Mohon tunggu...
Te Telun
Te Telun Mohon Tunggu... Relawan - Literasi Gaya Bahaya | Pernah Belajar di UNESA Suroboyo

Pria Tampan dari Timur | Penggemar Gus Dur & NU

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Momen Natal Baiknya "Dirayakan" atau "Dimaknai"?

11 November 2019   19:15 Diperbarui: 11 November 2019   19:46 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang saat ini umat Kristen sedang dilematis, Natal sedini menjadi momen paradoks, sebab kelahiran Tuhan Yesus Kristus dimaknai oleh dua sisi yang bertentangan dikalangan umat Kristiani. Terlepas dari metamorfosis perayaannya Natal yang identik dengan campuran budaya lokal, yang terpenting perayaan Natal tidak menyimpang dari akidah.

"Natal merupakan pesta iman dan seyogiayanya dimaknai secara khusyuk untuk membuka hati menerima kedatangan Bayi Yesus sang Juru Selamat"

Saya lebih suka untuk mengatakan bahwa hari Natal (sebagaimana hari-hari besar agama lainnya) semestinya kita 'maknai', bukan 'dirayakan'. Tanggal berapapun Natal itu, itulah saat setiap mereka yang percaya memaknai dalam hatinya betapa Tuhan sang Pencipta kehidupan begitu mencintai kita dengan menghadirkan kasih melalui seorang Bayi mungil di Betlehem bernama Yesus Kristus.

Tuhan yang begitu penyanyang mau merendahkan diriNya menjadi sama dengan manusia: lahir dengan sederhana, menjalani kehidupan yang keras, dan mati dengan bilur-bilur luka. Itu merupakan pengorbanan yang menurut saya tidak akan mampu ditiru oleh siapapun, dan merupakan manifestasi cinta yang hakiki.

Merayakan Natal bukan berarti kita mengenang ragawiNya kedunia yang kita peringati (erlepas apakah Yesus lahir pada tanggal 25 Desember atau tidak), melainkan kelahiran pesan-pesan moral bagi dunia yang sudah penuh cemar.

25 Desember hanyalah sebuah tanggal pengingat, bahwa Tuhan begitu peduli dengan dunia kita maupun peduli dengan prahara kehidupan umatNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun