Mohon tunggu...
Moh rivaldi abdul
Moh rivaldi abdul Mohon Tunggu... Mahasiswa IAIN Gorontalo -

Mahasiswa IAIN Gorontalo Fb. Moh. Rivaldi Abdul Rivaldiabdulputrisuleman.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mereka yang Menjadikan Penjara sebagai Tempat Berkarya

14 Desember 2018   17:29 Diperbarui: 14 Desember 2018   17:44 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana tempat yang membuat tubuh manusia terkurung, justru dimasuki oleh mereka yang memiliki cita-cita dan pikiran merdeka bebas melayang?

Jawabannya, penjarah itu akan menjadi tempat lahirnya karya-karya yang mulia. Penjarah yang pengap dan gelap jusru melahirkan karya yang bisa memberi cahaya bagi manusia. Sebab tempat hanyalah sekedar tempat. Di manapun tempatnya, jika di tempati pejuang yang punya cita-cita mulia dan pikiran merdeka. Maka disitulah akan lahir karya-karya yang hebat.

Tan Malaka, hidupnya seakan bertualang dari satu penjara kepenjara lain. Sampai-sampai beliau berkata "siapa yang ingin merdeka harus bersedia di penjara". (Malaka, Dari Penjara ke Penjara, : 9). Beliau bisa menghasilkan karya-karya yang hebat. Semangatnya tidak padam dengan gelapnya penjara. Ketika di penjara di negeri sendiri Indonesia pada 1947 Beliau bahkan sempat menulis karya yang luar biasa. Karya yang memuat sejarah hidupnya yang tidak biasa. Yang diharapkan dapat memberikan semangat juang untuk generasi penerus Bangsa Indonesia. 

Dan karya itu beliau beri judul "Dari Penjara ke Penjara". Buku yang ditulis di dalam penjara dan diberi judul penjara pula. Tan Malaka berkata bahwa, "Buku ini saya beri judul 'Dari Penjara ke Penjara'. Memang saya rasa ada hubungan antara penjara dengan kemerdekaan sejati. Barang siapa yang menghendaki kemerdekaan buat umum, maka ia harus sedia dan ikhlas untuk menderita kehilangan kemerdekaan diri sendiri. Siapa ingin merdeka harus bersedia dipenjara". (Malaka, Dari Penjara ke Penjara, : 9).

Dari perkataan Tan Malaka itu, dapat diambil pelajaran. Misalnya, siapa yang ingin menghasilkan karya yang bermanfaat untuk umat, haruslah rela mengorbankan banyak waktu yang bisa dipakai senang-senang hanya untuk belajar dan menulis. Walaupun kadang karya yang dihasilkan tidak dihargai. Tapi tidak mengapa, sebab berkarya adalah bagian dari pengabdian seorang hamba pada Tuhan. Untuk menunjukkan bahwa kita tidak menyianyiakan kesempatan hidup yang Tuhan berikan.

Ada juga seorang ulama Indonesia, Buya Hamka namanya. Sejak tahun 1964-1966, selama dua tahun empat bulan beliau di penjara. Berdasarkan tuduhan melanggar Undang-undang Anti Subversif Pempres No. 11 yaitu merencanakan pembunuhan Presiden Sukarno. (Irfan, Ayah : Kisah Buya Hamka, : 255)

Walaupun itu hanya berupa tuduhan yang tidak ada buktinya. Sebab Buya Hamka tidak pernah merencanakan pembunahan Presiden Sukarno. Namun Buya Hamka, tidak mendendam kepada Bung karno. Bahkan ketika Bung Karno meninggal dunia justru Buya Hamka lah yang bertugas menjadi imam dalam menshalati jenazah Bung Karno. 

Buya Hamka justru bersyukur. Sebab ketika di penjarah itulah Beliau dapat merampungkan karyanya yang luar biasa. Yaitu Tafsir Al-Azhar. Kata Buya Hamka, "Selama dua tahun empat bulan saya di tahan, saya merasa semua itu merupakan anugrah yang tiada terhingga dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan kitab tafsir Alquran 30 juz. Bila bukan dalam tahanan tidak mungkin ada waktu saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan itu." (Irfan, Ayah: Kisah Buya Hamka, : 257).

Masih banyak lagi ulama dan pejuang kemerdekaan baik dunia maupun Indonesia yang pernah berkarya di dalam penjara. Orang-orang yang walaupun tubuh mereka telah di penjarakan. Namun pikiran dan cita-citanya tetap bebas merdeka seakan melayang dan meninggalkan tubuhnya yang berada dalam penjara. 

Sehingganya walaupun berada dalam penjara yang gelap gulita. Mereka tetap bisa menghasilkan karya yang memberi cahaya bagi umat manusia. Sebab tubuhnya di penjarakan, namun cita-cita dan pikirannya tidak akan bisa di penjarakan.

Kebalikan orang-orang yang demikian adalah, mereka yang tubuhnya bebas (tidak dipenjara). Namun cita-cita dan pikiran justru terpenjarakan dengan hawa nafsunya.  Jangankan berada dalam penjara. Berada di tempat yang aman, bebas dan tenang sekalipun tidak akan menghasilkan karya. Bukan karena tidak bisa, namun cita-cita dan pikiran tidak menghendaki. Sebab cita-cita dan pikiran sudah terpenjara. Sehingganya lebih memilih bersenang-senang daripada harus bersusah payah belajar dan berkarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun