"Nih nak ayo makan,sudah kewajiban kita saling membantu perbuatanmu itu sungguh patut di contoh kamu rela memberikan uangmu sedangkan kamupun membutuhkan uang itu"ucap pak syarif.
Dengan begitu lahapnya dedy memakan lotong kari itu dan samapai tak tersisa apa apa di dalam mangkuknya.
"Ingat nak memberi tidak akan membuatmu menjadi miski"ucap pak syarif kembali.
"Baik pak terimakasih atas makanan yang bapa berikan semoga kebaikan bapa di balas oleh allah dan semoga setelah sukses nanti kita bertemu kembali"sahut dedy dan dedy pun kembali keruangan kelas untuk kembali belajar.
Seiring berjalannya waktu dedy beranjak dewasa dan ia sekarang sudah lulus kuliah hasil uang ayah dan ibunya menjual tanah harta satu satunya yang tersisa, dengan nilai yang begitu bagusnya dedy bercinta cinta ingin menjadi seorang pemimpin yang dermawan dan selalu mengayomi masyaratnya ia menyalonkan dirinya sebagai Bupati Purwakarta dan alhamdulillah ia terpilih menjadi seorang Bupati.
Dengan kerendahan dan cita cita ia yang akan selalu membatu terhadap sesama dedy selalu menolong masyarakatnya yang sedang kesusahan mengingat sang inspirasinya yaitu pak syarif ia selalu menyisihkan uangnya untuk di sedekahkan.
Di perjalanan dedy bertemu dengan kakek yang sedang mengayuh sepeda butut di pinggir jalan.
"Bapak jualan sapu?"tanya dedy.
"Iyaa nak"sahut penjual sapu.
"berapa satunya pak?tanya dedy yang hendak akan membeli semua sapu itu.
"Ini harganya 10ribu, dari pagi baru kejual 2 sapu"ucap penjual sapu.