Dia bukan gadis cantik seperti yang kamu tahu, atau yang terindah seperti yang selalu kamu bayangkan. Tapi ia mencintaimu. Meski kamu tak tahu.
Dia tak butuh setiap garis senyummu, atau balasan sapa dalam diam-mu. Tapi ia tak pernah ragu bahwa memang benar kamulah yang ia tunggu.
Dalam setiap isi hati terdalamnya dan impian tertingginya, ia tahu kamu tak akan mau. Tapi ia lebih tahu pasti bahwa ia tak akan pernah membagi tiap keping hatinya. Tak akan meski keping terkecil sekalipun.
Di bawah atap yang sama, kamu tak pernah absen dalam doanya, bahwa suatu saat kamulah yang akan tiba.
Ia tahu, mungkin bukan ialah satu-satunya yang memiliki mimpi yang sama. Tapi hanya dengan menjaga harapan yang ia punyalah ia masih bisa tersenyum, tersipu, bahkan tersedu.
Tertanda, aku
Kamu tak pernah tahu bahwa tiap gurat senyum dan semu merah jambu yang selalu kamu siratkan karena gugu, ada satu yang selalu menunggu.
Dalam setiap penantian yang kamu tangguhkan, ada harapan lain yang kuat ditanamkan.
Di setiap persembunyian, serta mimpi yang diam-diam kamu bisikkan, akulah yang berharap akan kamu rindukan.
Tapi aku tak lebih dari seseorang yang tak berbeda denganmu, terus menunggu tanpa pernah membiarkan yang ditunggu untuk tahu.
Mungkin akan ada saatnya, dari setiap yang kita tunggu untuk pada akhirnya tahu, dan bagi kita, pemuja pemalu, yang pada akhirnya hanya untuk tahu bukan kitalah yang ia tuju.
Tapi dengan semua ilusi yang tiap hari aku rangkai sendiri, kamu harus tahu, kapanpun kamu membalikkan punggung, aku akan selalu ada disana. Di sudut tersembunyi yang tak pernah kamu sadari.
Tertanda, yang selalu tertunduk malu tiap kau menangkap mataku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H