Mohon tunggu...
Rivira Yuana
Rivira Yuana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wakil Rektor Bidang Transformasi Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN), Pengembang TIK

Wedha Wiyata Wira Sakti

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Transformasi Edukasi: Tumbuhkan Otak Kanan Siswa, saatnya Sekolah Jadi Wahana Proses Kreatif

24 Juni 2024   21:13 Diperbarui: 25 Juni 2024   07:38 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Rivira Yuana

Kegiatan sekolah yang menyedot sumber daya dan anggaran besar semestinya bisa menjadi wahana proses kreatif siswa yang ideal. Zaman sekarang kreativitas adalah kunci kemajuan bangsa.

Lembaga pendidikan selama ini seperti diborgol oleh rutinitas dan sibuk dengan tetek bengek birokrasi. Budi pekerti dan kreativitas mestinya tumbuh subur di sekolah. Kadang kita bertanya dalam hati, bisa apa sih lulusan sekolah saat ini?

Sepertinya sekolah sekedar formalitas belaka. Kecakapan hidup, khususnya kreativitas dan keterampilan siswa menghadapi masalah kehidupan makin melemah bila dibandingkan dengan generasi terdahulu. Padahal teknologi sudah berkembang pesat.

Saatnya menumbuhkan proses kreatif di sekolah dalam berbagai bidang. Sekolah jangan hanya menjadi arena ujian saja. Sekolah mestinya menjadi arena proses kreatif yang menyenangkan. Keniscayaan, sekolah menumbuhkan otak kanan siswa. Karena selama ini sekolah lebih terfokus menumbuhkan otak kiri siswa.

Kita patut menengok sistem pendidikan di Amerika Serikat yang berhasil mentransformasikan proses kreatif di sekolah. Dalam konteks di atas Menteri Pendidikan Amerika Arne Duncan yang merupakan pakar sosiologi berhasil mengubah lembaga pendidikan sehingga tidak kalah berpacu dengan Tiongkok dan India.

Selain itu juga mampu mengatasi tantangan era gelombang keempat atau era konseptual yang mengedepankan eksplorasi otak kanan sebagai kekuatan ekonomi bangsa. Apalagi, perkembangan sistem pendidikan dunia mengarah kepada pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) di kelas. Dimana CTL merupakan konsep belajar yang menuntut para guru dan dosen harus berkreasi mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi aktual.

Konsep di atas juga mengharuskan guru dan dosen lebih banyak berperan sebagai pendorong daya inovasi dan kreativitas para siswa.

Ilustrasi pendidikan kreatif (sumber KOMPPAS/HERYUNANTO)
Ilustrasi pendidikan kreatif (sumber KOMPPAS/HERYUNANTO)

Saatnya proses kreatif siswa dikembangkan secara sistemik sehingga tidak terkesan serampangan atau asal-asalan. Pemerintah daerah perlu membuat event dan membangun ruang kreatif untuk siswa sekolah.

Hal itu relevan dengan program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim yang melakukan perubahan mendasar pada Asesmen Nasional. Hakikat asesmen tidak lagi mengevaluasi capaian peserta didik secara individu, akan tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil.

Potret layanan dan kinerja setiap sekolah dari hasil Asesmen Nasional ini kemudian menjadi cermin untuk melakukan refleksi mempercepat perbaikan mutu pendidikan Indonesia.

Sekarang adalah era digital yang sangat disruptif di mana bermacam aktivitas kehidupan didominasi oleh keberadaan platform digital. Perlu mewujudkan platform digital yang bisa menjadi alternatif media untuk asesmen sekolah. Sekaligus berfungsi sebagai wahana proses kreativitas bagi murid dan guru. Kreativitas merupakan kunci daya saing bangsa menghadapi era Industri 4.0 dan kondisi dunia yang makin dilanda disrupsi di segala bidang kehidupan.

Para guru mesti berperan mewujudkan kreativitas yang berbasis ruang kelas. Saatnya menjadikan kelas di sekolah sebagai gudang kreativitas. Mestinya guru mampu mendorong kegiatan kreatif apa pun bentuknya di dalam kelas. Sehingga nantinya berbuah nilai tambah ekonomi yang tangguh di suatu daerah.

Menjadikan sekolah sebagai wahana proses kreatif searah dengan agenda UNESCO yang terus getol mewujudkan kota kreatif di dunia. Kota yang telah diusulkan antara lain Bandung, Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan. Kegiatan kreatif apa pun bentuknya hingga menjadi ekonomi kreatif yang tangguh sebaiknya mendasarkan diri pada filosofi alamiah tentang kemampuan merakit pada embrio makhluk hidup setelah mengalami fertilisasi.

Merujuk pada buku best seller internasional yang berjudul Genom, Kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab. Karya Matt Ridley, disebutkan Gen yang mengatur dan mengendalikan proses dan kemampuan merakit diri sejak sel telur hingga terus membelah diri menjadi bentuk dan performansi yang paripurna disebut sebagai gen-gen homeotik (homeotic genes).

Pada diri manusia, gen tersebut terletak di bagian tengah kromosom 12, yang bisa dianalogikan sebagai proses kreativitas alamiah yang sangat menakjubkan.

Proses homeotik pada gen kromosom 12 menggambarkan bagaimana setiap bagian anatomi tubuh terbentuk dan menerima perintah awal sehingga bisa berfungsi secara unik menjadi organ kehidupan seperti jantung, ginjal, otak, mata dan lain-lainnya.

Filsafat homeotik perlu dijadikan landasan para guru untuk mengembangkan daya kreativitas bagi anak didiknya. Sehingga bermacam proses kreatif anak Indonesia dapat membelah diri sesuai dengan karakter dan relevansinya masing-masing.

Guru sebaiknya lebih fokus mengembangkan kemampuan pedagogik untuk mencetak siswa kreatif. Peran guru lebih menyerupai mentor dalam kelas seperti mendorong pikiran kritis dan inovatif dengan memberikan tantangan atau problem yang memerlukan pemecahan masalah kreatif (problem based learning).

Selain itu, guru juga harus memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran serta mendorong pemikiran futuristik dan keterampilan adaptasi terhadap perubahan yang cepat.

Siswa SD Pembinaan Negeri Tulangampiang, Kota Denpasar, Bali, tengah berlatih gamelan Bali (sumber KOMPAS/AYU SULISTYOWATI)
Siswa SD Pembinaan Negeri Tulangampiang, Kota Denpasar, Bali, tengah berlatih gamelan Bali (sumber KOMPAS/AYU SULISTYOWATI)

Kondisi dunia makin membutuhkan SDM yang kreatif untuk menghadapi persaingan. Sekolah perlu menjadi wahana proses kreativitas yang efektif. Yakni mampu mendorong setiap siswa untuk berkreasi. Jika tidak, maka siswa akan terjebak dengan rutinitas yang membosankan.

Itulah sebabnya Root Bernstein, penulis buku Sparks of Genius, mengusulkan pentingnya setiap orang untuk keluar dari cara kerja rutin yang membosankan, sehingga dapat melihat masalah dengan cara yang baru.

Bahkan di IDEO yang merupakan konsultan desain terkemuka di dunia memiliki kiat yang menyatakan bahwa, "Rutinitas adalah musuh utama kreativitas dan inovasi".

Berdasarkan hasil penelitian, untuk menciptakan kreativitas dibutuhkan lingkungan kondusif yang menyenangkan, penuh rasa humor, keterbukaan, dan memberi ruang yang cukup bagi individu untuk melakukan berbagai simulasi, permainan dan proses kreativitas.

Kreativitas merupakan rezim otak kanan yang memiliki sifat berpikir divergen. Otak bagian kanan tidak membatasi pada apa yang dilihat oleh indera penglihatan saja. Dia berpikir dan memutuskan dengan memakai berbagai informasi dan dalam ruang lingkup yang komprehensif.

Sebaliknya, partai otak kiri bersifat konvergen. Suatu sifat berpikir yang tertentu dan membatasi fokusnya pada satu pandangan yang nyata dan ruang lingkup terbatas. Kreativitas merupakan produk dari pikiran yang divergen. Kreativitas bukan hanya dalam konteks seni saja.

Namun memiliki arti yang lebih luas dari sekadar seni. Karena kreativitas merupakan karakter otak kanan, maka pengembangannya memerlukan tindakan-tindakan stimulus atau rangsangan ke beberapa sistem saraf dan kelenjar yang tepat.

Stimulus diciptakan melalui kegiatan fisik dan psikis yang dipadu dalam sebuah rangkaian relaksasi. Dalam situasi krisis seperti sekarang ini diperlukan right brain training untuk lebih mengaktifkan kinerja otak kanan yang pada gilirannya akan menggenjot daya kreativitas. Ada beberapa macam right brain training, salah satunya melalui gerak badan yang bisa mengaktifkan kelenjar pineal yang berada di tengah-tengah struktur otak manusia. (RY)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun