Jangan kesal dulu Non.
Mungkin saja itu sebagai bentuk protesnya atas penghargaan yang dia peroleh yang tidak sebanding dengan beban kerjanya. Tentu saja dibandingkan dengan penghargaan (baca penghasilan) guru tetap. Aku sudah sebutkan di atas perbandingannya.
Aku tidak mengikuti persis problematika antara posisi guru tetap (misalnya PNS) Â dan guru tidak tetap (honorer), khususnya di sekolah-sekolah negeri seperti yang kamu masuki. Tetapi di banyak daerah, status PNS sangat dijunjung tinggi, bukan? Bagi guru yang bukan PNS dan kebetulan bekerja di lingkungan yang sama dengan guru PNS tentu tidak mudah menjalaninya. Aku salut padamu jika kamu bertahan menjadi guru di sana sambil pada saat yang bersamaan mengetahui "jurang yang lebar" dalam pendapatan dan tanggungjawab. Namun jika kelak kamu berhenti, aku bisa mengerti. Meski di beberapa tempat, aku juga mendengar banyak guru honorer yang tidak mempermasalahkan status mereka karena sudah mendapat pemasukan yang cukup dari pengganti uang transpor dan insentif.
Anyway, teman kita Sofia sudah menikah. Dengan salah satu partner kerjanya di gereja. Kita tidak kenal suaminya, Mel. Banyak lho yang terkejut atas keputusan si Sofie. Kita tahu kan dia pernah mengatakan tidak akan menikah. Ingat tidak  waktu dia ajak kita bertujuh menginap di villa Omnya di Sawangan? Setelah dua malam ngobrol ngalor ngidul sana-sini, setelah perut kita kenyang dan puas main air di danau, barulah dia curhat.
Jangan ketawa Mel. Waktu itu kita begitu terpukau mendengar curhatan dia. Habis, memang curhatnya serius juga sih. Dia mendeklarasikan dirinya bahwa di usia yang sekian itu, dia memutuskan untuk tidak menikah!
Santi kan sempat tanya, kenapa untuk hal pribadi seperti ini pake bikin acara khusus segala. Lalu Sofie menjawab, tujuan dia bercerita cuma satu; supaya teman-teman tidak menjodoh-jodohkan dia dengan siapapun.
Dan kita amat serius menanggapinya. Tak tahunya, 5 tahun setelah itu dia menikah, hahaha. Kualat nggak sih? Aku tidak sempat datang di pernikahannya waktu itu karena harus ke Bandung.
Saranku Mel, jangan bikin deklarasi apa-apa tentang rencana pribadimu ya? Nanti kalau gagal kami bisa nggak berhenti tertawa.
Aku sudahi dulu ya suratku. Cepatlah balas dan ceritakanlah hal-hal menarik yang kamu temui di sana. Tak masalah kalau kamu masih malas meneleponku. Aku sudah senang bisa membaca suratmu. Kalau ada yang belum kumengerti, aku bisa membacanya berulang-ulang.
Salam sayang,
Irena