1. Ketuhanan yang maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam buku "Empat Pilar MPR RI", yang disusun oleh pimpinan MPR dan Tim kerja sosialisasi MPR RI periode 2009-2014. Dinyatakan bahwa, kelima sila tersebut sebagai satu kesatuan nilai kehidupan masyarakat Indonesia dan dasar Negara Republik Indonesia.Â
Dasar tersebut kukuh karena digali dan dirumuskan dari nilai kehidupan rakyat Indonesia yang merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Karena itulah Pancasila disepakati secara Nasional, Pancasila merupakan suatu perjanjian luhur yang harus dijadikan pedoman bagi bangsa, Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia.Â
Pancasila sebagai dasar negara kita, maka nilai-nilainya haruslah wujud dalam kehidupan bermasyarakat kita. Namun nyatanya kalau kita melihat realita saat ini, dimana kita membaca lima butir nilai Pancasila dan melihat kehidupan saat ini. Maka Pancasila seakan hanya menjadi bacaan rutin dalam upacara bendera, tapi sangat minim pengamalannya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Padahal sebagai dasar negara Pancasila haruslah tercermin dalam setiap lapisan kehidupan masyarakat Indonesia.
Cobalah kita lihat nilai-nilai Pancasila yang lima. Yang pertama "KeTuhanan yang maha Esa". Narkoba yang marak dikalangan remaja, minuman keras yang masih marak menyebar di masyarakat, ini menandakan minimya nilai keTuhanan dalam diri masyarakat kita. "Kemanusiaan yang adil dan beradab", hukum yang tidak seperti mata pedang yang tajam di kedua sisi, namun malah seperti mata pisau yang sangat tajam kebawah namun tumpul keatas.Â
Kitalah yang menyaksikan dan penilaian ada pada diri kita masing-masing sudah adil dan beradab kah atau tidak hukum di Negeri kita ini?
Persatuan Indonesia. Benar disebagian tempat kita bisa melihat bagaimana contoh KeBhinekaan benar-benar hidup, dimana perbedaan tidak menyebabkan perpecahan namun mendatangkan persatuan. Namun di tempat lain tidaklah demikian, masih ada saja tempat yang terjadi perpecahan baik karena masalah suku, maupun agama. Ini menandakan persatuan Indonesia belum benar-benar wujud dari sabang sampai merauke.Â
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Masih banyak masyarakat Indonesia yang jauh dari kata sejahtra. "Bukan lautan hanya kolam susu.. katanya. Tapi kata kakekku, hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu..." demikianlah puisi dalam film "Tanah Surga Katanya". Kalau kita ingin Indonesia semakin maju dan lebih baik lagi, maka mulailah dengan menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila. Tidak hanya untuk rakyat namun juga pemerintah.Â
Menurut Buya Hamka bahwa inti atau pokok dari Pancasila adalah sila yang pertama, "Ketuhanan yang maha Esa". Sebagaiman dalam bukunya "Dari Hati keHati", ia mengumpamakan Pancasila dengan nilai angka 10.000. dimana angka yang didepan sekali adalah angka satu, itulah keTuhanan yang maha Esa. Angka-angka berikutnya empat berderet ialah perikemanusiaan, kebangsaan, kedaulatan rakyat, dan keadilan sosial, semuanya dilambangkan dengan nol.Â
Oleh karena itu, selama angka satu masih ada, selama itu pulalah empat nol yang mengikutinya ada harga. Namun kalau angka satu hilang, walaupun empat nol ditambah 1000 nol lagi, tidaklah ada harganya.Â
Demikianlah menurut Buya Hamka bahwa inti dari Pancasila ada pada dasar sila yang pertama yakni keTuhanan yang maha Esa. Karena menurutnya apabila kita telah percaya pada Tuhan yang maha Esa, maka dengan sendirinya  akan tumbuh dasar kedua, yaitu Perikemanusiaan sebab agama kita memandang seluruh umat itu adalah satu.Â
Dengan keTuhanan yang maha Esa maka dalam jiwa seorang muslim haruslah tumbuh rasa persatuan kebangsaan, karena Allah berfirman:
Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. (Al-Hujurat : 13).
Dan menurut Buya Hamka bahwa, "kebangsaan kita bukanlah chauvinism -- membenci bangsa lain - karena membenci bangsa lain berlawanan dengan dasar kedua, yaitu perikemanusiaan dan melanggar dasar pertama, percaya kepada Tuhan.
Dengan keTuhanan yang maha Esa kata Buya Hamka akan menimbulkan musyawarah untuk mufakat, yang kadang disebut demokrasi dan kadang kita sebut kedaulatan rakyat. Firman Allah :
"Orang-orang yang segera menyambut panggilan Tuhan, lalu mereka mendirikan sholat. Setelah itu maka segala urusan mereka, mereka musyawarahkan bersama, dan mereka sudi mengorbankan harta benda yang telah dianugrahkan Tuhan kepada mereka".Â
Dengan keTuhanan yang maha Esa pulalah akan menumbuhkan dasar kelima "keadilan sosial". Adil dan makmur yang merata sebab kita manusia ini ditakdirkan Tuhan sama. Sama-sama hamba-Nya tingkat hidup hanyalah soal kesanggupan. Â
Buya Hamka memandang bahwa keTuhanan yang maha Esa, adalah pokok sila dari Pancasila. Sebab, orang yang percaya kepada Tuhan pasti berperikemanusiaan. Orang yang percaya pada Tuhan pasti memahamkan persatuan Indonesia, karena ia beriman kepada Tuhan. Karenanya menurut Buya Hamka, "siapa saja yang menghianati persatuan Indonesia, nyatalah dia pemungkir janji dan nyatalah dia melanggar imannya kepada Allah".
Buya Hamka juga memandang bahwa, "orang yang berpikir dengan ajaran Islam, maka Pancasila bukan saja dasar filsafat Negara, bahkan ia pun mengandung tujuan hidup kami. Pikiran ini didasarkan pada ajaran tasawuf yang terkenal, dari Allah kita datang, dengan jaminan-Nya kita hidup.Â
Dia yang menemani kita dalam hidup ini, kepada-Nya kita akan kembali. Bagi kami yang berpikir dalam pandangan Islam, negara yang adil dan makmur bukanlah sebab, melainkan akibat.Â
Apabila benar-benar dia telah menegakkan  kepercayaan kepada Tuhan, dilaksanakan perintah-Nya, dihentikan larangan-Nya, mengingat Dia selalu dalam segenap langkah, pastilah negera kita akan mencapai adil dan makmur. Sebab, di ridhai oleh Allah swt." Dalam hal ini buya Hamka memandang bahwa tercapainya kemakmuran karena rahmat dari Tuhan untuk hamba-hamba-Nya.Â
Belajar dari pandangan Buya Hamka, yang memandang dasar atau sila yang pokok pada Pancasila adalah sila yang pertama, yaitu "Ketuhanan yang maha Esa". Maka dari itu, salah satu jalan untuk kita menumbuhkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat adalah dengan mulai menumbuhkan silah pertama keTuhanan yang maha Esa. Yang dengannya akan menumbuhkan keempat sila lainnya.Â
Dan kalau kita ingin menumbuhkan sila keTuhanan yang maha Esa maka kita haruslah menumbuhkan semangat keber-Agama-an masyarakat Indonesia. Kita bisa memulainya dengan kembali menumbuhkan semangat pengamalan pada ajaran agama masing-masing. Yang muslim mari kita bangkitkan Pancasila dengan sama-sama kita memakmurkan masjid, karena dari masjidlah persatuan umat Islam dimulai.Â
Di masjidlah tempat kita umat Islam berkumpul untuk menyembah Tuhan yang maha Esa, baik penguasa maupun rakyat biasa, baik kaya maupun miskin, yang sarjana maupun tidak, semuanya bergerak dengan gerakan yang sama dalam satu komando seorang imam sholat. Berdiri, rukuk, sujud dan duduk bersama dalam satu tujuan untuk menghamba pada Tuhan yang Esa, disinilah kita memulai keTuhanan yang maha Esa itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H