Kurikulum pendidikan di Swiss menekankan pentingnya STEM sejak dini. Sekolah-sekolah dan universitas dilengkapi dengan fasilitas laboratorium dan penelitian yang canggih, memungkinkan siswa untuk bereksperimen dan mengembangkan proyek inovatif.
Universitas-universitas terkemuka seperti ETH Zurich dan EPFL (cole Polytechnique Fdrale de Lausanne) bekerja sama erat dengan perusahaan teknologi dan startup. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk terlibat dalam proyek-proyek penelitian yang berdampak nyata, serta mendapatkan pengalaman langsung di industri.
Swiss mendorong budaya inovasi melalui pendanaan penelitian yang besar dan dukungan pemerintah. Mahasiswa dan peneliti diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ide-ide baru tanpa takut gagal. Ini menciptakan lingkungan yang mendorong terciptanya terobosan teknologi.
Swiss memiliki empat bahasa resmi (Jerman, Prancis, Italia, dan Romansh), dan banyak program pendidikan diajarkan dalam bahasa Inggris. Ini membuat lulusan Swiss siap bersaing di pasar global dan berkolaborasi dengan para ahli dari berbagai negara.
Sistem pendidikan Swiss mendorong siswa untuk berpikir kritis dan mandiri sejak dini. Mereka diajarkan untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi kreatif, yang merupakan keterampilan penting dalam bidang teknologi.
Swiss adalah contoh nyata bagaimana kombinasi antara sistem pendidikan yang berkualitas tinggi, kolaborasi antara akademisi dan industri, serta budaya inovasi dapat menghasilkan teknologi unggul dan lulusan yang siap menghadapi tantangan masa depan. Dengan pola pendidikan yang berfokus pada praktik dan riset, Swiss terus mempertahankan posisinya sebagai salah satu negara paling inovatif di dunia.
Bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia bisa meniru keberhasilan Swiss dalam pendidikan Sains dan Teknologi dengan beberapa strategi utama seperti memperbanyak ekosistem inovasi yang kuat dengan cara pendanaan riset melalui kemitraan antara universitas dan industri, insentif pajak bagi perusahaan yang mendanai penelitian maupun membuat pusat inovasi berbasis teknologi di beberapa universitas besar.
Selain itu, kementerian pendidikan tinggi juga dapat menyusun reformasi kurikulum berbasis keterampilan dan teknologi dengan cara mengadopsi metode pembelajaran berbasis proyek dan problem-solving. Pemerintah juga harus mendorong kualitas pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) sejak dini termasuk memperkenalkan pemrograman dan kecerdasan buatan dalam kurikulum sekolah. Â
Swiss memiliki model "dual education system" yang memungkinkan siswa bekerja sambil belajar. Indonesia bisa mengadaptasi dengan program apprentice (magang) terstruktur untuk mahasiswa,  sertifikasi keahlian berbasis standar industri global termasuk melibatkan  perusahaan dalam pengembangan kurikulum pendidikan tinggi.
Swiss memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran sehingga kebutuhan akses internet dan perangkat digital di seluruh wilayah menjadi suatu keharusan. Pemerintah juga perlu mendorong pengembangan platform e-learning berkualitas tinggi untuk semua jenjang termasuk meningkatkan pelatihan guru dalam penggunaan teknologi pendidikan.