Bagiku malah, Adam itu bukan hanya immature. Dia itu insecure. Bagaimana tidak, ketika salah satu teman wanitanya terlambat merespon sesuatu, ia akan marah besar. Kenapa aku tahu itu? Yah, 'kan aku juga temannya Adam. Tapi saat itu aku belum tahu kalau Adam dan Kirana sedang dekat.
Tentang  masalah Adam, Kirana kemudian menduga, masalah dengan ibunyalah yang membuatnya immature (atau insecure menurutku). Pengasuhan ibu yang kurang tepat bisa membuat anak-anak bermasalah, kata dia. "Aku juga begitu. Trauma dengan perlakuan Mamaku kerap membuat aku tidak bisa dekat dengan beliau," lanjut Kirana.
"Bagaimana seandainya tadinya kalian jadi menikah?" tanyaku.
"Yah, pastinya akan gonjang-ganjing juga. Tapi aku nggak yakin bisa tahan. Membayangkan perceraian di depan mata, duh, ngerinya. Mungkin itu sebabnya Tuhan tidak menjawab doaku. Bahkan sampai sekarang," jawab Nana.
"Ih, kelewat menyimpulkan kamu tuh."
"Iya, serius. Meski juga percaya bahwa jodoh lebih banyak ditentukan oleh kita sendiri. Selama bertahun-tahun aku sering bertanya-tanya, kenapa hubunganku dengan pria tidak pernah berakhir di pernikahan," akhirnya Nana curhat juga.Â
"Kenapa?" tanyaku.
"Karena aku belum sepenuhnya mengenal diriku. Aku mengenal diriku masih sebatas apa yang dikatakan orang tentang aku. Tapi betul-betul menemukan diriku yang otentik, baru saat ini."
"Serius, Na? Aku kira, kamu amat jago dalam menganalisa kepribadian orang, termasuk diri sendiri."
"Betul sih, tapi belum seluruhnya. Pernah nggak kamu perhatikan, kalau aku tuh pembosan? Sering pindah-pindah tempat. Punya banyak teman, tapi hanya 1-2 yang dekat? Tidak pernah clbk ke mantan? Bisa bersemangat di satu waktu, tapi tak peduli di waktu yang lain?"
"Ya, aku tahu. Kamu seperti itu."