Mohon tunggu...
Antonius Eko Harsiyanto
Antonius Eko Harsiyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - suka nonton dan dengar musik

Orang biasa yang hobi denger musik dan nonton film

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menemukan Ketenangan di Pagoda Uppatasanti

17 Februari 2015   18:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:02 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_369354" align="aligncenter" width="500" caption="Pagoda Uppatasanti (foto: pribadi)"][/caption]

Myanmar terkenal dengan pagoda-pagodanya yang indah. Di hampir setiap sudut kota Yangon banyak ditemui pagoda besar dan kecil, yang paling terkenal adalah Pagoda Shwedagon alias Pagoda Emas.

Tapi bukan pagoda itu yang ingin saya ceritakan. Saya akan mengajak Anda bepergian ke bagian lain dari Myanmar, yaitu Nay Pyi Taw, kota terbesar ketiga sekaligus ibukota negara itu. Nay Pyi Taw menjadi salah satu dari 10 kota dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Untuk mencapai ke sana, setelah tiba di bandara Yangon, Anda bisa melanjutkan penerbangan sekitar 45 menit dengan menggunakan pesawat kecil seperti Air Mandalay atau charteran Fmi Air. Fmi Air memakai pesawat dengan dua baling-baling, untuk sekali jalan tiketnya sekitar 280 dolas AS. Setiap hari kerja ada tiga jadwal penerbangan. Sementara pada hari Sabtu dan Minggu cuma sekali terbang.

Bandara di Nay Pyi Taw jauh lebih besar, bersih dan tertata rapi dibanding Yangon. Kabarnya bandara yang punya nama Bandara Ayelar itu mampu menampung 3,5 juta penumpang per tahun. Saat saya tiba, bandara sudah sepi karena saya naik penerbangan terakhir pukul 18.00 waktu setempat.

Bandara ini terletak 16 km dari pusat kota. Dari bandara saya naik taksi ke hotel dengan harga 10 ribu Kyat atau sekitar 10 USD. Jangan bayangkan jalan protokol di Nay Pyi Taw mirip di Jakarta. Di kota ini jalannya lurus mirip jalan tol dan masih sepi kendaraan.

Nay Pyi Taw dibagi menjadi beberapa zona. Pertama, zona residensial. Seperti namanya zona ini diisi oleh perumahan dan apartemen. Kemudian zona militer yang terlarang bagi publik karena isinya bungker, terowongan dan markas tentara. Zona ketiga diperuntukkan bagi kantor-kantor kementerian. Yang terakhir adalah zona hotel.

Jadi jangan harap bisa nemu hotel yang dekat dengan perumahan atau pasar. Saya sempat berharap bisa jalan-jalan di sekitar hotel sekedar mencari jajanan. Namun ternyata sepi, tak ada tukang jualan. Mungkin juga  karena hotel tempat saya menginap agak jauh di wilayah yang namanya Laeway di jalan raya menuju Mandalay.

Pagoda Uppatasanti

[caption id="attachment_369355" align="aligncenter" width="500" caption="pintu masuk ke dalam pagoda (foto: pribadi) "]

14241464481665265306
14241464481665265306
[/caption]

[caption id="attachment_369356" align="aligncenter" width="500" caption="tangga menuju pelataran pagoda (foto: pribadi)"]

14241465401165323167
14241465401165323167
[/caption]

Pagoda Emas di Yangon punya kembaran di Nay Pyi Taw namanya Pagoda Uppatasanti. Kabarnya, gigi Sang Buddha disimpan di pagoda, yang punya tinggi 99 meter ini. Cuma lebih rendah 30 sentimeter dari Pagoda Emas.

Sepertinya semua supir taksi di sini mematok harga 10 ribu Kyat kemanapun tujuannya. Khawatir sulit dapat kendaraan pulang, saya meminta supir untuk menunggu. Untungnya dia tak meminta ongkos tambahan selama menunggu.

Pagoda ini dibangun pada November 2006. Anda bebas masuk kapan saja, tak ada kewajiban untuk bayar, serelanya saja. Jangan lupa lepas sepatu kalau memasuki tempat suci ini. Anda bisa masuk lewat dua cara, naik lift yang langsung menuju pelataran pagoda atau lewat tangga.

Keluar dari lift, ada jembatan yang menuju pelataran pagoda. Sesampainya di pelataran, perasaan damai langsung terasa. Lantainya dingin, meski saat itu matahari sedang terik-teriknya. Pelatarannya sangat luas bisa menampung ratusan orang sekaligus.

[caption id="attachment_369358" align="aligncenter" width="500" caption="lonceng di sudut pagoda (foto: pribadi) "]

142414661885054639
142414661885054639
[/caption]

[caption id="attachment_369359" align="aligncenter" width="500" caption="tempat berdoa di pojok pelataran pagoda (foto: pribadi)"]

14241466671785760453
14241466671785760453
[/caption]

Dari pelataran ini Anda bisa melihat kota Nay Pyi Taw di kejauhan. Di setiap sudutnya ada tempat untuk berdoa. Puas memutari pelataran, saya masuk ke dalam pagoda. Ada empat pintu masuk.

Bagian dalamnya sangat luar biasa. Atap pagoda yang melengkung disokong oleh beberapa pilar besar. Pilar paling kuat terletak di bagian tegah. Atapnya dihiasi gambar mirip daun dengan tulisan bahasa Myamar. Di dekat pilar utama terdapat patung Buddha, pengunjung bisa berdoa di depan patung ini.

Di sekeliling bagian dalam pagoda juga terdapat sejumlah relief besar-besar yang menggambarkan kehidupan Sang Buddha.

[caption id="attachment_369361" align="aligncenter" width="500" caption="pilar-pilar yang menyokong atap pagoda (foto: pribadi) "]

14241467521816999083
14241467521816999083
[/caption]

[caption id="attachment_369362" align="aligncenter" width="500" caption="pilar utama di tengah pagoda (foto: pribadi) "]

1424146818408773218
1424146818408773218
[/caption]

[caption id="attachment_369364" align="aligncenter" width="500" caption="relief kehidupan Sang Buddha (foto: pribadi) "]

1424146861635748210
1424146861635748210
[/caption]

[caption id="attachment_369366" align="aligncenter" width="500" caption="berdoa di depan Sang Buddha (foto: pribadi) "]

14241469611816549819
14241469611816549819
[/caption]

Museum Batu-batu Berharga

Dari Pagoda Uppatasanti, saya meneruskan perjalanan ke Gem Museum. Masih naik taksi yang sama. Supirnya setia menunggu, bahkan saat saya kebingungan, dia yang menghampiri dan ‘menyelamatkan’ saya dari kepungan penjual cendera mata yang berkumpul di luar pagoda.

Anda penggemar batu-batu berharga wajib mengunjungi museum ini. Bagunan seluar 5 hektar ini memiliki tiga lantai. Ruang pamernya ada di lantai dua. Tas harus dititip di pintu masuk, maklum isi ruang pameran adalah batu-batu yang harganya bisa jutaan dolar. Anda juga tak boleh foto-foto.

Salah satu andalan dari museum ini adalah Star Sapphire terbesar di dunia dengan berat 63 ribu karat. Bentuknya segitiga berwarna abu-abu.

Ada juga mutiara alami terbesar di Myanmar dengan panjang 6,2 sentimeter. Barang-barang berharga ini disimpan di kotak kaca dengan penerangan lembut. Lampu baru dinyalakan petugas jika ada pengujung yang ingin melihat.

Selain itu, ada jade, rubi dan batu kuarsa, yang sepintas mirip kryptonite Superman. Ada juga fosil kayu yang sudah mengeras menjadi batu.

Yang juga jadi pusat perhatian adalah Jade Imperial Rough, yang ditemukan pada 2011. Beratnya  mencapai 619 kilogram dan berwarna hijau cerah.

Dari ruang pamer, Anda bisa turun ke lantai dasar untuk membeli oleh-oleh. Buat penggila batu akik wajib ke sini. Di sini bisa ditemui akik dan jenis batu-batuan lain dari yang masih kasar sampai sudah diubah menjadi aneka perhiasan, seperti gelang, kalung dan cincin. Deretan kios yang ada di sini tak hanya menjual perhiasan, tapi juga lukisan dengan motif pemandangan dan Sang Buddha.

[caption id="attachment_369367" align="aligncenter" width="500" caption="bagian depan Gems Museum (foto: pribadi)"]

1424147031455992942
1424147031455992942
[/caption]

[caption id="attachment_369370" align="aligncenter" width="500" caption="deretan kios yang menjual cedera mata di Gems Museum (foto: pribadi)"]

14241473031939763261
14241473031939763261
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun