepada Megawati, apakah menilai SBY sebagai kawan atau lawan? yang pasti ukurlah niatan sesungguhnya SBY dari tingkat kedekatan yang sedang dimainkannya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun