Mohon tunggu...
Rivia alilah
Rivia alilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa gizi unair 2023

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Dampak Screentime bagi Balita

13 Juni 2024   14:40 Diperbarui: 13 Juni 2024   17:37 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada era serba modern seperti saat ini, tak dapat dipungkiri jika semua kalangan mulai dari yang tua hingga yang muda akan terpapar dengan alat-alat modern seperti televisi atau smarthphone yang digunakan hampir untuk semua urusan manusia.  

Tak jarang pula orangtua dengan sengaja memberikan paparan yang biasa disebut screentime untuk balita mereka. Jika tidak diatur dengan benar, paparan layar atau waktu yang dihabiskan di depan layar ini dapat berdampak negatif pada perkembangan balita. 

Masa balita adalah masa emas dalam perkembangan kognitif dan bahasa. Ketika balita terlalu banyak terpapar layar, interaksi mereka terganggu, yang menghambat perkembangan kognitif dan bahasa mereka.

Kerap kali orangtua lalai dalam memperhatikan konten apa yang disuguhkan kepada anak mereka. Konten yang tidak sesuai usia dapat memengaruhi perkembangan perilaku balita. Jika anak melihat adegan kekerasan atau bahasa kasar, mereka mungkin menganggapnya sebagai sesuatu yang normal dan diterima. Akibatnya, mereka lebih cenderung meniru perilaku ini dalam kehidupan sehari-hari. Ini dapat menyebabkan lebih banyak agresi fisik dan verbal. 

Selain itu, menonton konten menakutkan atau mengerikan dapat menyebabkan trauma pada balita. Anak-anak pada usia ini mungkin merasa ketakutan dan terganggu secara emosional setelah menyaksikan adegan menakutkan di layar karena mereka belum mampu membedakan konsep fiksi dari realitas. 

Stimulasi visual yang cepat dan intens dari layar, seperti pergantian adegan yang cepat atau efek visual yang mencolok, dapat membuat balita merasa sulit untuk mengendalikan perasaan mereka. Sulit bagi mereka untuk menahan diri dan berkonsentrasi pada tugas-tugas yang membutuhkan waktu yang lebih lama.

Screentime yang berlebihan juga dapat juga berdampak buruk pada kesehatan fisik balita. Misalnya dalam masalah penglihatan, dan gangguan tidur. Paparan cahaya terang dari layar dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan mata lelah, pandangan kabur, dan bahkan kerusakan pada retina mata. 

Ini dapat mengganggu perkembangan penglihatan dan kemampuan visual anak di masa depan. Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur alami manusia. 

Jika paparan cahaya biru ini terlalu banyak, terutama menjelang waktu tidur, hal ini dapat menyebabkan balita mengalami kesulitan tidur atau tidur yang tidak nyenyak.

Dampak berikutnya terhadap balita yang menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar adalah  mengalami hambatan dalam perkembangan sosial mereka. Screentime justru menyita waktu yang seharusnya digunakan untuk bermain imajinatif, berinteraksi dengan orang tua atau teman sebaya, dan bereksplorasi. 

Hal ini dapat menyebabkan anak kehilangan keterampilan sosial dan empati, yang sangat penting untuk hubungan interpersonal di masa depan. Perkembangan sosial dan emosional anak sangat bergantung pada interaksi langsung dengan orang lain. 

Balita belajar tentang ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan cara berkomunikasi yang efektif melalui interaksi ini. Mereka juga belajar konsep seperti berbagi, empati, dan menyelesaikan konflik. Namun, peluang mereka untuk meningkatkan keterampilan sosial ini berkurang jika sebagian besar waktu mereka dihabiskan di depan layar.

Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memahami dan mewaspadai bagaimana screentime memengaruhi balita. Dengan cara ini, orangtua dapat membantu anak-anak mereka menghabiskan waktu dengan cara yang seimbang. 

Pilih konten yang sesuai dan berkualitas tinggi. Hindari konten yang mengandung adegan kekerasan, bahasa kasar, atau elemen negatif lainnya. Sebaliknya, pilihlah konten yang edukatif, interaktif, dan membantu perkembangan kognitif dan kreativitas anak. 

Duduklah bersama anak-anak saat menonton dan berikan penjelasan atau diskusi singkat tentang apa yang mereka tonton. Ini dapat meningkatkan interaksi dan membantu anak lebih memahami konten. Untuk membantu anak menjadi lebih teratur, jadwalkan waktu yang tetap untuk menonton TV. 

Misalnya, atur waktu hanya di siang hari atau setelah makan siang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan screentime anak-anak usia dua hingga empat tahun tidak  lebih dari satu jam setiap hari. Lebih disarankan lagi agar anak-anak di bawah dua tahun tidak memiliki layar sama sekali. 

Orangtua harus dapat memastikan bahwa screentime yang diberikan kepada balita bermanfaat dan tidak mengganggu perkembangan mereka secara keseluruhan. Ingatlah bahwa keseimbangan dan bimbingan orangtua sangat penting dalam mengoptimalkan manfaat teknologi untuk mendukung pertumbuhan dan pembelajaran anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun