Pandangan Buya Hamka di atas sudah berpuluh tahun yang lalu di tuliskan oleh Buya Hamka, namun ini perlu dicermati sebab terkadang pendidikan kita kadang kala masih lebih banyak berorientasi pada transfer pengetahuan semata namun lupa dalam membentuk akhlak manusia. Contohnya pada pelajaran agama, dimana Azyumardi Azahra, berkata bahwa "mata pelajaran agama cenderung hanya untuk sekedar diketahui dan dihapalkan saja untuk lulus ujian." Sehingga kadang kalah kita bisa melihat ada orang yang hebat ilmu agamanya, tetapi tidak hebat dalam mengamalkan ilmunya.
Ada juga orang yang hebat ilmu kepemerintahannya, ketika bicara kesejahtraan rakyat hebatnya minta ampun, namun ketika menjadi wakil rakyat ternyata malah mengkorupsi uang rakyat, bukan menjadi sebab kesejahtraan rakyat tapi malah menjadi sebab penderitaan rakyat. Koruptor seperti ini sudah banyak kita saksikan wajah mereka baik di televisi, media sosial sampai koran. Konsep mensejahtrakan rakyat mereka hanya sekedar hapalan saja tidak menjiwai menjadi tujuan hidupnya.
      Karenanya untuk kita para guru dan calon guru, pendidikan tidak hanya pada bagaimana cara guru mentransfer pelajaran, namun juga pada bagaimana cara guru membentuk karakter sifat peserta didik (pesdik). Maka keberhasilan pembelajaran Qur'an Hadits misalnya, tidak hanya sekedar di nilai dari seberapa banyak hafalan pesdik, namun juga harus di lihat seberapa jauh ia mengamalkan apa yang di hafal.Â
Pembelajaran Fiqh tidak hanya sekedar seberapa lancar pesdik melantunkan bacaan-bacaan shalat misalnya, namun juga haruslah di lihat seberapa rutin pesdik mengerjakan shalat. Nabi Muhammad saw., juga pernah berpesan dalam hadits yang di riwayatkan oleh imam Ahmad, bahwa : "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya." Ini berarti mukmin yang baik tidak hanya sekedar di lihat dari seberapa banyak ilmunya namun juga di lihat dari seberapa baik akhlaknya. Karenannya pelajaran Agama Islam juga harus memperhatikan sisi akhlak pesdik. Agar dapat mewujudkan misi Nabi untuk menyempurnakan akhlak manusia.
      Sabda Nabi Muhammad saw., Aku diutus tidak lain kecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia. (Hr. Malik).
       Dan untuk para orang tua, kemajuan anak di sekolah tidak hanya di lihat dari aspek kognitif, namun juga harus di lihat dari aspek afektif dan psikomotoriknya. Karenannya untuk para orang tua, dalam melihat raport anak-anak jangan hanya sekedar melihat penilaian pada aspek kognitif saja yang berupa angka-angka. Namun juga perlu kiranya untuk memeriksa bagaimana nilai pada aspek afektif (sikap) anak-anak. Jangan-jangan nilai kognitifnya rata-rata 90, namun ternyata afektifnya malah rata-rata C. Sebagai orang tua, pastilah menginginkan anaknya tidak hanya pandai dalam mata pelajaran, lebih dari itu pastilah ingin anaknya memiliki sikap yang baik juga.
      Dalam dunia pendidikan ada tiga lembaga pendidikan yang dikenal. Yaitu pendidikan formal di Sekolah, pendidikan informal dalam keluarga dan pendidikan nonformal dalam masyarakat. Maka kiranya para orang tua harus sadar bahwa tugas mendidik anak tidak hanya dibebankan di sekolah yang di lakukan oleh para guru. Keluarga juga memiliki peran yang sangat besar dan penting dalam menciptakan suasana pendidikan bagi anak-anak. Juga pemerintah dan masyarakat haruslah menciptakan suasana pendidikan yang baik di lingkungan masyarakat.Â
      Ahmad Tafsir dalam bukunya "Filsafat Pendidikan Islami", mengingatkan bahwa, "Sering kali yang dididik adalah tangan manusia, mata manusia, atau otak manusia. Manusianya sendiri tidak tersentuh. Karena itu lulusan akan ahli tangannya -- misalnya ahli membuat mesin atau ahli melukis atau ahli memainkan alat musik -- tetapi ia belum tentu manusia. Padahal pendidikan itu adalah pendidikan untuk memanusiakan manusia."
      Ketika pendidikan hanya sekedar berorientasi pada bagaimana cara menghasilkan manusia yang siap kerja, namun lupa dalam memanusiakan manusia. Maka lembaga pendidikan seakan hanya sekedar menjadi pabrik yang menghasilkan mesin yang siap kerja. Dan pendidikan sendiri hanya sebagai alat untuk menciptakan mesin kerja. Padahal pendidikan tidak hanya sekedar untuk menghasilkan manusia yang siap kerja. Namun lebih dari itu pendidikan adalah upaya untuk memanusiakan manusia. Wallahu'alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H