Mohon tunggu...
Rivka Vurkana
Rivka Vurkana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Suka mengaplikasikan dalam membaca dan melihat sbg sesuatu yang pantas didalami.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku, dan Mimpi yang Kamu Tak Pernah Tahu

2 April 2014   03:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia bukan gadis cantik seperti yang kamu tahu, atau yang terindah seperti yang selalu kamu bayangkan. Tapi ia mencintaimu. Meski kamu tak tahu.

Dia tak butuh setiap garis senyummu, atau balasan sapa dalam diam-mu. Tapi ia tak pernah ragu bahwa memang benar kamulah yang ia tunggu.

Dalam setiap isi hati terdalamnya dan impian tertingginya, ia tahu kamu tak akan mau. Tapi ia lebih tahu pasti bahwa ia tak akan pernah membagi tiap keping hatinya. Tak akan meski keping terkecil sekalipun.

Di bawah atap yang sama, kamu tak pernah absen dalam doanya, bahwa suatu saat kamulah yang akan tiba.

Ia tahu, mungkin bukan ialah satu-satunya yang memiliki mimpi yang sama. Tapi hanya dengan menjaga harapan yang ia punyalah ia masih bisa tersenyum, tersipu, bahkan tersedu.

Tertanda, aku

Kamu tak pernah tahu bahwa tiap gurat senyum dan semu merah jambu yang selalu kamu siratkan karena gugu, ada satu yang selalu menunggu.

Dalam setiap penantian yang kamu tangguhkan, ada harapan lain yang kuat ditanamkan.

Di setiap persembunyian, serta mimpi yang diam-diam kamu bisikkan, akulah yang berharap akan kamu rindukan.

Tapi aku tak lebih dari seseorang yang tak berbeda denganmu, terus menunggu tanpa pernah membiarkan yang ditunggu untuk tahu.

Mungkin akan ada saatnya, dari setiap yang kita tunggu untuk pada akhirnya tahu, dan bagi kita, pemuja pemalu, yang pada akhirnya hanya untuk tahu bukan kitalah yang ia tuju.

Tapi dengan semua ilusi yang tiap hari aku rangkai sendiri, kamu harus tahu, kapanpun kamu membalikkan punggung, aku akan selalu ada disana. Di sudut tersembunyi yang tak pernah kamu sadari.

Tertanda, yang selalu tertunduk malu tiap kau menangkap mataku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun