Mohon tunggu...
RiuhRendahCeritaPersahabatan
RiuhRendahCeritaPersahabatan Mohon Tunggu... Freelancer - A Story-Telling

Tidak ada cerita seriuh cerita persahabatan (dan percintaan)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Valentine yang Cacat

13 Februari 2019   18:28 Diperbarui: 13 Februari 2019   18:45 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu itu, saya beranggapan kalau valentine hanya dirayakan oleh anak-anak muda saja. Tetapi ternyata ada beberapa gereja dan komunitas keagamaan yang merayakan Valentine Day. Yang paling diingat adalah ketika saya hadir di kebaktian yang membahas tema 'Unconditional Love". Rasanya, itu lebih bermakna ketimbang yang serba artifisial itu.

Itu sebabnya ketika dalam satu kesempatan saya menjadi guru SMA dan diminta oleh para siswa untuk mengadakan valentine party; saya mengizinkan. Tapi ada syaratnya. Acara itu harus diawali dengan ibadah, barulah perayaan. Mereka setuju. Yang penting katanya, saya bisa mendampingi mereka. Tradisi tukar kado tetap ada dan peraturannya tetap sama; dibungkus dengan kertas koran, ada range harganya, dan bukan barang yang habis dipakai.

Cukup seru ketika anak-anak dipanggil satu persatu oleh panitia dan memilih kado berdasarkan nomor-nomor yang sudah ditentukan. Ketika bungkus dibuka dan dilihat isinya mereka bersorak diikuti teriakan teman-temannya.

Tapi ada satu siswa yang menangis tersedu-sedu ketika membuka bungkusan kadonya.

"Kenapa kamu menangis?" tanya saya.
"Ini bu, masa kado saya isinya batu?" isaknya.

Saya terkejut bukan main. Langsung kami memeriksa, siapa yang membawa kado isinya batu. Ternyata Ranti (nama samaran). Seketika panitia heboh dan mengutuk anak ini. Saya terhenyak sesaat. Saya tahu siapa Ranti. Dia murid SMP yang bermasalah di kelasnya. Keisengan Ranti kelewatan deh.

Saya menghampiri dan menghibur Sisca, siswa yang menerima kado batu itu. Panitia bersepakat mengganti kado Sisca dengan kado yang layak. Ketika hendak memanggil Ranti, dia sudah pulang. Saya agak menyesal karena tidak memanggil Ranti untuk menanyakan perihal kado tersebut dan menasihatinya.


Valentine dan Bahasa Cinta Anda

Setelah itu, saya tidak lagi mengikuti tradisi valentine.
Ngomong-ngomong, mengapa ada yang tertarik dengan perayaan hari kasih sayang dan ada yang tidak? Barangkali saya tidak tertarik karena Valintine Day lebih banyak dirayakan secara artifisial. Atau dicitrakan dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan selera saya. Kalaulah valentine itu bisa juga dinikmati melalui acara jalan-jalan bersama sahabat, atau ngobrol berjam-jam tanpa gangguan; mungkin saya akan merayakannya juga.

Tapi kan, yang sering dipromosikan di hari Valentine seputar bunga, coklat, candle light dinner, atau hadiah ini itu. Pernah juga sih ada bisnis berjualan puisi untuk mereka yang ingin memberi romantika pada orang tersayang. Padahal, bahasa cinta setiap orang kan berbeda-beda. Kalau para penjaja makna hari-hari istimewa bisa menangkap kebtuhan ini, tentu simbol Valentine bukan hanya mawar dan coklat. Semua bentuk akan ditawarkan. Yang sudah pernah yaaa, puisi itu.

Apa bahasa cinta Anda? Hadiah? Sentuhan? Affirmasi & Pujian? Waktu berkualitas? Atau perhatian dan bantuan? Jika Anda ingin merayakan hari kasih sayang dengan orang-orang terdekat, beritahu mereka apa bahasa cinta Anda.

Banyak lho yang tidak/belum tahu apa bahasa cinta teman, sahabat, dan pasangan mereka. Kalaulah persabahatan itu bisa dibangun seperti jenjang karir; ada tes bahasa cinta, tentu tidak sulit untuk mengetahui apa saja yang mereka sukai.

Prilly mungkin lebih senang kalau diberi hadiah atau makanan. Sfanti hatinya berbunga-bunga kalau dipuji dan diberi persetujuan-persetujuan. Andi suka diperhatikan sehingga kalau diabaikan semenit saja baginya dunia sudah mau kiamat. Sebaliknya Bondan malah geli kalau kelewat diberi perhatian. Sonya mungkin suka dipuk-puk kalau sedang gundah, dan Simon sangat senang kalau apapun yang dikenakannya dibahas oleh para fansnya. Lain lagi Donald. Dia amat bergairah kalau diajak berdebat dari matahari terbit sampai senja. Apalagi kalau lawan debatnya bisa mematahkan argumen dia.

Tapi sayangnya, semua itu kita pahami setelah bergaul cukup lama dengan sahabat Ring Satu  kita. Bergaul betulan lho ya, bukan yang setengahnya simulakra (di dunia maya/semu), seperempatnya dalam mimpi, dan sisanya barulah bertemu langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun