Wajahnya gusar. Ini bukanlah kali pertama ia menampakkan kegusarannya, melainkan kesekiankali. Apa karena gejolak kehendak menggenapkan ad-Diin? Tentu bukan. Bukan pula karena kiriman uang yang tiada kunjung datang. Bahkan lebih besar dari itu. Melainkan tersebab hafalannya yang tak kunjung terhafalkan meski telah berulang kali ia mengulanginya. "sudah diulang di sepertiga malam hari?" tanya sang Guru tatkala ia mengeluhkan hafalannya. Ia hanya menggeleng. Dan isyarat kepalanya cukup dapat menyimpulkan apa yang tiada tersirat. "kalau belum, berarti belum bersusah payah.." sang Guru menambahkan. Kerongkongannya tercekat. Ia tergugu. Wajahnya tertunduk malu. Kali ini ia menyadari, bahwa terdapat kesalahan dalam menjalani 'prosesnya’ selama ini. Apa karena ia kuliah di 2 tempat? Padatnya aktivitas? Atau menumpuknya tugas-tugas? Sepertinya tidak. Sebab lagi-lagi ia sadar betul bahwa kekeliruan terletak pada dirinya. Yang kurang menggunakan waktu afdhol untuk menghafal. Ia sadar. Dan menyesali keteledorannya selama ini. Sejak masa itu, ia mulai mencintai kepayahannya dalam menghafal. Karena ia tahu; semakin lama ia menghafal, akan semakin membukakan rekening pahala baginya. Karena sejatinya, apabila seseorang telah jatuh hati dengan al-Qur'an, tentunya ia akan mengarahkan seluruh potensi kemampuan hingga kepayahan. Sebab al-Qur'an itu suci. Ia hanya dapat masuk ke dalam hati orang-orang yang berhati lembut, sabar, pula bertakwa. Dan pada hakikatnya, bukan seberapa lama kita bersama al-Qur'an. Akan tetapi, 'bagaimana interaksinya' dengan al-Qur'an. Maka seandainya kita belum hafal al-Qur'an, itu karena belum diizinkan Allah. Lalu apabila telah beratus-ratus kali hingga kemudian terjaga di dalam dada, maka itu adalah bonus dari kepayahan kita. Ini hanyalah sepenggal kisah seorang gadis yang sedang berjuang dalam menghafalkan al-Qur'an. Berharap kelak seluruh ayat-ayatNya terjaga dalam dadanya. Semoga Allah mudahkan jalan menujunya. Pula diberikan keberkahan pada setiap kepayahan yang dialaminya. Mudah-mudahan ada faidah yang dapat di ambil darinya.
*****
Dedicated: Teruntuk seorang kawan yang sedang merasa 'kepayahan' dalam menghafal. Hanya mencoba mengingatkan bahwa Allah melihat proses. Teruslah nikmati setiap prosesnya. Karena engkau tak sendiri. Allaahu A'lam Bekasi, 30 Jumadats Tsani 1434 H/ 11 Mei 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H