Mohon tunggu...
Antonius Eko Harsiyanto
Antonius Eko Harsiyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - suka nonton dan dengar musik

Orang biasa yang hobi denger musik dan nonton film

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Lagu Keren 90-an, "Buddy Holly" Weezer

15 Juli 2024   09:38 Diperbarui: 15 Juli 2024   09:39 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Weezer (foto: koleksi pribadi) 

Penampilan Rivers Cuomo, vokalis dan gitaris Weezer, agak beda dibanding musisi grunge atau alternative rock di era 90-an. Dia tidak sesensitif Kurt Cobain atau sesangar Chris Cornell. Tidak juga seenerjik Eddie Vedder atau Ed Kowalczyk, penyanyinya Live. Cuomo lebih mirip remaja kutu buku, pakai kaca mata tebal, sweater turtleneck, rambut poni, dan kalau di panggung gayanya tenang tidak banyak tingkah.

Pertama dengar Weezer, khususnya lagu "Buddy Holly" gara-gara waktu itu lagi iseng ke toko kaset Aqurius di Mahakam, Jakarta Selatan. Sebetulnya nggak niat beli hanya mau lihat-lihat saja. Penjaga tokonya mutar lagu itu, wow keren juga. Jadilah album pertama Weezer, yang juga disebut "Blue Album", masuk keranjang. Selain "Buddy Holly" saya juga suka "Undone -- the Sweater Song" dan "Say it Ain't So".

Lagu "Buddy Holly" terinpirasi dari kejadian yang dialami Cuomo waktu masih di SMA. Dia punya teman cewek dari Asia. Sebetulnya Cuomo agak rasis karena di liriknya dia menyebut "your eyes are slit". Anak-anak lain sering gangguin cewek itu. Cuomo bilang jangan takut, saya selalu ada di dekat kamu, pokoknya dia selalu siap melindungi. Kayaknya Cuomo naksir sama temannya sampai dia bilang "I'm yours...You're mine and that's for all time".

Berikutnya diceritakan Cuomo berkelahi dengan para pengganggu yang datengin rumahnya. Sudah bisa ditebak jagoan kita ini kalah. Cuomo lari tunggang langgang sampai kehilangan sepatunya. Kasihan juga ngebayangin cowok culun kayak Rivers Cuomo digebukin habis-habisan sama anak-anak yang besoknya ketemu lagi di sekolah.

Cuomo tidak menjelaskan kenapa dia menyebut Buddy Holly, mungkin karena penampilannya mirip dengan bintang rock and roll di pertengahan tahun 50-an itu, sama-sama pakai kaca mata. Buddy Holly meninggal di usia 22 tahun akibat kecelakaan pesawat di Iowa tahun 1959 bersama pionir rock and roll lainnya Ritchie Valens, penyanyi "La Bamba" dan Jiles Perry Richardson Jr. Tragedi ini kemudian dikenal dengan sebutan "the day the music died".

Di lagu itu juga ada Mary Tyler Moore yang main di film seri "the Dick Van Dyke Show" di tahun 60-an dan "the Mary Tyler Moore Show" dari 1970 sampai 1977. Gara-gara lagu ini banyak yang mengira Buddy Holly dan Mary Tyler Moore pacaran. Namun satu-satunya hubungan adalah bandnya Buddy Holly "the Cricketts" bikin theme song untuk "the Mary Tyler Moore Show".

Sebetulnya, di lirik asilnya Cuomo menulis nama Ginger Rogers dan Fred Astaire bukan Holly dan Moore. Rogers dan Astaire banyak membintangi film-film musikal di tahun 1940-an. Pada 2017, perusahaan rekaman Geffen Records merilis lagu-lagu yang direkam Cuomo di rumahnya, salah satunya demo awal "Buddy Holly". Di situ masih disebut Rogers dan Astaire. Tempo lagunya lebih pelan dibanding yang ada di versi "Blue Album".

"Buddy Holly" hampir saja tidak masuk di debut album Weezer. Cuomo merasa nggak nyambung dengan lagu-lagu lain yang sudah direkam. Saat personel Weezer sudah pulang, manajer Ric Ocasek iseng-iseng dengerin versi kasar lagu itu dan yakin bakal ngetop. Vokalis band new wave The Cars itu ninggalin pesan bertuliskan "we want Buddy Holly". Ocasek bilang ke Cuomo, rekam aja dulu baru setelah itu diputuskan jadi dimasukin atau tidak di "Blue Album".

Keyakinan Ocacek terbukti, dirilis sebagai single kedua pada 7 September 1994, "Buddy Holly" bisa sampai peringkat dua di Billboard Modern Rock Tracks di AS. Sementara di Kanada ada di urutan enam dan di Inggris masuk peringkat 12. Majalah Rolling Stone pada 2021 menempatkan "Buddy Holly' di peringkat 484 dari daftar 500 lagu terbaik sepanjang masa.

Kesuksesan lagu ini juga didukung video klip yang unik bikinan sutradara Spike Jonze. Dia ini yang garap film-film indie keren seperti "Being John Malkovich" dan "Adaptation". Video klip itu digarap di studio Charlie Champlin, Hollywood. Ceritanya Weezer tampil di tempat makan Arnold Drive-In mirip yang ada di film seri "Happy Days". Seingat saya film itu pernah diputar di RCTI.

Video klip "Buddy Holly" jadi langganan muncul di MTV dan meraih banyak penghargaan di MTV video award tahun 1995, seperti "Best Alternative Video", "Breakthrough Video" dan masuk nominasi "Video of the Year". Lagu ini juga tampil di film seri "Friends" dan "the Simpsons". Juga dipakai di film layar lebar seperti "Cop Out" yang dibintangi Bruce Willis.

Sejarah Weezer berawal dari pindahnya Rivers Cuomo dari Connecticut ke Los Angeles tahun 1989 bersama bandnya Zoom. Waktu itu Cuomo masih bawain lagu-lagu metal. Zoom tidak bertahan lama, Cuomo mencoba bikin lagu pop-rock yang terinspirasi dari the Beach Boys dan the Beatles. Cuomo makin tertarik dengan rock alternative setelah bekerja di toko cd Towers Records dan mendengar lagu-lagu Pixies dan Sonic Youth.

Namun band paling berpengaruh bagi Cuomo adalah Nirvana. Lagu favoritnya adalah "Sliver" yang menurut Cuomo sukses menggabungkan cerita soal kehidupan sehari-sehari dengan hentakan musik keras dipadu teriakan parau Kurt Cobain. Waktu dia lihat video klip "in Bloom" dan ada Kurt yang pakai kaca mata, bikin Cuomo makin yakin bahwa kaca mata tidak menghalanginya untuk jadi rocker.

Februari 1992, Weezer resmi terbentuk dengan formasi Cuomo, Matt Sharp (bas), Patrick Wilson (drum) dan Jason Cropper (gitar). Weezer diambil dari nama panggilan sang ayah kepada Cuomo. Show pertama terjadi saat Weezer satu panggung dengan bandnya Keanu Reeves, Dogstar. Masa depan makin cerah setelah Geffen Records tertarik dengan demo yang dikirim Cuomo dan menawari kontrak rekaman sampai akhirnya keluarlah "Blue Album" pada 10 Mei 1994.

Cuomo sempat menghilang karena harus operasi kaki kiri yang panjangnya nggak sama dengan kaki kanan pada Maret 1995. Selain itu, dia juga sibuk kuliah di Universitas Harvard ambil jurusan musik klasik. Setelah semuanya beres, Weezer merilis album kedua "Pinkerton" yang nggak terlalu laku. Band ini masih bikin 13 album lagi, hasil penjualannya naik turun dan nggak ada yang sebaik debut mereka.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun