Mohon tunggu...
Slamet Riyadi
Slamet Riyadi Mohon Tunggu... -

JKW-JK, 2 orang baik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat Netral; Pukulan Telak bagi Prabowo

21 Mei 2014   07:18 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_324766" align="aligncenter" width="620" caption="sumber: tempo"][/caption]

Keputusan final (20/5) terkait sikap politiknya pada pilpres mendatang telah diambil Partai Demokrat. Selain bersikap netral, hal lain yang menjadi catatan adalah PD akan selalu mengkritisi capres/cawapres yang mengumbar janji kampanye dengan program yang tidak realistis atau bahkan jika dipaksakan malah membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini menarik, mengingat SBY pernah mengatakan hal serupa yang dinilai publik dialamatkan kepada Prabowo yang berniat nasionalisasi aset. Seolah, PD ingin menegaskan kepada khalayak bahwa SBY tegas menolak Prabowo.

PDIP menghormati keputusan Partai Demokrat

Sebagai Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, menghormati keputusan PD dan tidak mau ikut campur urusan internal partai lain. Sikap bersahaja Puan kembali mengukuhkan penilaian publik bahwa PDIP telah berhasil mengembangkan proses demokrasi di partai berlambang banteng moncong putih. Sikap tidak mau memaksakan kehendak juga selalu di kedepankan Megawati dalam melakukan penjajakan koalisi (kerjasama).

Partai Gerindra mengecam SBY "Peragu"

Lain Puan, lain pula Martin Hutabarat. Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra tersebut tidak bisa legowo menerima keputusan PD bahkan mengecam SBY sebagai orang yang ragu-ragu. Sikap politik yang sangat kontras dibandingkan dengan yang ditunjukkan Puan. Martin Hutabarat menunjukkan praktek otoriter tengah tumbuh subur di tubuh Gerindra.

Hatta Rajasa Lebay

Lain Martin, lain pula Hatta Rajasa. Cawapres Prabowo tersebut masih yakin bahwa secara informal SBY mendukung Prabowo. SBY diyakini akan menggerakkan kader PD untuk mendukung Prabowo. Sikap lancang telah ditunjukkan HR dengan mengurusi internal partai lainnya. Sepatutnya, yang berhak mengeluarkan pernyataan tersebut adalah SBY atau paling tidak petinggi partai Demokrat lainnya. Serupa dengan Martin Hutabarat, HR tidak bisa menerima keputusan SBY. Bedanya, sikap yang ditunjukkan HR adalah mengiba-iba (lebay) bukannya mencela.

Kenapa Prabowo dan Hatta Rajasa sangat berharap SBY memberikan dukungan kepada mereka?

Rupanya untuk menepis anggapan publik terkait kecaman SBY kepada Prabowo beberapa waktu yang lalu. Namun,  SBY malah menegaskan kembali pukulan telaknya kepada Prabowo lewat pernyataan yang telah dibacakan Syarif Hasan. Malang tak dapat ditolak. Bisa dipastikan kader PD mulai mundur teratur, meninggalkan Prabowo-Hatta Rajasa menuju Jokowi-JK.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun