Review The Last Of Us Part 2
By Rivaldo Adipura / 14 Juni 2021
Naughty Dog sebagai Developer Game merilis The Last of Us  pertama kali pada 14 Juni 2013 silam. Kala itu, seri ini dilahirkan saat era PlayStation 3 (PS3),yang kemudian juga diikuti perilisannya untuk PS4 yaitu versi The Last of Us Remastered.Â
Yang tentunya Dari segi Grafik, Fitur, Bug yang sudah jauh lebih baik, dan juga sudah mencangkup DLC nya yaitu The Last of The Left Behind. Yang dirilis pada 24 Juli 2014. tengah bersiap-siap untuk "istirahat panjang".
Nuansa yang sama pun kini bisa kita temukan kala tujuh tahun setelahnya, Sekuel The Last of Us Part 2 hadir di senjakala konsol PS4 sebelum PS5 hadir pada musim libur 2021 ini.
![playstation.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/14/images-2021-06-14t220434-566-60c7857fd541df211d24ee12.jpeg?t=o&v=770)
Berbeda dengan game pertamanya yang terkesan sangat linear, kini pemain bakal menemukan banyak "ruang terbuka" Dalam beberapa skenario permainan, kita bisa melakukan eksplorasi yang tentunya sangat berdampak di dalam permainan.
Sebagai game survival, kita dituntut mampu mengumpulkan sumber daya untuk bersiap-siap menghadapi "kejutan" di dalam game. Pasalnya, musuh di game ini terasa sangat agresif. Terlebih untuk para karakter manusia, serangan musuh kini jadi lebih kompak dan berbahaya. Jika kita enggak bisa mengatur posisi, musuh akan dengan mudah mengepung kita.
Di beberapa kesempatan, kita juga akan menemui banyak catatan yang bisa dibaca. Catatan-catatan pendek ini akhirnya membuat kita semakin dekat dengan dunia di The Last of Us yang sangat detail. Membacanya akan memberi sudut pandang tersendiri mengenai takdir orang-orang lain yang mungkin enggak bakal kita temui di dalam game.
Pengalaman yang kita dapatkan di game ini dijamin bakal sangat berkesan karena setiap skenario, teka-teki, hingga latar tempat yang kita temui tidak ada yang repetitif.
![playstation.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/14/images-2021-06-14t222536-458-60c786078ede481438185da2.jpeg?t=o&v=770)
Tak henti-hentinya di setiap babak permainan maupun cutscene yang dibawa, grafis dari game ini tampil sangat memukau.
Enggak berlebihan rasanya jika tampilan visual di The Last of Us Part 2 jadi salah satu yang terbaik dan mendobrak visual dalam beragam aspek. Tekturisasi air, rumput, hingga material lainnya di game ini sangat luar biasa detailnya.
Detail lainnya dari grafis di dalam game ini terletak pada interaksi material yang interaktif. Kain yang menjadi basah, lusuh, hingga robek bisa kita lihat di dalam game ini. Lebih gilanya lagi, The Last of Us Part 2 enggak hanya membuat refleks visual tersebut tercermin pada karakter utama saja, namun pada setiap NPC dan musuh yang kita temui.
Enggak hanya soal grafis saja, loh! "Sound Effects" yang dihasilkan di game ini juga sangat realistis di mana langkah kaki, gesekan, percikan air hujan, tas Ellie, suara jeritan orang kesakitan dan tembakkan yg membuat terasa sangat hidup.
Tidak tertinggal, lagu/backsound yg digarap oleh ND (Naughty Dog) dan dibintangi oleh pemain alat musik "Charango" yang berasal dari Amerika Selatan ini, yaitu Gustavo Santaolalla.
Lagu/backsound ini cukup berperan penting sebagai penambah nuansa/atmosfer yang menjadi lebih hidup sesuai dengan apa yang terjadi dengan adegan yang kalian lakukan.
![playstation.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/14/images-2021-06-14t224233-108-60c7859dd541df20af522ef3.jpeg?t=o&v=770)
Di seri pertamanya, kita mungkin tersentuh dengan perjuangan Joel untuk menyelamatkan Ellie. Ikatan seperti ayah dan anak pun terjalin di antara keduanya selama bertualang jauh untuk menyalakan harapan mereka. Kini, kalian diajak kembali untuk menyelami skenario cerita yang sangat menyentuh.
Salah satu hal yang patut diperhatikan adalah sisi kemanusiaan yang sangat tercermin di dalam bagian kedua ini. Sang penulis cerita pun berpendapat dalam pengantarnya bahwa cerita mengenai tribalism atau cara hidup berkelompok jadi corak yang ingin ditonjolkan di sekuelnya ini.
Setelah 25 tahun sejak bencana Cordyceps mengguncang dunianya, para tokoh di The Last of Us Part 2 kini memiliki banyak cerita untuk bisa kita baca. Mulai dari cinta, dendam, hingga banyak hal yang rasanya, sangat aneh kala kita memainkan game ini di masa pandemi seperti sekarang.
Enggak banyak game yang mampu membuat pemainnya berempati. Namun, lagi-lagi, Naughty Dog dan Sony bisa membuat kita merasakannya di sekuel ini.Â
Perlahan namun pasti, pengalaman dan kesan dalam game ini dijamin bakal berbekas bagi penggemarnya. Ibarat kata pepatah bahwa pertanyaan yang cepat harus dijawab dengan lebih lambat.
![playstation.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/14/naughty-dog-the-last-of-us-part-ii-playstation-ellie-ashley-johnson-hd-wallpaper-preview-60c785aed541df278d3b37e2.jpg?t=o&v=770)
Tidak hanya sampai disitu kehebatan dari game ini, Game ini pun sudah dinobatkan menjadi "The Game of The Year 2020", Hal ini pun sempat tuai kontroversi dari fans yg dikecewakan oleh game garapan Neil Druckman satu ini, dari awal perilisannya hingga menjadi "TGOTY 2020", tidak heran game ini sangat mendobrak industri game dan menuai kontroversi dalam game ini, justru itulah yg memberikan keistemawaan dalam game ini.
Good Job, Neil Druckman!
All's The Crew Naughty Dog!
Terima Kasih telah membaca Review singkat dari game The Last Of us Part 2.
Semoga Terhibur!.
Silahkan dibeli gamenya dan mainkan!.
Terima Kasih !.
Link Inspirasi Konten ini:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI