Mohon tunggu...
Rivia Ghina Rahmi
Rivia Ghina Rahmi Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Airlangga

Halo, saya Rivia Ghina Rahmi. Mahasiswi program studi S-1 Farmasi, Universitas Airlangga. Semoga artikel yang saya tulis dapat bermanfaat bagi pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Generasi Milenial yang Berkarakter Melalui Literasi Digital

29 Mei 2022   00:12 Diperbarui: 6 Juli 2022   23:28 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

            Pesatnya perkembangan dunia digital di era society 5.0 memberikan banyak kemudahan dalam mengakses jaringan digital secara bebas, tak terkecuali generasi milenial. Seringkali generasi milenial tidak menyadari akan adanya konsekuensi dari penggunaan media digital. Tidak dapat dipungkiri, generasi milenial setiap harinya pasti mengakses internet, baik untuk kebutuhan belajar, kebutuhan mencari informasi, komunikasi, maupun kebutuhan untuk aktualisasi dan eksistensi diri. Namun, umumnya milenial masih gagap dalam memanfaatkan kemajuan teknologi digital. Adanya ketidakpahaman tersebut mendorong timbulnya berbagai penyalahgunaan media digital, salah satunya penyebaran berita bohong atau hoax. Hal inilah yang mendasari pentingnya literasi digital. Dengan kemampuan literasi digital diharapkan mampu membangun generasi milenial yang berkarakter. Gagasan mengenai literasi digital pertama kali dipopulerkan oleh Gilster pada tahun 1997 sebagaimana dikutip dalam Belshaw (2011) berpendapat bahwa “Digital literacy is the ability to understand and use information in multiple formats from a wide variety of sources when it is presented via computers”. Menurut Gilster, literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai format yang berasal dari berbagai sumber digital yang ditampilkan melalui komputer (Belshaw, 2011: 98).

            Berdasarkan hasil survei indeks literasi digital Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan Katadata Insight Center (KIC) pada tahun 2021, indeks literasi digital Indonesia berada di angka 3,49 (Kemkominfo, 2022). Angka tersebut berarti bahwa penerapan literasi digital di Indonesia masih berada pada level sedang. Tingkatan indeks tersebut membuktikan bahwasannya minat literasi perlu ditingkatkan, terutama di kalangan generasi milenial yang sebagian besar menggunakan media digital.  Penerapan literasi pada generasi milenial harus dilakukan secara maksimal dan efektif, misalnya mendorong para milenial untuk menggunakan media digital sebagai media belajar, menambah pengalaman belajar, dan referensi sumber bacaan. Selain itu, diperlukan juga adanya diferensiasi teknologi secara tepat dan kreatif, utamanya pada tampilan visual guna mengurangi rasa bosan dan jenuh di kalangan milenial.       

            Dengan adanya konsep literasi digital dinilai mampu membangun karakter generasi milenial menjadi jauh lebih positif. Melalui literasi berbasis digital, para milenial dapat lebih aktif, kreatif, kolaboratif, dan mandiri dalam mencari serta memperoleh informasi. Hal tersebut didukung oleh kemampuan akses dalam jangkauan yang sangat luas. Selain itu, dapat memperoleh informasi lebih cepat melalui berbagai sumber yang melimpah sehingga memudahkan generasi milenial dalam menerapkan literasi berbasis digital.

            Pembentukan karakter milenial melalui literasi digital dapat menggunakan berbagai metode, contohnya melalui metode perluasan akses sumber belajar. Para milenial dituntut untuk menggali segala informasi secara mandiri dari berbagai sumber belajar yang telah tersedia pada platform digital. Selain itu, juga dituntut untuk mengembangkan ide kreativitasnya dalam menggunakan aplikasi sumber belajar. Dengan adanya akses sumber belajar yang memadai dapat memudahkan para milenial menggunakan media digital untuk memperoleh segala informasi yang dibutuhkan tidak hanya bergantung pada satu sumber saja melainkan juga dapat mengeksplor ide dan pengetahuan mereka untuk menemukan gagasan baru. Hal ini tentu menguatkan karakter generasi milenial agar lebih berkembang di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Selain itu, dapat pula melalui metode penguatan fasilitator literasi, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga; peningkatan jumlah dan variasi sumber belajar, seperti penyediaan aplikasi dan situs edukatif; serta perluasan akses media belajar, seperti penyediaan akses internet dan media digital. Dengan menerapkan beberapa metode tersebut, diharapkan mampu meningkatkan minat generasi milenial untuk melakukan literasi digital. Karena sejatinya, para milenial lebih tertarik pada platform-platform digital dibandingkan dengan media cetak sehingga penerapan literasi digital dinilai jauh lebih mudah dibandingkan dengan literasi baca tulis.

            Secara garis besar, membangun karakter milenial melalui literasi digital dinilai sangat efektif. Para milenial dapat mengenali karakter dirinya melalui pengembangan ide dan kreativitasnya dalam berbagai aktivitas ketika melakukan literasi digital. Hal tersebut didukung pula dengan metode literasi digital yang beragam, seperti metode perluasan akses sumber belajar, penguatan fasilitator literasi, peningkatan jumlah dan variasi sumber belajar, serta perluasan akses media belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun