Mohon tunggu...
Rivando Siahaan
Rivando Siahaan Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Tampil sederhana dengan ketulusan,\r\nada untuk sebuah perubahan yang lebih baik dari hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Belakang Langit Biru

19 Maret 2017   21:41 Diperbarui: 20 Maret 2017   06:00 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Langit Biru"][/caption]

 

Langit biru itu selalu rindukan awan putih
Terbentang luas di pelataran cakrawala
Cahayanya menebar ke seluruh pelosok bumi
Indahnya ciptaan Tuhan sang Maha kuasa

Langit biru itu terkadang sedih
Menitikkan hujan, jatuh mengaliri bumi
Langit biru itu terkadang muram
Mendung bercampur awan hitam kelam

Langit biru itu terkadang marah
Kilauan kilat petir saling menyambar perang
Membuat teriakan histeri dari sang pengembara
Akhirnya sembunyi di balik pepohonan rimbun

Perjalanan pengembara belum berakhir
Mencari jawaban dari segala macam permasalahan di bumi
Tak ada satu pun meringankan tangan mulai membantu
Hanya Tuhan tau jawabannya, Dia Sang Maha tau

Akhirnya para pengembara ternyata sudah lelah
Mencari pintu menuju rumah persinggahan
Biarkan sang khalik memberi tau bagaimana perjalanan menuju ke sana
Di belakang langit biru, rumah yang sesungguhnya mereka tuju.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun