Mohon tunggu...
Yosritzal Yosritzal
Yosritzal Yosritzal Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Newcastle University, United Kingdom. Mantan Ketua KIBAR (Keluarga Islam Indonesia se-Inggris Raya) periode 2010-2011.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

British Summer Time (Kegagalanku membawaku mengenalmu)

31 Oktober 2010   15:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:57 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini Minggu tanggal 31 Oktober 2010 merupakan akhir British Summer Time untuk tahun ini. Berakhirnya summer time ini, berarti setiap jam di Inggris mesti diputar satu jam kebelakang. Jika saat ini jam 06.00 pagi, maka setelah dimundurkan satu jam akan menjadi jam 05.00. Dengan demikian, beda waktu dengan Indonesia yang pada summer time adalah 6 jam kembali berubah menjadi 7 jam.

Saya mengenal British Summer Time ini melalui sebuah pengalaman pahit, gagal dalam wawancara langsung lewat Telepon dengan Ulster University untuk sebuah proyek penelitian PhD. Sebetulnya hal itu tidak murni kesalahan saya juga, karena undangan yang mereka sampaikan adalah bahwa "wawancara akan dilaksanakan pada pukul 09.00 BST atau sekitar pukul 16.00 waktu ditempatmu." Karena waktu itu saya belum paham dengan BST, maka saya berpatokan bahwa wawancara akan dilaksanakan pada pukul 16.00.

Peristiwa tersebut terjadi dua tahun lalu, tepatnya pada bulan September 2008. Saat itu saya masih aktif mengajar di Jurusan Teknik SIpil, Universitas Andalas. Saya membaca lowongan PhD studenship dari seorang Professor di Ulster University. Karena bidang kerjanya sesuai dengan yang saya inginkan, maka saya mengajukan lamaran. Tidak berapa lama kemudian, saya dinyatakan masuk dalam shortlist untuk di wawancara. Wawancara akan dilakukan melalui telepon pada hari dan tanggal yang disepakati. Ulster University menawarkan jadwalnya dan saya menyanggupinya. Seperti yang telah saya sebutkan diatas, jadwal wawancara adalah pada pukul 09.00 BST atau sekitar pukul 16.00 di Indonesia Bagian Barat.

Pada hari H, saya berusaha mempersiapkan diri dengan baik. Seluruh berkas yang sekiranya diperlukan sudah saya kantongi. Handphone sudah stand by dan meja diruangan saya sudah dikondisikan dengan baik. Jadwal mengajar sudah selesai. Hanya satu hal yang belum, yaitu mengantar proposal penelitian ke lembaga penelitian (LP). Jarum jam baru menunjukkan jam 14.00. Artinya masih ada sisa waktu sekitar dua jam sebelum wawancara. Saya pikir, perjalanan ke LP akan membutuhkan waktu kurang lebih satu jam, jadi cukuplah untuk sekedar mengantar proposal dan selanjutnya bersiap-siap wawancara. Akhirnya berangkalah saya ke LP dengan berjalan kaki.

Selesai urusan di LP, waktu sudah menunjukkan pukul 14.50. Karena khawatir telambat, maka saya balik kembali ke ruangan kantor saya dengan menggunakan bus kampus. Ditengah perjalanan, Hp saya berbunyi. Nomor yang menghubungi "unknown". Ketika saya angkat, ternyata itu adalah suara sang professor yang memperkenalkan diri dan mencoba memastikan saya sebagai penerima telepon. Saya berpikir, sudah pasti saya tidak akan dapat mendengar dengan baik di dalam bus ini. Dengan kemampuan Bahasa Inggris alakadarnya, saya yakin tidak mudah bagi saya untuk memahami maksud si pewawancara. Lagipula, segala bahan yang hendak digunakan masih berada di kantor. Akhirnya saya sampaikan bahwa saya masih berada di  kendaraan dan minta mereka menghubungi saya lagi 5 menit ke depan. Saat menyampaikan hal itu, saya sudah pesimis mereka akan menelpon kembali.

Namun ternyata, 5 menit kemudian HP saya kembali berbunyi. Saat itu saya sudah dekat ke ruangan saya. Ketika saya angkat, ternyata suara tersebut benar-benar dari Professor tsb. Dengan berlari, saya berusaha agar ketika beliau mulai menanya, saya sudah berada di ruangan dan sudah siap dengan bahan-bahan yang disiapkan. Malangnya, entah karena kaget dan berlari tadi, nafas saya jadi sesak dan sulit untuk berkonsentrasi. Belum habis keterkejutan saya, muncul lagi satu problem yang sebelumnya meleset dari perhitungan saya yaitu rendahnya kualitas sinyal. Ternyata sinyal HP di ruangan saya lebih lemah dari ditempat lainnya. Akibatnya tak satupun pembicaraan dari pewawancara yang bisa saya pahami kecuali bagian introductionnya saja. Apa yang bisa saya jawab jika pertanyaan saja tidak dapat dipahami dengan baik? Akhirnya saya putuskan untuk menjawab berdasarkan intuisi saya saja mengenai pertanyaannya. Meskipun demikian, wawancara tetap berjalan selama satu jam sampai kuping memerah dan perih.

Seperti sudah diduga, hasilnya saya dinyatakan tidak diterima dan seperti biasa, mereka mendoakan saya untuk selalu sukses dalam usaha melanjutkan studi.

Demikianlah sekelumit kisah saya yang akhirnya membuat saya mencari tahu tentang apa itu BST. Kenapa mereka menghubungi saya satu jam lebih awa dari yang mereka janjikan. Kenapa dulu seingat saya siaran BBC London pada pukul 00.00 waktu Geenwich yang dengan setia ditunggu oleh Bapak saya selalu jatuh pada jam 07.00 pagi? Semoga dikesempatan lain bisa saya uraikan sedikit mengenai BST tersebut. (Ritzal405)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun