Ngomongin Europe nggak bisa lepas dari lagu "the Final Countdown" dan "Carrie". Dua lagu yang membawa band asal Swedia itu terkenal di seluruh dunia. Lagu yang pertama jadi nomor satu di 25 negara. Orang yang cuma dengar intro keyboardnya saja bisa langsung tahu lagu ini. Pernah ada pengamen yang bawain lagu ini, suara keyboad diganti sama suara mulutnya.
Sementara "Carrie" juga sukses di Amerika Serikat. Lagu yang ditulis vokalis Joey Tempest dan pemain keyboard Mic Michaeli ini wajib masuk dalam setiap album kompilasi slow rock band-band aliran Glam Metal. Bisa dipastikan kita akan nyanyi bareng di bagian "Carrie...Carrie...Things they change my friend, whoa...oh"Â
Waktu rencana menggarap album ke lima "Prisoners in Paradise" semua personel Europe sepakat untuk membuat album yang beda dengan "the Final Countdown" dan album berikutnya "Out of this World" yang dinilai lebih pop-metal. Mereka ingin lebih keras dengan banyak riff-riff gitar dan mengurangi bebunyian keyboard.
Setelah menyelesaian tur "Out of this World" di Brussels pada 5 April 1989, semua personel Europe boyongan pindah ke California, Amerika Serikat. Ini untuk pertama kalinya Joey, Mic, Kee Marcello (gitar), John Leven (bas) dan Ian Haugland (drum) bikin lagu dan rekaman di luar kampung halamannya. Bukan itu saja, proses penulisan lagu juga untuk pertama kalinya melibatkan semua personel dimana sebelumnya menjadi urusan sang vokalis.
Penggarapan album ini nggak selamanya berjalan mulus. Awalmya sudah ada kesepakatan dengan Rob Rock untuk jadi produser di album ini. Namun tiba-tiba kesepakatan itu batal gara-gara Rob lebih memilih menggarap "Black Album" punya Metallica. Untungnya, Kee Marcello ingat pernah dapat kartu nama Beau Hill, produser yang pernah bikin albumnya Ratt dan Warrant.
Setelah urusan produser selesai, para personel Europe mulai masuk studio. Mereka mengundang empat petinggi perusahaan rekaman Epic untuk mendengarkan hasil rekamannnya. Setelah hampir satu jam bos-bos itu di dalam studio, mereka keluar dengan muka ditekuk. Mereka bilang lagu-lagunya terlalu keras nggak radio friendly. Mereka nggak mau merilis album ini kecuali ada lagu baru dengan melibatkan penulis lagu dari luar.
Joey bergerak cepat dengan menghubungi vokalis Mr Big, Eric Martin. Kerjasama keduanya menghasilkan lagu "All or Nothing." Joey juga nulis lagu bareng Nick Graham, yang pernah nulis lagu hitnya zz Top "the Flame", hasilnya adalah lagu "I'll Cry for You". Sementara lagu "Halfway to Heaven" dibikin bareng Jim Vallance, yang sering bikin lagu bareng Bryan Adams.
Meski kuota lagu untuk satu album sudah terpenuhi, Joey ngerasa masih butuh satu lagu lagi yang dirasa punya nilai jual kuat. Nggak pake lama jadilah lagu "Prisoners in Paradise". Joey meminta perusahaan rekaman jangan buru-buru mengumumkan perilisan album baru Europe sampai lagu itu selesai digarap. Semuanya senang dengan lagu ini dan sepakat judul album disamain dengan judul lagunya.
Banyak yang menyebut lagu ini curhatan dari sang vokalis. Meski dia senang bisa tur ke berbagai Negara, melihat kota-kota yang indah, ketemu orang-orang penting sampai cewek-cewek cantik, pokoknya kayak hidup di surga, namun Joey ngerasa bersalah karena ninggalin pacarnya.
Kalau menurut saya, lagu ini cerita soal keputusan besar yang diambil Jimmy, tokoh di lagu ini, untuk meninggalkan kekasihnya demi mengejar mimpi menjadi bintang besar. Namun dia masih keingetan dengan pacarnya itu. Sampai Jimmy berpikir sudah benar belum ya keputusannya itu. Ternyata apa yang kita inginkan belum tentu yang terbaik "sometimes what you want ain't what you need."Â