Metode Pahami Nilai Pancasila dengan Suka Cita untuk Generasi Muda
Oleh  Rivira Yuana  *)
Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2024 mengusung tema "Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas Tahun 2045". Untuk mengaktualisasikan Pancasila menjadi energi kemajuan bangsa Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) bersama kementerian terkait perlu berinovasi membuat metode untuk memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan kemajuan teknologi terkini untuk generasi muda, khususnmya generasi Z.
Perlu wahana, kanal digital atau platform untuk mengembangkan metode dan menanamkan nilai-nilai Pancasila di kalangan pemuda. Presiden Jokowi menekankan agar nilai-nilai Pancasila bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kesempatan Presidential Lecture menekankan pentingnya internalisasi dan pembumian Pancasila. Perlu mencari cara yang efektif agar ideologi negara itu bisa dihayati oleh kaum muda di Indonesia.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial demi membangun peradaban bangsa perlu metode yang lebih cocok dibanding dengan era sosialisasi nilai-nilai Pancasila lewat Penataran P4 ( Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada era pemerintahan orde baru dulu.
Metode sosialisasi dan penataran Pancasila sebagai ideologi negara kini lebih kompleks. Karena perkembangan teknologi digital dan media sosial yang sangat lengket dalam kehidupan remaja. Melihat kondisi psikososial saat ini metode penataran Pancasila mesti asyik, penuh suka cita, tidak boring dalam suasana seperti wisata budaya dan sejarah bangsa. Museum dan taman budaya yang sudah ditransformasikan dengan teknollogi terkini sangat cocok sebagai wahana penataran Pancasila era saat ini.
Peringatan hari lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni hendaknya jangan sekedar seremonial. Mestinya berlanjut pada agenda aksi dan daya kreativitas warga negara untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila di era kini.
Mari kita menengok sejarah, di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang merupakan salah satu lokasi diasingkannya Bung Karno oleh penjajah Belanda. Di tempat inilah Bung Karno merenung untuk memikirkan konsep negara Indonesia. Di bawah pohon Sukun Bung Karno berimajinasi dan berkreasi merumuskan dasar negara menuju negeri harapan bersama.
Dalam Biologi, pohon Sukun memiliki nama ilmiah Artocarpus Altilis merupakan jenis pohon yang tahan kekeringan dan buahnya merupakan sumber karbohidrat yang penting. Tanaman rimbun yang tingginya bisa mencapai puluhan meter itu selama ini sangat berguna bagi rakyat jelata sebagai bahan makanan yang enak dan bergizi. Selain itu daunnya juga memiliki kasiat yang hebat sebagai obat. Beberapa pakar tanaman dan farmasi menyatakan bahwa Sukun merupakan tanaman masa depan yang prospeknya luar biasa.
Hasil perenungan Bung Karno di bawah pohon sukun memberi pelajaran bahwa daya imajinasi dan kreatifitas pikir dan budi pekerti dari para pendiri negeri ini mestinya tetap diwarisi oleh generasi bangsa saat ini.
Mewujudkan Pelajar Pancasila
Kemendikbud Ristek melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) telah menggiatkan program bertajuk Gerakan Literasi untuk Mewujudkan Pelajar Pancasila. Gerakan tersebut bertujuan memberikan pemahaman tentang peran vital literasi untuk menghasilkan sumber daya manusia unggul.
Yaitu pelajar yang belajar sepanjang hayat, menguasai kompetensi yang aktual dengan kemajuan zaman dan dicirikan oleh nilai-nilai Pancasila yaitu profil pelajar Pancasila dengan kriteria beriman, bertakwa kepada Tuhan yang maha esa dan berakhlak; mandiri; bernalar kritis; kreatif: bergotong royong; dan berkebinekaan global.
Narasumber atau mentorships yang dihadirkan pada program diatas adalah para pegiat literasi yang telah bergulat lama di kancah yang berbeda. Prosesnya adalah melalui pembelajaran literasi integral yang meliputi literasi etika, literasi informasional, dan literasi fungsional. Di samping itu juga menekankan pentingnya pendekatan dan pemberdayaan ekosistem dalam mewujudkan gerakan literas. Dalam aspek bahasa, perlu ditekankan nilai-nilai luhur Pancasila yang berasal dari kearifan lokal bisa terus digali, ditumbuhkan dan dibiasakan dalam berbahasa sehari-hari dengan konsisten sehingga bisa menjadi pelajar Pancasila.
Program diatas perlu ditransformasikan dalam bentuk wahana atau platform yang bisa meghiduppan dan memiliki daya tarik untuk generasi muda dalam memahami nilai-nilai Pancasila.
Penataran yang kini disebut sebagai pendidikan karakter bisa diselenggarakan di tempat-tempat yang Istimewa dan menyenangkan, seperti di museum atau taman budaya. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
Dalam Perpres dinyatakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat.
Tujuan PPK membekali peserta didik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan. Juga untuk merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.
PPK kurang efektif jika para peserta didik hanya disuguhi dengan jargon-jargon yang membosankan. Pengalaman pada era orde baru menunjukkan bahwa doktrin yang kaku dalam pendidikan moral Pancasila kurang efektif. Bahkan telah menjadi bumerang karena justru mendangkalkan nilai-nilai Pancasila dan menyempitkan cakrawala kebangsaan dalam era disrupsi.
Pendidikan karakter siswa yang dilandasi dengan nilai Pancasila memerlukan proses kreatif dan daya inovatif sesuai dengan kemajuan teknologi. Pembentukan karakter unggul siswa memerlukan waktu belajar yang lebih panjang. Karena para siswa perlu presentasi diri mengenai gagasan dan ide-idenya di dalam wahana atau tempat yang istimewa, nyaman, bernuansa budaya. Presentasi dari masing-masing siswa perlu dilakukan agar percaya diri dan lebih memahami pelajaran serta bisa mendorong kreativitas.
Agar PPK bisa efektif dan tepat sasaran perlu melibatkan perguruan tinggi. Presentasi siswa tentang ide dan karya otentik dibantu oleh mentor yang kredibel dari PT dan unsur lainnya yang memahami era disrupsi dan inovasi yang akan terus merubah kehidupan masyarakat.
Contoh Materi Pendikan Karakter yang Menyenangkan
Materi atau konten pendidikan karakter untuk generasi Z harus relevan, interaktif, dan menggabungkan teknologi serta metode pembelajaran yang menyenangkan. Berikut beberapa contoh materi yang bisa digunakan:
1. Game Edukatif : Membuat game yang berfokus pada nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, kerjasama, dan empati. Misalnya, game simulasi sosial yang menempatkan pemain dalam situasi di mana mereka harus membuat keputusan yang etis.
2. Video Animasi: Membuat seri video animasi pendek yang mengilustrasikan berbagai skenario yang menekankan nilai-nilai karakter. Misalnya, cerita tentang tokoh yang menghadapi tantangan dan bagaimana mereka mengatasinya dengan integritas.
3. Proyek Sosial : Melibatkan siswa dalam proyek sosial atau kegiatan sukarela yang mengharuskan mereka bekerja sama, berbagi, dan menunjukkan empati. Misalnya, kampanye kebersihan lingkungan, program donasi, atau kunjungan ke panti asuhan.
4. Workshop Interaktif : Mengadakan workshop yang menggunakan teknik-teknik interaktif seperti role-playing, simulasi, dan diskusi kelompok untuk mengeksplorasi nilai-nilai karakter. Misalnya, simulasi bisnis kecil yang mengajarkan kejujuran dan tanggung jawab keuangan.
5. Konten Digital dan Media Sosial : Menggunakan platform media sosial dan konten digital untuk menyebarkan pesan-pesan positif tentang karakter. Misalnya, tantangan harian atau mingguan di Instagram atau TikTok yang mendorong perilaku baik dan tindakan positif.
6. Storytelling dan Buku Elektronik : Menggunakan cerita dan buku elektronik yang menampilkan karakter-karakter inspiratif dan situasi yang menguji nilai-nilai moral. Siswa bisa membaca atau mendengarkan cerita ini dan kemudian berdiskusi tentang pesan moralnya.
7. Aplikasi Pendidikan : Mengembangkan aplikasi yang dirancang untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan emosional dan sosial. Misalnya, aplikasi yang menawarkan latihan meditasi, refleksi diri, dan latihan empati.
8. Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) : Menggunakan teknologi AR dan VR untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang mendalam dan interaktif tentang nilai-nilai karakter. Misalnya, simulasi VR yang memungkinkan siswa mengalami situasi konflik dan belajar cara mengatasinya dengan baik.
9. Proyek Kolaboratif Online : Menggunakan platform kolaborasi online untuk proyek kelompok yang menekankan kerjasama, komunikasi, dan penyelesaian konflik. Misalnya, proyek penulisan bersama atau penelitian kelompok yang memerlukan kontribusi dari setiap anggota.
10. Jurnal Harian dan Refleksi : Mengajak siswa untuk menulis jurnal harian atau refleksi mingguan tentang pengalaman mereka dan bagaimana mereka menerapkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan ini tidak hanya akan membuat pembelajaran lebih menarik bagi generasi Z, tetapi juga membantu mereka menginternalisasi nilai-nilai karakter dengan cara yang relevan dan bermakna.
*) Wakil Rektor Institut Sains dan Teknologi Nasional ( ISTN ) Bidang Transformasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H