Mohon tunggu...
Muhammad Rivai Seknun
Muhammad Rivai Seknun Mohon Tunggu... -

Muhammad Rivai Seknun :Kementerian Dalam Negeri, Motivation Trainer, Public Speaking Trainer. Penulis dan konsultan HDR

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilu Presiden: Kepentingan Bangsa vs Hasrat Kekuasaan

26 Mei 2014   23:11 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:05 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir-akhir ini publik Indonesia dipenuhi dengan arus pemberitaan yang tak kenal waktu, saban hari, siang dan malam. sampai-sampai sebelum ayam berkokok pun didahului oleh pemberitaan yang nyaris tak ada waktu istirahatnya. media online yang semakin banyak saat ini hampir tidak pernah sepi dengan pemberitaan yang akhir-akhir ini sedang marak. ya, apalagi kalau bukan berita calon presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2014-2019. disatu sisi, kemajuan informasi dan konsumsi informasi publik tentang pemilu, baik pemilu legislatif maupun eksekutif (pilpres dan pemilukada) merupakan titik terang yang menunjukan kualitas politik bangsa kita semakin maju.

itu artinya, tingkat keingintahuan masyarakat semakin tinggi, hal ini tentu akan menunjukan pengertian bahwa partisipasi masyarakat terhadap proses demokrasi bangsa ini semakin meningkat. perkembangan pemberitaan media juga akan menjadikan masyarakat kita semakin cerdas dan maju pola pikirnya. Asiah Sarji (1991:30) mengemukakan sebagian besar perkembangan kemajuan dan pola pikir kritis  masyarakat adalah pengaruh media masa terutama televisi yang telah banyak mengubah kepedulian terhadap masalah sosial, politik, dan ekonomi negara.Media memang menjadi salah satu alat pendidikan kepada masyarakat. Terutama dalam membangun pendidikan politik masyarakat.

Namun disisi lain, berita yang dengan mudah dapat dikonsumsi masyarakat luas itu justru akan menjadi boomerang dan memunculkan masalah besar ketika informasi yang disajikan jauh dari nilai idealisme kebenaran. Ketika media yang menjadi pembentuk opini publik ini sudah ditunggangi oleh kelompok kepentingan tertentu, maka bukan tidak mungkin secara terstruktur pola pikir masyarakat akan dibawa kejalur yang salah. Ini terbukti dengan semakin maraknya Black campain yang menjatuhkan salah satu pasangan, yang kemudian dibalas lagi dengan kelompok pendukung pasangang yang lain. Sungguh ini menunjukan betapa buruknya permainan informasi di tanah air ini.

Trend perang media yang berkembang saat ini menunjukkan betapa tingginya nafsu kekuasaan yang menggerogoti setidaknya kelompok yang entah dengan sengaja atau hanya iseng-iseng saling lempar wacana menjatuhkan yang tak sejalan. Menghantam sekumpulan etikalitas yang lama kita junjung dari leluhur. Terlepas dari ada atau tidaknya hubungan secara langsung antara mereka dengan elit politik saat ini, tapi paling tidak ini sudah menggambarkan betapa neraca politik media kita menjadi alat untuk mencapai hasrat kekuasaan semata dan bukan untuk menjamin kecerdasan dan kesejahteraan umum.

Saat ini, pergulatan politik menuju RI 1 dan RI 2 semakin mulai mengerucut. Melewati proses komunikasi dan loby-loby politik akhirnya lahirlah dua pasang calon pemimpin bangsa ini lima tahun kedepan, Jokowi-JK dan Prabowo-Hatta. Masyarakat tak kan berbicara banyak soal bagaimana media mengusung kedua pasangan ini, bukan soal bagaimana sturktur koalisi mereka, juga bukan soal strategi apa yang mereka formulasikan untuk memimpin Nusantara ini kedepan. Yang penting untuk dibicarakan adalah soal kepentingan pragmatis masyarakat saat ini.

Apa yang akan disiapkan untuk menjamin kehidupan yang layak. Masyarakat kelas bawah yang mayoritas di Negara ini bisa jadi tak kan paham apa dan bagaimana kasus century itu, bagaimana bobroknya proyek hambalang, atau mungkin soal stabilitas ekonomi yang terancam. Terima atau tidak terima, traumatisme masyarakat pasca orde baru dan reformasi yang bergulir 16 tahun yang lalu menyimpan berbagai pandangan sinisme terhadap pemerintah dan aparat pelaksana pemerintahannya. Apa yang menjadi harapan mereka yakni perlindungan terhadap hak-hak hidupnya menjadi sirna dengan makin maraknya berita menjijikan perilaku para elit selama lebih dari satu dekade ini hanya berorientasi pada pemuasan birahi berkuasa semata.

terserah, Prabowo atau Jokowi. ini bukan soal pilihan biasa. Juga bukan soal siapa yang menang dan siapa yang harus tumbang. ini tentang pertaruhan kepentingan bangsa. kita boleh setuju atau justru menganggap ini tak penting. tapi coba sesekali tengok mereka yang katanya "hak hidupnya dilindungi oleh negara" kini hidup seakan enggan. kita butuh pemimpin yang bisa merubah keprihatinan itu bukan?.


sungguh, kita butuh pemimpin yang setidaknya pernah mendengar kisah masyhur Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali, yang hidup tak hanya untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Atau sang Mahatma Ghandi yang namanya dikenang oleh seantero dunia, merekacontoh negarawan sejati yang tak hanya berorientasi pada kepentingan semata.


Pilih mereka yang terbaik. pilih yang lebih besar kemungkinan memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat. pilihlah, sebab tidak memilih-pun sebuah pilihan. (Syeikhnun_13)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun