[caption id="attachment_328544" align="aligncenter" width="420" caption="http://www.sigmanews.us/id/read/3569/hatta-rajasa-mendadak-datangi-kpk.html"][/caption]
Pemandangan menarik terlihat pada acara Debat capres (9/6). Ketika itu, Hatta Rajasa, dengan penuh semangat tengah memuji kinerja KPK dan berniat memperkuat lembaga hukum tersebut. Namun, JK langsung memotong pembicaraan Hatta dengan ucapan, "Terima kasih Hatta, berarti anda mendukung ide dari kami". Dan, Hatta hanya bisa tersenyum kecut, menanggapinya.
Terasa aneh. Dalam acara debat seperti itu, sepatutnya, Hatta menguji ide lawan bicaranya. Bukannya, malah menjiplak. Setidaknya, Hatta telah melakukan dua kesalahan. Pertama, Hatta tidak mampu menghargai ide milik Jokowi-JK. Kedua, karena hanya menjiplak, Hatta, tidak mampu menerjemahkan ide tersebut ke dalam program kerja bagi mewujudkannya.
Di sisi lain, Jokowi-JK mampu mengemukakan langkah yang lebih konkrit bagi memperkuat KPK. Diantaranya, adalah dengan menambah jumlah aparat penyidik; meningkatkan anggaran KPK; mengeluarkan item "delik tindak pidana korupsi" dari pembahasan RUU KUHP, dikarenakan hal ini hanya akan melemahkan kewenangan KPK dan memperkuat sinergitas antara KPK, Kepolisian dan Kejaksaan. Di lain pihak, Hatta hanya menyebutkan, akan menambah jumlah aparat penyidik KPK. Tanpa, mampu lebih jauh menguraikan, langkah-langkah kongkrit strategis lainnya. Sehingga, terkesan ucapan Hatta, hanya sebatas retorika (janji kampanye) saja.
Yang mengherankan, Prabowo-Hatta, yang mendapatkan kesempatan pertama untuk menyampaikan visi-misinya, luput dari pembahasan tentang KPK. Sehingga, persepsi masyarakat mengatakan, penguatan KPK bukanlah menjadi prioritas utama mereka. Sebaliknya, Jokowi-JK, yang mendapatkan kesempatan berikutnya, dengan lugas memaparkan langkah-langkah kongkrit menuju penguatan KPK. Hal inilah, yang kemudian menyadarkan Hatta, untuk segera menambahkannya ke dalam visi-misinya. Seolah-olah, tidak mau ketinggalan kereta. Hatta segera berlari mengejar kesempatan bagi menyampaikan isu yang kini tengah mendapatkan sorotan dari masyarakat.
Muncul rasa ingin tahu saya. Kenapa Prabowo-Hatta seakan terlena dan mengabaikan isu, yang kini justru menjadi pembicaraan yang hangat di tengah masyarakat? Mengapa Hatta terlihat begitu semangat memuji KPK di sesi berikutnya, padahal jelas-jelas, telah mengabaikannya pada sesi pertama? Apakah Hatta hanya sekedar lupa? Atau, memang tidak serius mendukung KPK? Saya menduga, Prabowo-Hatta hanya berpura-pura memuji KPK. Padahal, mereka telah mempersiapkan agenda tersendiri bagi KPK. Dugaan saya didasarkan pada argumentasi berikut:
Jaringan Aktivis Mahasiswa (JAM) Desak KPK Periksa Hatta Rajasa
Mahasiswa Demo Minta KPK Usut Hatta Rajasa Dalam Kasus Migas
KPK Janji Ungkap Keterlibatan Hatta Rajasa Dalam Kasus Suap Impor Sapi
Ketiga artikel di atas, menunjukkan potensi Hatta Rajasa diciduk oleh KPK akibat adanya dugaan tindak pidana korupsi. Yang meliputi, kasus korupsi kereta hibah dari Jepang ketika Hatta menjabat Menteri Perhubungan RI, kasus yang melibatkan kerjasama antara Hatta Rajasa, broker dan mafia minyak di Singapura dan kasus impor daging sapi, yang telah menyeret Lutfi Hasan Ishaaq, saat itu Presiden PKS, ke kurungan penjara selama 16 tahun.
Terkait kasus Lutfi, PKS menunjukkan sikapnya,