Mohon tunggu...
RiuhRendahCeritaPersahabatan
RiuhRendahCeritaPersahabatan Mohon Tunggu... Freelancer - A Story-Telling

Tidak ada cerita seriuh cerita persahabatan (dan percintaan)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tidak, Bukan Wanita Idaman Lain #2

26 Juli 2023   09:53 Diperbarui: 26 Juli 2023   10:03 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mama Jordan juga sering mengatakan bahwa rasanya lebih enak jadi single sepertiku ketimbang menikah dan punya anak. Kata dia, "Kamu enak deh mbak Elda, bisa kemana-mana kapan kamu suka. Nggak ada tanggungan." Aih, memang ya. Rumput tetangga selalu lebih hijau, begitu jawabku.

"Apa?" kataku. "Bagaimana bisa Zus Jer bilang begitu? Sembarangan saja! Kami memang akrab kalau di perantauan, " ujarku membela diri. Aku berjuang agar tak ada seorangpun yang tahu bahwa aku menyukai Iwan. 

"Iyo, saya pikirpun begitu memang. Mama Jordan ini suka sekali bikin gosip. Saya ndak percaya itu apa dia bilang," jawab Maria.

"Mungkin Mama Jordan jeles (cemburu) sama Kakak. Karena Pak Iwan lebih akrab sama Kakak ketimbang sama Mama Jordan," timpal Neta.

"Nggak peduli saya. Saya nggak suka Mama Jordan bilang begitu tentang saya. Itu fitnah namanya," kataku lagi. Aku berani mengatakan hal itu fitnah sebab pada dasarnya aku tidak berpacaran dengan Iwan. Tidak ada commitment di antara kami. Aku hanya menyukai dia, itu saja. 

"Bagaimana kalau istrinya tahu si Mama Jordan bikin gosip yang tidak benar?" tambahku lagi.

"Ya, sudahlah. Jangan dipedulikan. Kita kan sudah tahu bagaimana tabiatnya Mama Jordan. Senang sekali bergosip. Semua orang di kota ini sudah pernah dia gosipkan," kata Maria lagi.

Pembicaraan kami selesai ketika Maria, Neta dan teman-temannya pamit pulang. Tapi konflik yang melanda batinku tidak hilang. Aku gelisah bukan main demi mendengar bahwa Zus Jerita menggunjingkan kedekatanku dengan Iwan kepada orang lain. Aku merasa bahwa nama baikku tercemar oleh gosip yang disebarkannya. 

Aku tak mampu lagi membendung kemarahanku pada Zus Jerita. Kali ini bukan lagi karena dia telah membuat gosip, tetapi juga ketakutanku yang bertubi-tubi. Aku takut berita ini menjadi 'sandungan' bagi para mahasiswa yang ikut kelompok mentoring denganku. Jugamenjadi preseden buruk bagi keberadaanku sebagai guru yang mengajar pendidikan agama.

Aku tidak terima dengan tindakannya. Bagaimana mungkin persahabatan kami dirusak oleh kecerobohannya? Tidakkah dia tidak sadar bahwa kabar bohong yang dia sebarkan bisa berakibat fatal untuk kelangsungan kehadiranku di kota ini? Perasaanku berkecamuk. Mama Jordan masih satu minggu lagi di kampungnya. Ini berarti aku akan melewati malam-malam penuh mimpi buruk karena persoalan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun