Mohon tunggu...
Slamet Riyadi
Slamet Riyadi Mohon Tunggu... -

JKW-JK, 2 orang baik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jejak Mahfud MD di Poros Tengah Jilid II

26 Mei 2014   03:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terkait pencalonan dirinya sendiri oleh PKB diakui sendiri oleh Mahfud di Tribun News, 31/12, 2014

"Tidak etis kalau saya berangkat dari partai lain. Karena saya ini mantan pimpinan PKB"

Kesimpulan:

Dari cuplikan fragmen di atas, yang sengaja saya susun sesuai alur waktu, terlihat jelas bahwa Mahfud MD rela meninggalkan jabatan MK demi mengejar ambisi pribadinya. Padahal, MK adalah jabatan tinggi negara yang pembentukannya langsung diatur oleh UUD 1945. Selain MK, organ yang dibentuk UUD 1945 adalah DPR, DPD, Presiden, Wakil Presiden, MA, BPK dan KY. Mengingat tanggung jawab besar yang diemban MK menjadi beralasan sindiran Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Thohari, bahwa Mahfud MD termasuk orang yang suka meninggalkan tanggung jawab.

Apalagi, alasan Mahfud untuk meninggalkan tanggung jawab besar tersebut adalah pingin nyapres. Ambisi yang terlalu besar juga dia lampiaskan kepada PKB yang akhirnya menerima keputusan Jokowi untuk bersanding degan JK. Meskipun sama-sama diajukan oleh PKB sebagai cawapres, ambisi yang terlalu besar telah merubah dirinya menjadi "monster raksasa" yang siap menerkam siapa saja yang menghalanginya.

Tak kurang, PKB, yang dia sebutkan sebagai partai yang turut dia besarkan menjadi sasarannya. Padahal dia mengakui bahwa PKB adalah anak kandung NU dimana dia bernaung. Menyimak pernyataan Ahmad Yani, Politikus PPP, seakan membenarkan bahwa Mahfud MD kini telah menurunkan derajatnya sendiri dengan membiarkan hawa nafsu memasung jiwa dan pikirannya.

Hal itu pernah saya bahas di "Ini, Alasan Mahfud MD Pecah PKB". Dan, hal yang sangat menarik adalah ucapannya

"Emang sudah dari dulu PKB pecah. Tinggal siapa saja yang dapat belahan terbanyak"

Ungkapan yang menggambarkan watak orang "oportunis". Yang ada dalam benaknya adalah bagaimana memanfaatkan (menunggangi) orang lain untuk mencapai tujuannya. Ibarat "Seven Habits", Mahfud telah melanggar prinsip "jangan sembelih angsanya, jika kamu ingin mendapatkan telurnya". Dendan kesumat Mahfud, dia lampiaskan dengan memecah PKB setelah merasa tidak bisa lagi mendapatkan telurnya (cawapres).

Dan, jejak Mahfud MD Poros Tengah Jilid II menjadi semakin kentara setelah poros tersebut (minus PKB) bergabung ke koalisi Prabowo. Dengan iming-iming jabatan sebagai Menteri Utama, dia terima pinangan Prabowo sebagai ketua tim sukses.

Akhir kata,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun