Mohon tunggu...
rangga rivelno
rangga rivelno Mohon Tunggu... -

Find me on twitter @rivelno.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dunia Tanpa Batas

29 Juli 2012   09:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:29 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1)

Aku punya dunia tanpa batas. Tanpa sekat, tanpa selat, ataupun tanpa sayat. Kau akan menganggap aku telah kehilangan nalar, sementara kau masih percaya dunia ini berwatak integral.

Senja kita tak pernah berbeda. Terkadang kita tersesat bersama garis matahari yang memudar. Kematian hanya sebuah gaham membuatmu semakin kecut hatimu menghadapi kerasnya semesta. Sebab kau pula yang membuat semesta ini berang, lalu kita harus menyalahkan kepada siapa?

2)

Kita lakukan apa yang kita percaya, kita juga percaya apa yang kita lakukan. Kita akan tertawa menggila di erotisnya neraka, lalu mati di udara sejuknya wewangian surga. Kita akan mengubah segala mitos-mitos tentang adanya hukum kekekalan lara.

Disana pula kau akan melihat banyak taman bunga-bunga, kolam anggur, dan segala sesuatunya terbuat dari kertas. Kita berdiam di rumah kertas, mereguk anggur dengan cawan kertas, tikar-tikar terbuat dari kertas, apapun itu termasuk pesawat kertas.

3)

Kau perajut mimpi hidup diantara ruang bising tak bertuan. Membuat ratu angkara murka, lalu aku meracuni tepat di hatimu. Aku punya dunia tanpa batas dan ingin menjadikan dirimu sebagai batas-batasnya. Gerombolan merpati memberitakannya sebagai delusi.

Ketika hatimu gelap, hunjamkan sebatang lilin kecil di ujung taman bahagia. Sembahlah patung-patung yang bernama harapan. Aku adalah malaikat kematianmu, tanpa nama ku bermakna. Kepakan sayapmu selagi kau mampu. Dan para ksatria dan remah-remah bulan kan teriakan namamu cinta.

Bekasi, 2012.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun