Mohon tunggu...
Moh rivaldi abdul
Moh rivaldi abdul Mohon Tunggu... Mahasiswa IAIN Gorontalo -

Mahasiswa IAIN Gorontalo Fb. Moh. Rivaldi Abdul Rivaldiabdulputrisuleman.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjaga Alam

12 Januari 2019   16:52 Diperbarui: 12 Januari 2019   17:19 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemandangan alam yang indah. Selalu menentramkan hati bila dipandang. Tak jarang ada manusia yang rela-rela menempuh jarak puluhan kilometer, mendaki gunung tinggi, menyelami lautan. Hanya untuk menikmati pemandangan alam yang indah.

Bahkan manusia juga membuat taman-taman yang indah. Namun anehnya, manusia membuat keindahan buatan dan tanpa sadar merusak keindahan alam. Kenapa demikian. Dari manakah pasir yang dipakai untuk membangun monumen, gedung dan taman yang indah? Kalau bukan diambil dari alam. Dan hampir sebagian besar cara pengambilan itu dilakukan dengan tidak menimbang kerusakan. Karenanya kita dapat menyaksikan sungai yang tidak lagi jernih, disebabkan kerukan ego manusia yang mengambil pasir didalam sungai tanpa terkendali. Gunung-gunung yang seakan kehilangan separuh dirinya, karena manusia mengambilnya dengan paksa untuk membangun keindahan buatan yang dia inginkan.

Semuanya dengan satu dalih. Bahwa alam ini diciptakan Tuhan untuk dimanfaatkan manusia. Ah, lagi-lagi manusia menjadikan kata Tuhan untuk tempat persembunyian atas kesalahannya. 

Memanfaatkan alam. Adalah bagian dari alam itu sendiri. Bagaimanakah kita dapat membangun rumah, gedung tempat belajar, taman indah untuk melepaskan lelah setelah bekerja. Kalau bukan dengan cara mengola sumber material yang ada di alam. Tapi terkadang manusia menjadi sangat melampaui batas. Sehingga ingin mencari keuntungan dan tanpa sadar merusak alam.

Ketika manusia lain merusak alam. Maka hadirlah suara-suara manusia yang lain. Yang menyerukan, untuk kembali menjaga alam. Demikianlah, disatu sisi ada yang ingin menjaga alam namun disisi lain ada yang merusaknya. Ah, atau diputar kalimatnya agar terdengar tak menyalakan manusia, bahwa disatu sisi ada yang merusak alam tapi disisi lain masih ada suara manusia yang sadar yang menyuarakan untuk menjaga alam.

Kalau dipikir-pikir kita ini adalah penjaga namun disisi lain juga perusak. Kita menginginkan keindahan namun justru merusak alam yang indah. Kita menginginkan kehidupan namun merusak alam yang juga merupakan sumber kehidupan.

Menjaga alam berarti menjaga hidup kita. Sebab kita adalah bagian dari alam. Alam ini bukan hanya sekedar warisan dari nenek moyang. Tapi alam juga merupakan warisan kita yang akan dinikmati oleh anak cucu kita nanti. Karenanya jagalah alam ini. Agar nantinya anak cucu kita masi bisa menyaksikan, betapah indahnya gunung yang hijau, betapah indahnya sungai yang jernih. Dan berbagai keindahan alam lainnya. Karenanya mari kita jaga alam ini. Mulailah dari hal yang kecil, misalnya jangan buang sampah sembarangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun