Mohon tunggu...
Ritsatul zannah
Ritsatul zannah Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap belajar

Mahasiswa ilmu komunikasi UIN sunan Kalijaga 20107030104

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permainan Hilang Tak Tahu ke Mana

29 Juni 2021   12:15 Diperbarui: 29 Juni 2021   12:25 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sekarang jarang melihat anak desa bermain dengan permainan tradisionalnya, dengan perkembangan teknologi membuat kalangan anak jarang bermain tradisional. Dengan mengikatkan masa lalu bermain bersama teman-teman di depan halaman rumah setiap pulang sekolah atau waktu sore.

Suasana yang kangen mendengar teriakan temen-temen, seolah berubah derastis sekarang di tambah adanya virus covid-19 membuat anak-anak takut bermain di luar rumah walau pun dengan tetangga sebelah. Di situlah mulai anak mulai tau dengan game-game yang ada di handphone. Padahal dengan bermain tradisional sangat banyak dan membuat kita bisa bersosialisasi dengan orang lain.

Sebelumnya apa sih permainan tradisional? Permainan tradisional adalah sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu Berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun menurun ataupun pekerjaan sejak jaman dahulu atau belum jaman modern. Tidak heran jika banyak sekali permainan tradisional menggunakan peralatan sederhana yang tercipta pada masa itu. Termasuk juga permainan tradisional khas Sunda. banyak sekali permainan yang sering saya lakukan ketika kecil.

1. Ucing sumput

Ucing sumput bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya 'kucing sembunyi'. Permainan ini pada dasarnya mirip dengan petak umpet. Permainan ini juga seru untuk dimainkan meskipun di dalam rumah. Pertama siapkan benteng sebagai tempat awal permainan. Pemain pertama harus berjaga dengan cara menutup mata dan berhitung sampai 10 di bentengnya, sementara pemain lain mencari tempat persembunyian. Begitu hitungan selesai, pemain pertama akan mencari teman-temannya. Bila sudah berhasil ditemukan, ia harus kembali ke bentengnya dan menyebutkan nama pemain yang berhasil ditemukannya. Permainan berakhir ketika semua yang bersembunyi sudah berhasil ditemukan.

2. Hahayaman

 hahayaman yang diambil dari Bahasa Sunda Hayam yang artinya ayam. Dalam bahasa Indonesia, permainan ini dikenal dengan istilah ayam-ayaman. Permainan ini dimainkan dengan pemain yang cukup banyak. Para pemain membuat lingkaran besar, kemudian anak yang bertindak sebagai "ayam" dikejar oleh anak yang bertindak sebagai "musang" sampai dapat. Namun terdapat peraturan, bahwa musang tidak boleh menangkap ayam jika sedang memasuki lingkaran tersebut. Apabila musang berhasil menangkap ayam, maka permainan dimulai lagi dari awal, dengan memilih peserta lainnya untuk menjadi ayam dan musang yang baru. Permainan hahayaman ini dapat melatih ketangkasan serta melatih anak dalam mengambil keputusan.

3. Cingciripit

Cingciripit ini biasanya dilakukan oleh-anak-anak sebelum memulai permainan untuk menentukan urutan dalam bermain atau menentukan siapa yang menjadi emng (kucing). Cara melakukan cingciripit: Anak-anak berkumpul membentuk lingkaran, kemudian salah seorang diantara mereka (biasanya) orang yang 'dituakan' dalam kelompok membuka telapak tangan, kemudian satu persatu anak meletakan jarinya di tangan tersebut, mereka akan ngawih (bernyanyi) bersama dengan syair. Ketika lagu hampir berakhir, pemain bersiap-siap untuk mengangkat jarinya, karena bila jari tertangkap oleh tangan si pemimpin tadi maka dia kalah dan menjadi emng atau kucing.

4. Kelereng

kelereng merupakan permainan tradisional yang dahulu sangat populer di kalangan anak laki-laki. Permainan ini mengharuskan anak meletakkan beberapa butir kelereng dalam lingkaran. Lalu semua anak berdiri kira-kira satu meter dari lingkaran tersebut di belakang sebuah garis, dan secara bergantian harus menyentil sebutir kelereng lainnya agar kumpulan kelereng di lingkaran, keluar.

Dari permainan di atas adalah salah satu permainan tradisional yang jaman dulu sering di lakukan. Kalau membandingkan permainan jaman dulu dengan sekarang kerap lah sangat berbeda, jaman dulu dengan alat yang begitu sederhana dan mudah di dapat bisa membuat anak-anak bisa bermain sesuka riang.

kalau di tanya soal permainan ke pada anak zaman now ini mungkin kebanyakan orang tidak tau apa itu main cingciripit, Ucing sumput, Hahayaman, pasti mereka taunya degan main mobile lagend, hago dan permainan lainya yang bernuansa online dan memerlukan alat elektronik.

sekarang kebanyakan ibu-ibu ketika iya sibuk bekerja dan tidak mau terganggu dengan pekerjaan rumahnya oleh anaknya inisiatif ibu selalu memberikan handphone, baik itu anak bermain game, atau pun melihat YouTube, dengan kebiasaan tersebut dan tidak di sadari ibu pelan-pelan telah menjauhkan dari budayanya.

padahal dengan bermain tradisional banyak manfaatnya contoh seperti main sapintrong atau sekarang sering di sebut lompat tali  dimana dengan memainkan permainan tersebut banyak manfaatnya seperti kesehatan, di antaranya untuk membentuk otot tubuh bagian atas dan bawah, menambah daya tahan tubuh, melatih koordinasi tubuh, serta meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah. 

Dengan mengajarkan anak mengenal budaya dan adat mungkin adat dan budaya pun tidak akan hilang atau pun musnah. Dimana kelestarian lingkungan walaupun modern tapi dengan adat dan budaya dulu tidak akan hilang. Ibu Jagan salahkan jaman tapi sebagai seorang ibu harus benar-benar berpegang teguh dalam mendidik.

Tampak tidak sadari dan sering saya lihat ketika pergi entak itu kemana dan selalu melihat ada seorang anak kecil lagi jalan tak tau mau kemana dan ia membawa handphone, apakah dengan usia kemungkinan kelas 1 SD membawa handphone keluar rumah pantas di lihat? Menurut saya tidak pantas dimana anak se usia beliau itu benar-benar memerlukan didikan dan kasih sayang orang tuanya.

Bayangkan kalau emang rata-rata anak sering membawa handphone apakah itu adalah hal biasa, akan seperti apa nasib entar anak muda kalau sejak kecil sering bermain game online, mungkin tidak ada kaderisasi buat memimpin baik itu Bupati, presiden dan lain sebagainya. Sebelum menyesali yuk kita ajak anak dengan adat dan budaya bermain dengan tradisional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun