Tapi aku lebih sreg melihatmu bekerja di bidang yang kamu sukai. Atau apalah itu namanya. Sebelum berangkat ke kotamu itu, kita pernah berjam-jam mengobrol tentang apa yang akan kamu lakukan. Bahwa kamu akan memasuki dunia yang sama sekali baru. Tentang hasratmu untuk merintis hal-hal baru, dan tentang rencanamu untuk meluangkan waktu untuk menulis.
Tapi tidak ada sama sekali rencanamu untuk berhubungan dengan anak-anak.
Kalau kamu menghabiskan waktu 6 jam selama 5 hari di sekolah, wajar saja kamu tidak punya energi lagi untuk memikirkan hal lain. Segeralah wujudkan niatmu.
Betul bahwa anak-anak perlu diperhatikan dan didampingi, baik di sekolah maupun di rumah. Tetapi, ada orang-orang yang capable untuk itu. Kamu pernah cerita kan, bagaimana sakitnya kepalamu mendengar teriakan demi teriakan yang dilontarkan justru oleh guru-guru itu kepada murid-muridnya? Bagaimana anak-anak itu tidak akan berteriak juga satu sama lain, bahkan kepada gurunya?
Kamu kemarin curhat, betapa jengkelnya ketika mendengar murid-murid di kelasmu berbicara dengan nada tinggi. Padahal itu terjadi di ruangan yang kecil. Lalu kamu menegur anak-anak itu, "Mengapa harus berteriak, Nak? Ibu dengar kok kalau kalian berbicara tanpa berteriak." Lalu anak-anak itu malu, dan salah satu di antara mereka menggoda kamu. 'Maaf ya bu, kami suka lupa kalau Ibu tidak tuli, hahaha."
Itulah anak-anak zaman now, kelewat ekspresif dan sa' suka-sukanya memosisikan diri mereka setara dengan kita. Sebel ya :-p
Apa kamu sudah survey ke semua sekolah, betulkah anak-anak SD itu memang naturnya suka berteriak? Aku tidak yakin, Mel. Seorang guru harus mau capek sedikit untuk menghampiri anak muridnya kalau ingin memanggil si anak. Bukan berteriak dan tetap duduk dari kursinya.
Hmmm, ya, mungkin kamu akan menjawab, "Iya, itu bisa saja dilakukan oleh guru-guru yang mengajar di sekolah swasta modern, yang menggaji gurunya cukup tinggi. Tapi kalau si guru itu adalah guru tidak tetap yang hanya menerima 1 juta per-bulannya (ada juga yang setengahnya dari itu) tapi dengan beban kerja yang sama besarnya dengan guru tetap bergaji 10x lipatnya? Tidak ada energi lagi untuk berlelah-lelah memperlakukan anak-anak didiknya dengan sopan dan lembut. Maka ditempuhlah cara praktis. Berteriak :-).
Semoga kamu sukses merealisasikan rencana-rencanamu ya? Aku prihatin deh kamu curhat terus tentang kelelahanmu menghadapi orang-orang yang tidak sefrekuensi. Cukup 2 bulan saja ya Mel kamu melakukan pekerjaan yang melelahkan mental. Aku agak terkejut mendengar kalau kamu sudah tidak punya waktu lagi untuk mengobrol dengan sahabat-sahabatmu.
Apakah karena jatah 5000 kata sudah terpenuhi dari mengajar anak-anak itu, haha. Terakhir kita menelepon, kamu permisi mau tidur dulu karena sedang tidak fokus mengobrol. Padahal kita baru berbincang-bincang 15 menit. Dulu, kalau kita sedang berada di beda kota, kita bisa 3 jam nonstop berbicara. Yah, dulu belum ada Priyanka sih. Tapi sekarangpun, kalau kita mau, kita masih bisa kok mengobrol berjam-jam.
Jika tidak sedang lelah, ayo kita diskusi lagi tentang anak-anak asuhmu itu. Obrolan tentang bu Wardah yang mengabaikan tugasnya sebagai wali kelas menurutku fenomena menarik. Katamu, status beliau kan masih guru tidak tetap ya? Tapi tentu saja mendapat insentif yang cukup untuk tanggung jawabnya sebagai wali kelas. Kamu kesal karena banyak siswa asuhannya tidak terperhatikan dengan baik.